Nilai Keteguhan: Menghadapi Ujian dan Tantangan dalam Pendidikan Era 5.0
Oleh: A. Rusdiana
Keteguhan adalah fondasi penting dalam menghadapi tantangan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Dalam konteks pendidikan, keteguhan sangat dibutuhkan untuk mencetak generasi yang tangguh dan inovatif, terutama dalam era 5.0 yang penuh dinamika dan persaingan global. Namun, realitas menunjukkan bahwa daya juang siswa dan tenaga pendidik sering kali tergerus oleh tekanan akademik, kendala teknologi, dan kurangnya pembinaan karakter di sekolah. Peristiwa Isra' Mi'raj yang terjadi pada masa sulit dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW menyiratkan pesan mendalam tentang keteguhan hati. Nabi Muhammad menghadapi tekanan sosial, kehilangan orang-orang terkasih, dan ujian besar dalam menyebarkan dakwah Islam. Keteguhan beliau menjadi teladan dalam menghadapi ujian dengan penuh kesabaran, keyakinan, dan tekad yang kuat. Sayangnya, dalam dunia pendidikan saat ini, masih terdapat GAP dalam  menanamkan nilai keteguhan. Sistem pendidikan sering kali lebih berfokus pada hasil akademik dibandingkan pembentukan karakter yang tangguh. Tulisan ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai keteguhan dari peristiwa Isra' Mi'raj yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan untuk membangun bangsa dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut lima nilai keteguhan dari peristiwa Isra' Mi'raj yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan untuk membangun bangsa dan menyongsong Indonesia Emas 2045:
Pertama: Mengajarkan Siswa untuk Mengubah Kegagalan Menjadi Peluang; Peristiwa Isra' Mi'raj mengajarkan bahwa setiap ujian adalah kesempatan untuk naik ke level yang lebih tinggi. Guru dan dosen dapat mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa mengalami kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Dengan membiasakan siswa mengevaluasi kesalahan dan mencoba lagi, mereka akan belajar untuk memandang kegagalan sebagai peluang untuk berkembang.
Kedua: Menanamkan Nilai Kesabaran dan Ketekunan; Keteguhan Nabi Muhammad dalam menghadapi ujian menunjukkan pentingnya kesabaran dan ketekunan. Dalam dunia pendidikan, kepala sekolah dan guru perlu menciptakan lingkungan yang mendukung siswa untuk berproses dengan penuh kesabaran, terutama ketika menghadapi tantangan akademik. Program mentoring atau konseling dapat menjadi cara efektif untuk membimbing siswa dalam mengembangkan ketekunan mereka.
Ketiga: Membangun Mentalitas Pantang Menyerah pada Tenaga Pendidik; Keteguhan tidak hanya penting bagi siswa tetapi juga bagi para guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. Dengan tantangan seperti adaptasi teknologi dan perubahan kurikulum, para pendidik perlu membangun mentalitas pantang menyerah. Pelatihan profesional yang berfokus pada penguatan mental dan pengelolaan stres dapat membantu tenaga pendidik untuk tetap tangguh dalam menjalankan tugas mereka.
Keempat: Mendorong Kolaborasi untuk Menghadapi Tantangan Bersama; Keteguhan tidak berarti menghadapi tantangan seorang diri. Dalam pendidikan, kolaborasi antara guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa sangat penting untuk menghadapi berbagai ujian, seperti implementasi teknologi baru atau pengembangan kurikulum inovatif. Dengan bekerja sama, tantangan besar dapat diatasi dengan lebih mudah dan efisien.
Kelima: Mengintegrasikan Nilai Spiritualitas dalam Pendidikan Karakter; Isra' Mi'raj juga mengingatkan pentingnya spiritualitas dalam membangun keteguhan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai agama untuk membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki kekuatan moral dan spiritual. Misalnya, melalui pembelajaran tentang tokoh-tokoh inspiratif yang menghadapi tantangan hidup dengan keteguhan iman dan semangat.
Keteguhan, seperti yang diajarkan dalam peristiwa Isra' Mi'raj, adalah nilai penting yang harus ditanamkan dalam dunia pendidikan. Dengan mengajarkan siswa untuk mengubah kegagalan menjadi peluang, menanamkan nilai kesabaran, dan membangun kolaborasi, pendidikan dapat menciptakan generasi yang tangguh dan siap menghadapi tantangan era 5.0. Hal itu, berimplikasi pada: 1) Para Kepala Sekolah/Pimpinan: Perlu mengembangkan program pembinaan karakter yang berfokus pada penguatan mental siswa dan pendidik; 2) Guru/Dosen: Perlu menjadi teladan dalam menunjukkan keteguhan hati saat menghadapi tantangan pembelajaran dan mendukung siswa untuk melakukan hal yang sama; 3) Tenaga Kependidikan (Tendik): Harus mendukung terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi pengembangan nilai keteguhan. Maka dengan ini, Merekomeendasikan, bahwa: 1) Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter: Pemerintah perlu mengintegrasikan nilai keteguhan dalam kurikulum pendidikan nasional; 2) Program Pelatihan Mental untuk Guru: Pelatihan tentang pengelolaan stres dan pengembangan daya juang perlu diberikan kepada para pendidik; 3) Penguatan Kolaborasi Pendidikan: Kepala sekolah dan pendidik harus membangun kerja sama lintas sektor untuk menghadapi tantangan pendidikan secara kolektif.
Dengan menerapkan nilai keteguhan dari Isra' Mi'raj, dunia pendidikan dapat mencetak generasi yang tangguh, berdaya juang tinggi, dan siap membangun Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam