Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Transformasi Peran Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran di Era 5.0

1 Januari 2025   13:10 Diperbarui: 1 Januari 2025   13:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Suara Kreatif, tersedia di https://suarakreatif.com/transformasi-peran-guru-dalam-pendidikan

Transformasi Peran Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran di Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Peran guru dalam pendidikan terus berkembang, terutama di era 5.0 yang menuntut transformasi menyeluruh dalam pendekatan pembelajaran. Guru tidak lagi hanya bertindak sebagai pemberi ilmu, tetapi sebagai fasilitator yang membantu siswa menggali potensi mereka, menemukan solusi, dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan dunia nyata. Fenomena ini diperkuat oleh perkembangan teori behavior shaping, yang menekankan pembentukan perilaku melalui intervensi positif, dan pendekatan deep learning, yang menekankan pemahaman mendalam. Namun, banyak guru muda menghadapi kesenjangan dalam kemampuan teknologi dan strategi inovatif, yang menjadi hambatan dalam melaksanakan transformasi ini. Mengacu pada nilai-nilai dalam Al-Qur'an, seperti yang terkandung dalam Surah al-Hasyr ayat 18, proses pembelajaran harus mendorong introspeksi dan perbaikan berkelanjutan. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan panduan praktis bagi guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan untuk beradaptasi dengan peran baru ini, mendukung visi Indonesia Emas 2045. Berikut elaborasi dari Transformasi Peran Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran di Era 5.0: 

Pertama: Mendorong Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning);
Guru sebagai fasilitator dapat memanfaatkan project-based learning untuk melibatkan siswa dalam proyek nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, siswa dapat diajak membuat kampanye lingkungan atau mengembangkan prototipe sederhana. Pendekatan ini meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan problem-solving.

Kedua: Mengintegrasikan Teknologi dalam Proses Pembelajaran; Pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi edukasi, video interaktif, dan platform pembelajaran online, memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan mendalam. Guru perlu mendapatkan pelatihan intensif untuk menguasai alat-alat ini, sehingga dapat mengarahkan siswa dengan efektif.

Ketiga: Menumbuhkan Keterampilan Soft Skills; Sebagai fasilitator, guru harus mendorong pengembangan soft skills siswa, seperti komunikasi, empati, dan adaptasi. Misalnya, melalui simulasi atau permainan peran (role-play), siswa belajar menghadapi situasi kompleks dengan percaya diri.

Keempat: Membangun Hubungan yang Positif dan Inklusif; Guru perlu menciptakan hubungan yang mendukung antara siswa dan dirinya. Pendekatan ini melibatkan komunikasi yang terbuka, pemberian umpan balik yang konstruktif, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Dengan begitu, siswa merasa nyaman untuk mengeksplorasi ide dan belajar dari kesalahan mereka.

Kelima: Mengintegrasikan Nilai Etika dan Ketakwaan dalam Pembelajaran; Selain fokus pada akademik, guru harus menanamkan nilai etika dan ketakwaan dalam pembelajaran. Contohnya, guru dapat memanfaatkan momen refleksi setelah setiap kegiatan untuk mengevaluasi nilai-nilai yang telah dipelajari siswa, seperti kejujuran dan tanggung jawab, yang selaras dengan visi kurikulum berbasis karakter.

Transformasi peran guru sebagai fasilitator adalah langkah krusial dalam menghadapi tantangan era 5.0 dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Dengan pendekatan berbasis proyek, teknologi, dan nilai etika, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang mendalam, relevan, dan inklusif bagi siswa. Hal ini berimplikasi pada
Transformasi ini membutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari pelatihan guru, penyediaan teknologi, hingga kebijakan pendidikan yang progresif. Maka dengan ini, merekomendasikan kepada: 1) Para Kepala Sekolah: Sediakan program pelatihan berkelanjutan bagi guru untuk menguasai strategi inovatif dan teknologi pendidikan; 2) Untuk Guru: Terapkan pendekatan fasilitatif secara bertahap, sambil mengevaluasi dampaknya terhadap siswa; 3) Untuk Pemangku Kebijakan: Pastikan kurikulum nasional mendukung pendekatan pembelajaran inovatif, termasuk alokasi anggaran untuk teknologi dan pelatihan; 4) Untuk Orang Tua dan Komunitas: Libatkan diri dalam proses pendidikan siswa, mendukung peran guru sebagai fasilitator dengan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah.

Dengan kolaborasi yang efektif, transformasi peran guru dapat membawa dampak besar bagi kualitas pendidikan Indonesia, mendukung pembentukan generasi emas yang kompeten, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun