Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyelarasan Kurikulum dengan Kerangka Kerja Global: Strategi Menuju Indonesia Emas 2045

7 Januari 2025   10:53 Diperbarui: 7 Januari 2025   11:27 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: PPs. UIN SGD, tersedia di https://pps.uinsgd.ac.id/workshop-kurikulum-program-studi-magister-pendidikan-agama-islam-dan-manajemen-pendidikan-islam/

Penyelarasan Kurikulum dengan Kerangka Kerja Global: Strategi Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Di tengah tantangan global, pendidikan menjadi kunci untuk mencetak generasi muda yang berdaya saing tinggi. Kerangka kerja global seperti Sustainable Development Goals (SDGs) memberikan panduan strategis untuk menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan global, mencakup dimensi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Teori pembelajaran kolaboratif menekankan bahwa pembelajaran berbasis masalah global mampu meningkatkan pemikiran kritis dan inovasi mahasiswa. Namun, GAP yang sering muncul adalah kurangnya integrasi modul keberlanjutan dalam kurikulum, sehingga lulusan tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang tantangan global. Tulisan ini penting untuk mengeksplorasi strategi penyelarasan kurikulum dengan kerangka kerja global guna membangun talenta muda yang kompeten dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut 5 strategi penyelarasan kurikulum dengan kerangka kerja global:

Pertama: Integrasi Modul Keberlanjutan dalam Kurikulum; Modul keberlanjutan berbasis SDGs memungkinkan mahasiswa memahami masalah global dengan pendekatan holistik. Contohnya, Prodi MPI S2 telah mengintegrasikan mata kuliah yang membahas solusi berkelanjutan untuk tantangan lingkungan, seperti mitigasi perubahan iklim. Modul ini tidak hanya teoritis tetapi juga aplikatif melalui proyek berbasis komunitas.

Kedua: Kolaborasi dengan Institusi Internasional; Kerja sama dengan institusi global memungkinkan transfer pengetahuan terbaik. Misalnya, kolaborasi dengan universitas di Eropa telah menghasilkan kurikulum yang menekankan prinsip ekonomi sirkular. Mahasiswa dilatih untuk menciptakan model bisnis yang mendukung keberlanjutan sosial dan lingkungan.

Ketiga: Penggunaan Teknologi AI untuk Analisis Data Global; Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam pendidikan memungkinkan mahasiswa mempelajari analisis data global secara efisien. Dengan AI, mahasiswa dapat mengevaluasi data terkait target SDGs, seperti tingkat emisi karbon atau indikator kesejahteraan sosial, yang menjadi dasar untuk menyusun kebijakan inovatif.

Keempat: Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning); Model pembelajaran berbasis proyek membantu mahasiswa menerapkan teori ke dalam praktik nyata. Misalnya, mahasiswa dapat mengembangkan solusi teknologi sederhana untuk tantangan air bersih di daerah terpencil, yang relevan dengan tujuan SDGs ke-6 (akses air bersih dan sanitasi).

Kelima: Peningkatan Kompetensi Interdisipliner; Kerangka kerja global memerlukan pemahaman lintas disiplin. Kurikulum harus dirancang untuk mengintegrasikan berbagai bidang ilmu, seperti teknologi, ekonomi, dan sosiologi. Sebagai contoh, mahasiswa dilibatkan dalam proyek interdisipliner untuk menciptakan solusi bagi kota pintar (smart city), mencakup aspek teknologi dan sosial.

Penyelarasan kurikulum dengan kerangka kerja global seperti SDGs adalah langkah strategis untuk mencetak generasi muda yang siap menghadapi tantangan era 5.0 dan berkontribusi pada pembangunan bangsa. hal ini berimplikasi kepada: 1) Para Pimpinan institusi perlu memperkuat kolaborasi dengan mitra internasional untuk memastikan relevansi kurikulum; 2) Dosen didorong untuk terus mengembangkan metode pembelajaran berbasis proyek yang terkait dengan SDGs; 3) Mahasiswa perlu dilibatkan secara aktif dalam riset dan proyek berbasis keberlanjutan; 4) Pemerintah diharapkan mendukung integrasi kerangka kerja global dalam pendidikan melalui regulasi yang adaptif.

Melalui langkah-langkah ini, Indonesia dapat menciptakan talenta muda yang tidak hanya kompeten secara nasional, tetapi juga mampu bersaing dan berkontribusi di tingkat global, menyongsong Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun