Sumber: Expertindo. tersedia di https://expertindo-training.com/kepemimpinan-yang-berfokus-pada-kesejahteraan
Kepemimpinan Kolaboratif: Meningkatkan Kesejahteraan Lingkungan Pendidikan untuk Era 5.0
Oleh: A. Rusdiana
Dalam menghadapi tantangan era 5.0 dan visi Indonesia Emas 2045, dunia pendidikan memiliki peran sentral. Lingkungan pendidikan yang sejahtera tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga kesejahteraan psikologis, sosial, dan profesional bagi guru, dosen, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Teori Maslow tentang kebutuhan dasar manusia dan teori Two-Factor Herzberg menyoroti pentingnya faktor lingkungan kerja dalam meningkatkan kepuasan dan produktivitas. Namun, kesenjangan masih terlihat di berbagai institusi pendidikan, seperti lemahnya kolaborasi antar-stakeholder dan minimnya dukungan emosional serta profesional terhadap tenaga pendidik. Tulisan ini bertujuan memberikan rekomendasi strategis untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan pendidikan, memperkuat kolaborasi, dan menyiapkan generasi unggul di era 5.0. Berikut strategis untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan pendidikan, memperkuat kolaborasi:
Pertama: Kepemimpinan Kolaboratif; Pemimpin pendidikan, baik kepala sekolah, rektor, maupun kepala dinas, harus mengadopsi gaya kepemimpinan kolaboratif yang memberdayakan semua pihak. Kepemimpinan ini mendorong partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, menciptakan budaya saling mendukung, dan membuka ruang dialog. Dengan ini, guru dan dosen merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Kedua: Peningkatan Kesejahteraan Psikologis; Kesejahteraan psikologis guru dan dosen sering kali terabaikan, padahal peran mereka sangat vital. Institusi pendidikan dapat menyediakan program kesehatan mental, seperti konseling, pelatihan mindfulness, dan dukungan keseimbangan kerja-kehidupan. Kesejahteraan psikologis yang baik meningkatkan fokus, inovasi, dan produktivitas mereka di tempat kerja.
Ketiga: Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur; Fasilitas pendidikan yang mendukung, seperti ruang belajar yang nyaman, teknologi terkini, dan akses ke sumber daya digital, sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran. Selain itu, tenaga pendidik membutuhkan ruang kolaborasi untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif.
Keempat: Pengembangan Kompetensi Profesional; Pendidikan berkelanjutan bagi guru dan dosen harus menjadi prioritas. Pelatihan berbasis teknologi, seminar inovasi pembelajaran, dan program mentoring dapat membantu mereka tetap relevan di era 5.0. Ini juga mencakup pemahaman tentang pendidikan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Kelima: Membangun Komunitas Pendidikan yang Solid; Membangun jejaring komunitas antar-guru, dosen, dan pemangku kepentingan lainnya dapat meningkatkan kerjasama dan saling dukung. Forum diskusi online, workshop kolaboratif, dan platform berbagi praktik terbaik memungkinkan pertukaran ide secara dinamis. Dengan demikian, lingkungan pendidikan menjadi lebih inklusif dan inspiratif.
Meningkatkan kesejahteraan lingkungan pendidikan adalah langkah krusial dalam menghadapi era 5.0 dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Melalui kepemimpinan kolaboratif, dukungan psikologis, infrastruktur memadai, pengembangan kompetensi, dan komunitas pendidikan yang solid, institusi pendidikan dapat menjadi fondasi utama kemajuan bangsa. Atas dasar itu, tulisan ini merekomendasikan bahwa: 1) Pemimpin pendidikan perlu menjalankan program berbasis kolaborasi dan mendukung kesejahteraan psikologis; 2) Pemerintah dan swasta harus memperkuat investasi dalam fasilitas dan program pelatihan bagi guru dan dosen; 3) Komunitas pendidikan perlu diperluas melalui platform digital untuk menjangkau kolaborasi lintas wilayah.