Pengumpulan Data Berbasis Teknologi: Fondasi Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045
.Oleh: A. Rusdiana
Era Society 5.0 menghadirkan tantangan dan peluang besar dalam dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendasar untuk menciptakan sistem pembelajaran yang adaptif, efektif, dan berbasis data. Salah satu aspek penting adalah pengumpulan data hasil pembelajaran yang dilakukan secara sistematis menggunakan teknologi, seperti Learning Management Systems (LMS), platform pembelajaran daring, hingga analitik data berbasis kecerdasan buatan (AI).
Teori-teori modern seperti Data-Driven Decision Making (DDDM) menekankan pentingnya data sebagai landasan evaluasi dan perencanaan. Namun, di Indonesia, terdapat kesenjangan antara potensi teknologi dan implementasinya dalam sistem pendidikan, terutama di tingkat guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang pentingnya pengumpulan data berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, membangun bangsa, dan menjawab tantangan era 5.0 demi Indonesia Emas 2045. Berikut lima strategi pengumpulan data berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan:
Pertama: Pengumpulan Data untuk Mengidentifikasi Pola Belajar Siswa; Teknologi seperti LMS memungkinkan guru untuk mengakses data terperinci tentang aktivitas belajar siswa, seperti durasi belajar, tingkat kehadiran, dan hasil tugas. Data ini dapat membantu guru muda memahami pola belajar siswa, termasuk kapan mereka paling aktif dan materi apa yang sering menjadi tantangan. Dengan informasi ini, guru dapat menyesuaikan metode pengajaran untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Kdua: Mengidentifikasi Kendala Pembelajaran Secara Tepat; Melalui teknologi, guru dapat memetakan kendala yang dihadapi siswa, baik dari sisi akademis maupun non-akademis. Misalnya, data dari platform pembelajaran daring dapat menunjukkan siswa yang sering absen, memiliki nilai rendah, atau lambat dalam menyelesaikan tugas. Dengan analisis ini, guru dan pemangku kepentingan pendidikan dapat merancang intervensi yang lebih spesifik, seperti bimbingan tambahan atau penyesuaian jadwal pembelajaran.
Ketiga: Meningkatkan Efektivitas Metode Pengajaran; Pengumpulan data berbasis teknologi memungkinkan evaluasi terhadap metode pengajaran yang diterapkan. Guru muda dapat memanfaatkan feedback dari siswa melalui survei online atau analisis performa kelas untuk mengetahui apakah metode pengajaran mereka efektif. Data ini dapat digunakan untuk mengadopsi pendekatan baru, seperti flipped classroom atau gamifikasi, guna meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Keempat: Kolaborasi Berbasis Data Antar Pemangku Kepentingan; Teknologi memungkinkan kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (tendik), dan dosen untuk bekerja sama menggunakan data yang sama. Misalnya, dashboard pendidikan yang berisi data siswa dapat diakses oleh semua pihak untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat. Kolaborasi berbasis data ini dapat memperkuat ekosistem pendidikan dengan memastikan setiap keputusan didasarkan pada informasi yang valid.
Kelima: Mengantisipasi Tantangan Era Society 5.0; Pengumpulan data berbasis teknologi membantu guru muda dan pemangku kepentingan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan era Society 5.0, seperti otomatisasi dan kompleksitas global. Data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk memetakan kebutuhan pelatihan, baik untuk siswa maupun tenaga pendidik, sehingga semua pihak memiliki keterampilan yang relevan untuk masa depan.
Pengumpulan data berbasis teknologi adalah fondasi penting dalam membangun sistem pendidikan yang unggul, terutama untuk menghadapi tantangan era Society 5.0 dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Dengan memanfaatkan data, guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan dapat mengidentifikasi pola belajar siswa, memahami kendala, meningkatkan metode pengajaran, serta memperkuat kolaborasi antar-pihak. Maka dengan ini, merekomendasikan bagi pemangku kepentingan pendidikan: 1) Kepala/pimpinan lembaga pendidikan: Investasikan dalam infrastruktur teknologi untuk pengumpulan data pendidikan; 2) Guru dan dosen: Tingkatkan literasi teknologi untuk memanfaatkan data dalam perencanaan dan evaluasi pembelajaran; 3) Tenaga kependidikan (tendik): Dukung pengolahan dan distribusi data dengan memastikan sistem teknologi berjalan optimal.