Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pendidikan Nilai dalam Kontek Lokal dan Global umtuk Indonesia Emas 2045

18 Januari 2025   17:13 Diperbarui: 18 Januari 2025   17:13 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: MTsN8 Sleman, tersedia https://mtsn8sleman.sch.id/blog/pendidikan-nilai-nilai-keagamaan-dalam-membentuk-karakter-siswa (dimodifikasi)

Pendidikan Nilai dalam Konteks Lokal dan Global untuk Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Pendidikan di era Society 5.0 menghadapi tantangan yang kompleks, termasuk menjaga identitas lokal di tengah arus globalisasi. Nilai-nilai lokal seperti gotong royong, kesederhanaan, dan toleransi adalah kekayaan bangsa yang dapat menjadi fondasi dalam menghadapi tantangan global. Namun, kenyataannya, banyak institusi pendidikan belum optimal dalam mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam pembelajaran. Di sisi lain, keterampilan global seperti kemampuan berpikir kritis, inovasi, dan adaptasi seringkali belum ditekankan secara menyeluruh. GAP ini memerlukan pendekatan strategis untuk memastikan siswa tidak hanya memahami nilai-nilai lokal tetapi juga mampu bersaing di tingkat global. Tulisan ini bertujuan memberikan panduan kepada guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan tentang cara mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan global dalam sistem pendidikan untuk mempersiapkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Berikut lima strategi mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan global dalam sistem pendidikan untuk mempersiapkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045:

Pertama: Penguatan Nilai Lokal sebagai Identitas Bangsa; Nilai-nilai lokal seperti gotong royong dan kesederhanaan harus diajarkan sejak dini sebagai identitas bangsa. Misalnya, program pembelajaran berbasis proyek (PBL) dapat mengintegrasikan nilai gotong royong dalam kegiatan tim yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang.

Kedua: Kontekstualisasi Nilai Lokal di Era Global; Pendidikan harus menjelaskan relevansi nilai-nilai lokal di era global. Sebagai contoh, konsep gotong royong dapat diterapkan dalam konteks kerja kolaboratif global yang membutuhkan sinergi lintas budaya dan kepercayaan.

Ketiga: Pengembangan Kompetensi Global; Selain memperkuat nilai lokal, siswa perlu dilatih keterampilan global seperti komunikasi lintas budaya, kemampuan berpikir kritis, dan pemanfaatan teknologi. Pengajaran bahasa asing, misalnya, dapat digabungkan dengan pembelajaran budaya lokal untuk membangun penghargaan terhadap keanekaragaman.

Keempat: Peran Guru Sebagai Fasilitator Integrasi; Guru memiliki peran sentral dalam mengintegrasikan nilai lokal dan global. Mereka dapat menggunakan pendekatan interdisipliner, seperti menggabungkan mata pelajaran sejarah lokal dengan isu-isu global, untuk menunjukkan koneksi antara nilai-nilai lokal dan tantangan dunia.

Kelima: Penerapan Kurikulum Berbasis Nilai dan Keterampilan; Kurikulum yang berbasis nilai dan keterampilan harus dirancang secara fleksibel untuk mengakomodasi kedua aspek ini. Sebagai contoh, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) melalui proyek yang mengedepankan inovasi berbasis budaya lokal. Pendidikan nilai dalam konteks lokal dan global adalah kunci untuk membangun generasi yang adaptif, kompeten, dan berkarakter. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal seperti gotong royong dengan keterampilan global, siswa dapat menjadi individu yang mampu bersaing secara internasional tanpa kehilangan identitas bangsa. Hal ini akan berimplikasi kepada: 1) Para Kepala Sekolah/Pimpinan: Perlu mendorong penyusunan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan keterampilan global; 2) Guru/Dosen: Harus menjadi agen perubahan dengan menerapkan metode pembelajaran yang relevan dan kontekstual; 3) Tenaga Kependidikan: Dapat mendukung dengan menyediakan lingkungan belajar yang mendukung integrasi nilai-nilai ini. Maka dengan ini, merekomendasikan bahwa: 1) Menyediakan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman tentang nilai lokal dan global; 2) Mengintegrasikan program pembelajaran berbasis nilai lokal dalam kegiatan ekstrakurikuler; 3) Memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan siswa dengan komunitas global tanpa menghilangkan akar budaya lokal.

Dengan pendekatan yang terintegrasi, pendidikan dapat menjadi motor penggerak untuk membangun bangsa yang unggul, adaptif, dan siap menghadapi tantangan Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun