Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memupuk Nilai Ketakwaan dan Etika dalam Transformasi Proses Belajar-Mengajar

1 Januari 2025   10:25 Diperbarui: 1 Januari 2025   10:25 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.academia.edu/99292085/Konsep_konsep_keguruan_dalam_pendidikan-islam (dimodifikasi))

Memupuk Nilai Ketakwaan dan Etika dalam Transformasi Proses Belajar-Mengajar

Oleh: A. Rusdiana

Transformasi pendidikan tidak hanya bertujuan mencetak individu yang cerdas, tetapi juga membangun karakter bangsa yang berlandaskan nilai spiritual dan etika. Ayat Surah al-Hasyr ayat 18 mengingatkan manusia untuk selalu introspeksi atas amal perbuatannya untuk hari esok. Dalam konteks pendidikan, ketakwaan dan etika adalah dua nilai utama yang harus terintegrasi dalam setiap proses belajar-mengajar. Teori behavior shaping, yang berfokus pada pengondisian perilaku, dan pendekatan fun learning, yang mengutamakan pembelajaran yang menyenangkan, sering dianggap bertolak belakang. Kesenjangan ini dapat dijembatani dengan mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan etika dalam metode pembelajaran. Namun, tantangan utama saat ini adalah bagaimana pendidikan dapat tetap relevan di era 5.0 dengan penerapan kurikulum deep learning, sambil memastikan bahwa nilai-nilai ketakwaan dan etika menjadi bagian integral dari prosesnya. Tulisan ini bertujuan untuk membahas strategi memupuk nilai-nilai tersebut bagi guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan guna menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut elaborasi dari Memupuk Nilai Ketakwaan dan Etika dalam Transformasi Proses Belajar-Mengajar:

Pertama: Integrasi Nilai Ketakwaan dalam Kurikulum; Ketakwaan tidak hanya menjadi aspek religius, tetapi juga membentuk karakter individu. Kurikulum dapat dirancang untuk mengajarkan nilai ketakwaan melalui pendidikan agama yang relevan dengan konteks kehidupan modern. Contohnya, siswa tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga praktik ibadah dan penerapan nilai-nilai seperti tanggung jawab, jujur, dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua: Etika Sebagai Landasan Pengajaran; Nilai etika, seperti kejujuran, keadilan, dan kerja keras, harus menjadi bagian dari setiap pelajaran akademik. Guru dapat memadukan konsep akademik dengan contoh nyata tentang pentingnya etika dalam kehidupan profesional. Misalnya, dalam pelajaran sains, siswa dapat diajak berdiskusi tentang etika dalam penelitian dan inovasi teknologi.

Ketiga: Penerapan Pembelajaran Berbasis Karakter; Spirit muhasabah dalam Surah al-Hasyr ayat 18 dapat diterapkan melalui pembelajaran berbasis karakter. Guru dapat mengajak siswa untuk merenungkan tindakan mereka dan dampaknya terhadap lingkungan sosial. Proyek-proyek berbasis komunitas yang mengutamakan kolaborasi dan pengabdian masyarakat juga dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter.

Keempat: Peran Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Ketakwaan dan Etika; Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan budaya sekolah yang berlandaskan ketakwaan dan etika. Program seperti refleksi mingguan, bimbingan spiritual, dan pelatihan etika bagi guru dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran berbasis nilai.

Kelima: Mengadaptasi Teknologi untuk Pendidikan Berbasis Nilai; Di era 5.0, teknologi dapat menjadi alat untuk mengintegrasikan ketakwaan dan etika dalam pembelajaran. Contohnya, platform pembelajaran digital dapat menyediakan konten yang mengajarkan nilai-nilai spiritual melalui video interaktif atau simulasi kasus etis. Guru juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mengukur pemahaman siswa terhadap nilai-nilai tersebut melalui kuis reflektif atau proyek berbasis teknologi. Memupuk nilai ketakwaan dan etika dalam proses belajar-mengajar adalah langkah strategis untuk membentuk generasi Indonesia Emas 2045 yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter.

Dengan integrasi nilai-nilai ini, pendidikan dapat menjadi instrumen transformasi yang menjawab tantangan era 5.0. Hal itu, berimplikasi kepada  Guru muda, kepala sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya harus memahami pentingnya mengintegrasikan ketakwaan dan etika dalam proses pendidikan. Hal ini tidak hanya membentuk siswa yang kompeten secara akademik, tetapi juga tangguh secara moral dan spiritual. Maka dari itu, tulisan ini merekomendasikan bahwa: 1) Untuk Kepala Sekolah: Perkuat program budaya sekolah berbasis nilai dengan menyediakan pelatihan spiritual dan etika bagi guru; 2) Untuk Guru: Terapkan metode pembelajaran berbasis refleksi dan proyek untuk mengintegrasikan nilai-nilai ketakwaan dan etika dalam pelajaran; 3) Untuk Pemangku Kebijakan: Dukungan terhadap pengembangan kurikulum berbasis nilai dengan menyediakan pelatihan intensif dan sumber daya teknologi yang relevan; 4) Untuk Lembaga Pendidikan: Manfaatkan teknologi sebagai alat untuk mengajarkan nilai spiritual dan etika secara kreatif dan aplikatif.

Dengan mengedepankan ketakwaan dan etika, proses pendidikan di Indonesia dapat menjadi katalisator bagi kemajuan bangsa yang berlandaskan nilai-nilai luhur. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun