Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kompetensi Kepemimpinan Kolaboratif: Kunci Menuju Pendidikan Unggul Era 5.0

13 Januari 2025   17:05 Diperbarui: 13 Januari 2025   17:05 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: APPSENSI, tersedia di  https://appsensi.com/kompetensi-kepemimpinan

Kompetensi Kepemimpinan Kolaboratif: Kunci Menuju Pendidikan Unggul di Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Tantangan di era 5.0 menuntut kepemimpinan yang lebih kolaboratif, di mana teknologi, manusia, dan nilai-nilai sosial saling bersinergi. Dalam konteks pendidikan, kepala sekolah, guru, dosen, dan pejabat muda harus bertransformasi menjadi pemimpin yang mampu menjembatani ide lintas sektor dan budaya. Teori kompetensi kepemimpinan menekankan pentingnya hard skills dan soft skills untuk membangun kolaborasi yang efektif. Namun, masih terdapat kesenjangan (GAP) dalam penerapan kepemimpinan kolaboratif di dunia pendidikan. Banyak pemimpin belum optimal memanfaatkan peluang lintas sektor, sehingga kolaborasi sering kali terbatas pada tingkat internal. Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi kompetensi yang diperlukan bagi pemimpin kolaboratif dalam membangun pendidikan unggul guna menyongsong Indonesia Emas 2045.  Berikut 4 kompetensi yang diperlukan bagi pemimpin kolaboratif:

Pertama: Konektor yang Efektif; Pemimpin kolaboratif harus berperan sebagai penghubung (konektor) yang mampu menjembatani berbagai pihak dengan latar belakang yang berbeda. Dalam dunia pendidikan, seorang kepala sekolah atau dosen dapat menghubungkan institusi dengan dunia industri, pemerintah, dan komunitas lokal. Contohnya adalah menjalin kemitraan dengan perusahaan teknologi untuk menghadirkan pelatihan berbasis keterampilan digital bagi siswa. Kompetensi ini memungkinkan pemimpin untuk mengintegrasikan berbagai gagasan yang relevan dengan kebutuhan pendidikan.

Kedua: Menarik dan Mengelola Bakat Beragam; Pemimpin yang kolaboratif memiliki kemampuan untuk menarik individu-individu berbakat dari berbagai latar belakang, baik internal maupun eksternal organisasi. Guru atau dosen yang memimpin tim harus memahami potensi unik setiap anggota, termasuk keahlian teknis, budaya, dan sosial. Contohnya adalah membangun tim pengajar yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu untuk menciptakan pembelajaran lintas disiplin yang relevan dengan era 5.0.

Ketiga: Membuat Model Kolaborasi dari Atas ke Bawah; Pemimpin kolaboratif harus menjadi panutan dalam membangun model kolaborasi yang dimulai dari level tertinggi organisasi. Model ini berfokus pada tujuan utama, yaitu menarik orang-orang kompeten untuk bekerja sama. Dalam pendidikan, misalnya, kepala sekolah dapat membentuk forum diskusi lintas jabatan untuk menciptakan solusi kolektif terkait kurikulum atau pengelolaan lembaga. Hal ini membangun budaya kolaborasi yang kuat dan berkelanjutan.

Keempat: Kepemimpinan Tegas untuk Mengelola Tim; Meski kolaboratif, pemimpin juga harus memiliki ketegasan untuk memastikan tim tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif. Dalam dunia pendidikan, seorang pemimpin yang tegas dapat menetapkan batasan yang jelas dan memastikan timnya tetap fokus pada pencapaian tujuan. Misalnya, seorang dosen pembimbing dapat mengarahkan kelompok penelitian untuk menyelesaikan proyek sesuai tenggat waktu dengan menetapkan prioritas yang jelas.

Kepemimpinan kolaboratif adalah kunci untuk menciptakan pendidikan unggul di era 5.0. Dengan menjadi konektor yang efektif, menarik dan mengelola bakat beragam, membangun model kolaborasi yang kuat, dan mempraktikkan kepemimpinan tegas, pemimpin pendidikan dapat menciptakan lingkungan yang inovatif, adaptif, dan inklusif. Maka dengan ini, merekomendasikan kepada para pemamgku kepentingan pendidikan: 1) Para Kepala/Pimpinan Pendidikan: Mengembangkan program pelatihan kepemimpinan kolaboratif untuk mempersiapkan pemimpin masa depan yang adaptif; 2) Bagi Guru dan Dosen: Mengadopsi pendekatan kolaboratif dalam pengajaran untuk mengintegrasikan berbagai perspektif dan keahlian; 3) Bagi Pemangku Kebijakan: Menciptakan kebijakan yang mendorong kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan pendidikan.

Dengan kompetensi ini, pendidikan Indonesia akan mampu menghadapi tantangan era 5.0 dan berkontribusi dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun