Pendekatan Holistik dalam Pembentukan Karakter di Era 5.0
Oleh: A. Rusdiana
Di era Society 5.0, pendidikan tidak hanya berfokus pada pengembangan kompetensi akademik, tetapi juga membentuk individu yang berkarakter. Pendidikan yang holistik menjadi strategi utama untuk mengembangkan keunggulan komprehensif dalam diri siswa. Namun, pendekatan pendidikan di banyak institusi masih bersifat parsial, memisahkan pengajaran akademik dari pembentukan karakter. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam pengembangan potensi siswa secara menyeluruh. Pendekatan holistik menjawab tantangan ini dengan mengintegrasikan aspek akademik, emosional, dan sosial.
Tulisan ini membahas strategi penerapan pendekatan holistik dalam pembentukan karakter, terutama untuk guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan, dalam rangka membangun bangsa yang unggul dan berdaya saing global pada tahun 2045. Berikut lima strategi penerapan pendekatan holistik dalam pembentukan karakter, terutama untuk guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan:
Pertama: Mengintegrasikan Akademik, Emosional, dan Sosial dalam Pembelajaran
Pendekatan holistik menekankan pentingnya mengaitkan pengajaran akademik dengan pengembangan emosional dan sosial. Misalnya, pembelajaran matematika tidak hanya berfokus pada pemecahan masalah teknis tetapi juga melibatkan kerja kelompok yang melatih komunikasi dan empati.
Kedua: Membangun Lingkungan Belajar yang Inklusif dan Mendukung; Lingkungan belajar yang positif memainkan peran penting dalam membentuk karakter siswa. Guru harus menciptakan suasana kelas yang inklusif, di mana siswa merasa aman untuk berekspresi, belajar dari kesalahan, dan menghargai perbedaan.
Ketiga: Peran Guru Sebagai Fasilitator dan Teladan; Guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai role model yang menunjukkan nilai-nilai karakter melalui tindakan nyata. Misalnya, seorang guru yang konsisten, adil, dan empati akan menginspirasi siswa untuk meniru sikap tersebut.
Keempat: Pemanfaatan Teknologi untuk Mendukung Pembentukan Karakter; Teknologi dapat digunakan untuk memperkuat pendekatan holistik, seperti melalui simulasi pembelajaran berbasis kasus yang melibatkan pengambilan keputusan etis. Selain itu, platform digital dapat membantu memonitor perkembangan karakter siswa secara lebih terukur.
Kelima: Evaluasi Berbasis Karakter; Evaluasi yang komprehensif tidak hanya mengukur hasil akademik tetapi juga perkembangan karakter siswa. Guru dapat menggunakan rubrik khusus untuk menilai aspek seperti kerja sama, tanggung jawab, dan kejujuran selama proses belajar.
Pendekatan holistik adalah kunci pembentukan generasi berkarakter unggul di era Society 5.0. Integrasi aspek akademik, emosional, dan sosial memastikan pengembangan potensi siswa secara menyeluruh dan relevan dengan kebutuhan zaman. Hal ini akan berimplikasi kepada: 1) Para Kepala sekolah/pimpinan: Harus mendorong pelatihan guru tentang metode pendekatan holistik; 2) Guru/dosen: Perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai aspek pembentukan karakter; 3) Tenaga kependidikan: Dapat mendukung penciptaan lingkungan sekolah yang mempromosikan nilai-nilai positif. Maka dengan ini, merekomendasikan bahwa: 1) Menyediakan pelatihan rutin bagi guru dalam penerapan pendekatan holistik; 2) Menggunakan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran dan evaluasi karakter siswa; 3) Mengintegrasikan pembelajaran berbasis nilai moral ke dalam kurikulum akademik dan kegiatan ekstrakurikuler.