Pendidikan Toleransi: Memupuk Persatuan melalui Mata Pelajaran Agama*)
Oleh: A. Risdiana
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman agama dan kepercayaan. Namun, tantangan seperti intoleransi dan konflik berbasis agama masih menjadi ancaman bagi persatuan bangsa. Pendidikan memiliki peran strategis untuk mengatasi masalah ini, khususnya melalui mata pelajaran agama yang dapat menjadi media pembelajaran toleransi. Teori pembelajaran kolaboratif menekankan pentingnya interaksi dalam lingkungan yang beragam untuk membangun pemahaman bersama. Namun, dalam praktiknya, pembelajaran agama sering terfokus pada dogma dan ritual tertentu, tanpa menjembatani dialog lintas agama. GAP ini menjadi peluang bagi guru agama untuk mengintegrasikan nilai-nilai toleransi sebagai bagian dari kurikulum. Pendidikan berbasis toleransi dalam mata pelajaran agama adalah jawaban untuk membentuk generasi muda yang menghargai keberagaman, mampu hidup berdampingan secara damai, dan menjadi agen perubahan di era Society 5.0 menuju Indonesia Emas 2045. Berikut 5 strategi Pendidikan Toleransi: Memupuk Persatuan melalui Mata Pelajaran Agama:
Pertama: Diskusi Lintas Agama di Kelas; Guru agama dapat memfasilitasi diskusi lintas agama yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang untuk berbagi pandangan tentang nilai universal seperti kasih sayang, perdamaian, dan kerja sama. Contoh: 1) Membentuk kelompok diskusi yang membahas tema seperti "Perdamaian dalam Perspektif Agama." 2) Menggunakan studi kasus untuk menganalisis bagaimana nilai-nilai universal diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi ini mengajarkan siswa untuk mendengarkan, menghormati, dan menghargai perspektif yang berbeda.
Kedua: Mengundang Tokoh Agama untuk Berbagi Inspirasi; Guru dapat mengundang tokoh agama dari berbagai kepercayaan untuk berbagi pengalaman dan pandangan mereka tentang toleransi. Contoh: 1) Tokoh agama berbicara tentang pentingnya kerja sama lintas agama dalam membantu masyarakat, seperti program kemanusiaan atau bencana alam; 2) Diskusi panel di kelas tentang kontribusi nilai-nilai agama dalam menciptakan masyarakat yang harmonis. Interaksi ini memberikan siswa wawasan nyata tentang kerukunan antarumat beragama.
Ketiga: Proyek Kolaboratif Bertema Toleransi; Siswa dapat diberi tugas kelompok untuk merancang proyek yang mempromosikan toleransi dan persatuan. Contoh: 1) Membuat video kampanye toleransi yang melibatkan siswa dari berbagai agama; 2) Menulis buku cerita atau komik yang mengangkat tema persahabatan lintas agama. Proyek ini menggabungkan keterampilan kreatif dengan pesan moral, sekaligus memupuk kerja sama.
Keempat: Pemanfaatan Teknologi untuk Pendidikan Toleransi; Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memperluas wawasan siswa tentang keberagaman agama. Contoh: 1) Menggunakan aplikasi atau platform digital seperti Kahoot atau Canva untuk membuat kuis interaktif tentang nilai-nilai toleransi dalam berbagai agama; 2) Melakukan tur virtual ke tempat ibadah yang berbeda untuk memahami tradisi dan budaya masing-masing agama. Teknologi membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan di era digital.
Kelima: Refleksi dan Evaluasi Nilai Toleransi; Setelah proses pembelajaran, siswa diajak untuk merefleksikan pemahaman mereka tentang toleransi. Contoh: 1) Menulis jurnal pribadi tentang pengalaman mereka dalam belajar toleransi; 2) Mengadakan sesi tanya jawab atau debat sehat untuk mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai toleransi diterapkan dalam kehidupan nyata. Refleksi membantu siswa menyerap nilai-nilai toleransi secara mendalam.
Pendidikan berbasis toleransi dalam mata pelajaran agama adalah langkah penting untuk menciptakan generasi muda yang mampu menghargai keberagaman, memperkuat persatuan bangsa, dan menghadapi tantangan global di era Society 5.0. Dengan ini merekomendasikan kepada: 1) Para Kepala/Pimpinan Lembaga Pendidikan: Mendorong penerapan metode pembelajaran berbasis toleransi dalam mata pelajaran agama dan mendukung kegiatan lintas agama yang konstruktif; 2) Guru/Dosen: Mengembangkan kurikulum yang mencakup nilai-nilai universal dan menciptakan ruang dialog yang inklusif di kelas; 3) Tenaga Kependidikan: Mendukung teknis pelaksanaan kegiatan seperti mengundang tokoh agama, menyediakan fasilitas teknologi, dan dokumentasi kegiatan.
Dengan langkah-langkah ini, mata pelajaran agama tidak hanya menjadi media pembelajaran spiritual, tetapi juga wahana untuk membangun generasi Indonesia yang rukun dan harmonis menuju Indonesia Emas 2045.