Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memahami Prefresnsi Siswa: Strategi Transformasi Pendidikan Menuju Era 5.0

8 Januari 2025   06:14 Diperbarui: 8 Januari 2025   06:14 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Connnectionscacademy, tersedia di https://www.connectionsacademy.com/support/resources/article/understanding-your-students-learning-style-the-theory-of-multiple/

Memahami Preferensi Belajar Siswa: Strategi Transformasi Pendidikan Menuju Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia sedang mempersiapkan generasi emas 2045 di tengah tantangan global yang kompleks, termasuk era industri 5.0 yang mengutamakan kolaborasi manusia dan teknologi. Pendidikan memainkan peran vital dalam membangun generasi yang kompeten dan inovatif. Namun, sistem pendidikan saat ini sering menghadapi kesenjangan dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam (GAP). Teori pembelajaran kolaboratif menekankan pentingnya memahami keunikan gaya belajar siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan individu. Dengan memanfaatkan teknologi seperti deep learning, guru muda dan pemangku kepentingan dapat mempersonalisasi strategi pembelajaran untuk memaksimalkan potensi setiap siswa. Tulisan ini bertujuan memberikan wawasan praktis bagi guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan untuk mendukung pendidikan berkualitas di era 5.0 menuju Indonesia Emas 2045. Berikut elaborasi dari strategi Memahami Preferensi Belajar Siswa:

Pertama: Identifikasi Gaya Belajar dengan Teknologi Deep Learning; Teknologi deep learning memungkinkan analisis data perilaku siswa secara mendalam untuk mengidentifikasi preferensi belajar mereka. 1) Visual Learners: Siswa yang lebih memahami materi melalui gambar, video, atau diagram. Strategi seperti presentasi visual dan infografik dapat digunakan; 2) Auditory Learners: Siswa yang menyerap informasi lebih baik melalui penjelasan verbal, diskusi, atau podcast; 3) Kinesthetic Learners: Siswa yang membutuhkan pengalaman praktik langsung untuk belajar, seperti simulasi atau eksperimen. Pemahaman ini menjadi dasar bagi guru dalam merancang kurikulum yang personal.

Kedua: Mengembangkan Materi Pembelajaran yang Fleksibel dan Adaptif; Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang fleksibel: 1) Gunakan learning management systems (LMS) untuk menyediakan berbagai format materi, seperti video, teks, atau modul interaktif; 2) Kombinasikan metode pengajaran tradisional dengan teknologi digital untuk menjangkau semua tipe siswa.

Ketiga: Melatih Guru dalam Pemanfaatan Teknologi; Guru muda perlu diberdayakan dengan pelatihan teknologi: 1) Pelatihan artificial intelligence (AI) dan machine learning untuk memahami analisis data siswa; 2) Workshop desain pembelajaran berbasis teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang inovatif.

Keempat: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kolaboratif; Pendidikan kolaboratif mendorong interaksi antarsiswa dengan berbagai gaya belajar; 1) Terapkan metode pembelajaran berbasis proyek (PBL) untuk memfasilitasi kerja sama; 2) Gunakan platform digital yang mendukung diskusi dan berbagi ide lintas gaya belajar.

Kelima: Implikasi bagi Pemangku Kepentingan; 1) Kepala Sekolah: Memfasilitasi kebijakan yang mendukung pengembangan pembelajaran berbasis teknologi; 2) Guru: Memanfaatkan data siswa untuk personalisasi strategi pembelajaran; 3) Tenaga Kependidikan: Mendukung infrastruktur teknologi, seperti akses internet dan perangkat digital.

Memahami preferensi belajar siswa melalui teknologi deep learning adalah langkah strategis untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif dan personal di era 5.0. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan tetapi juga membangun generasi emas yang siap bersaing secara global. Maka dengan ini, merekomendasikan bahwa: 1) Pemangku kepentingan pendidikan perlu berinvestasi dalam teknologi pendidikan; 2) Guru dan tenaga kependidikan harus dilatih untuk memanfaatkan teknologi secara efektif; 3) Pemerintah perlu memperkuat kebijakan yang mendukung integrasi teknologi dalam pendidikan.

Melalui kolaborasi antara guru muda, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan, transformasi pendidikan berbasis teknologi dapat terwujud, menjadikan Indonesia siap menyongsong tantangan global menuju Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun