Spirit Peringatan Isra Mi’raj: Transformasi Spiritual untuk Pendidikan Era 5.0
Oleh: A. Rusdiana
Isra Mi’raj adalah salah satu peristiwa penting dalam Islam yang memiliki nilai spiritual mendalam. Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dilanjutkan menuju Sidratul Muntaha untuk bertemu Allah SWT, adalah pengalaman religius yang penuh makna. Nilai-nilai Isra Mi’raj mengajarkan keimanan yang kokoh, keikhlasan dalam menjalankan amanah, dan semangat perbaikan diri yang berkelanjutan. Dalam konteks modern, khususnya di era society 5.0, nilai-nilai dari momentum ini relevan untuk menciptakan pemimpin pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada penguasaan teknologi, tetapi juga memiliki landasan spiritual yang kuat. Gap yang terlihat saat ini adalah kurangnya pengintegrasian nilai-nilai spiritual dalam menghadapi tantangan modern, seperti digitalisasi pendidikan, globalisasi, dan transformasi budaya. Tulisan ini penting untuk membantu kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya menyerap nilai-nilai Isra Mi’raj sebagai panduan spiritual dan operasional menuju Indonesia Emas 2045. Berikut lima pembelajaran dari momentum Isra Mi’raj sebagai transformasi spiritual yang relevan untuk pemangku kepentingan pendidikan:
Pertama: Keimanan sebagai Fondasi Kepemimpinan Pendidikan; Isra Mi’raj mengajarkan keimanan yang kokoh sebagai fondasi utama. Dalam dunia pendidikan, pemimpin yang memiliki keyakinan kuat akan tujuan pendidikan dapat menghadapi tantangan globalisasi dan teknologi dengan percaya diri. Keimanan ini juga menjadi dasar untuk membangun kebijakan yang adil, jujur, dan visioner.
Kedua: Keikhlasan dalam Mengemban Amanah; Nabi Muhammad SAW menjalani Isra Mi’raj dengan penuh ketundukan kepada Allah SWT, yang mengajarkan arti keikhlasan dalam setiap amanah. Bagi guru dan kepala sekolah, keikhlasan ini berarti menjalankan tugas dengan tulus, tanpa mengharapkan pujian, dan selalu berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan generasi muda.
Ketiga: Semangat Pembelajaran Sepanjang Hayat; Perjalanan spiritual Nabi menjadi simbol pencarian ilmu yang tiada henti. Dalam konteks pendidikan, hal ini mendorong pemangku kepentingan untuk terus belajar, mengembangkan kompetensi, dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan kebutuhan peserta didik di era 5.0.
Keempat: Keseimbangan antara Spiritual dan Teknologi; Era society 5.0 menuntut pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan manusia. Namun, tanpa landasan spiritual, teknologi dapat kehilangan arah. Momentum Isra Mi’raj mengajarkan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika dalam penggunaan teknologi, memastikan bahwa inovasi tetap sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Kelima: Kepemimpinan Berbasis Visi Jangka Panjang; Perjalanan Nabi Muhammad SAW menuju Sidratul Muntaha memberikan pelajaran tentang keberanian meraih visi besar. Pemimpin pendidikan di era 5.0 perlu memiliki visi jangka panjang yang mencakup transformasi pendidikan berbasis teknologi, tetapi tetap berakar pada karakter dan moral bangsa. Hal ini relevan untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Isra Mi’raj adalah momentum spiritual yang memberikan inspirasi bagi pemangku kepentingan pendidikan untuk menghadapi era society 5.0 dengan landasan moral dan etika yang kuat. Implementasi nilai-nilai keimanan, keikhlasan, pembelajaran sepanjang hayat, keseimbangan spiritual-teknologi, dan visi jangka panjang menjadi kunci utama dalam mencetak generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Maka dengan ini, merkomendasikan bahwa: 1) Pemimpin pendidikan perlu mengintegrasikan pelatihan berbasis nilai-nilai spiritual dalam pengembangan SDM; 2) Guru dan tenaga kependidikan didorong untuk mengedepankan pendekatan holistik yang mengombinasikan aspek moral dan teknologi dalam pembelajaran; 3) Pemerintah perlu mendorong kebijakan pendidikan berbasis spiritual yang relevan untuk era digitalisasi dan globalisasi.
Dengan menjadikan Isra Mi’raj sebagai inspirasi, transformasi pendidikan dapat terwujud dalam membangun bangsa yang berdaya saing, berkarakter, dan berkeimanan kuat. Wallahu A'lam.