Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penguatan Kebiasaan Positif Melalui Evaluasi Berkelanjutan

1 Januari 2025   04:19 Diperbarui: 1 Januari 2025   04:19 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Liputan6, tersedia di https://www.liputan6.com/feeds/read/5830396/tujuan-disiplin-positif-membentuk-karakter-anak-tanpa-kekerasan?page=2

Penguatan Kebiasaan Positif melalui Evaluasi Berkelanjutan: Strategi Pendidikan di Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Di era 5.0, pendidikan menghadapi tantangan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya kompeten secara intelektual tetapi juga memiliki karakter positif yang kuat. Salah satu cara mencapai tujuan ini adalah dengan menerapkan evaluasi berkelanjutan. Evaluasi yang konsisten memberikan umpan balik yang memungkinkan pendidik dan peserta didik mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan, kemudian mengarahkan upaya perbaikan. Menurut Teori Transformasi Belajar, perubahan signifikan terjadi ketika proses evaluasi dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan. Namun, terdapat GAP dalam praktik evaluasi, di mana sering kali evaluasi hanya dilakukan sebagai formalitas atau pada akhir periode tertentu tanpa tindak lanjut yang signifikan. Tulisan ini penting untuk mengarahkan pemangku kepentingan pendidikan dalam memanfaatkan evaluasi sebagai alat untuk penguatan kebiasaan positif, sekaligus mendukung penerapan kurikulum deep learning untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut lima konten operasional yang dapat mendukung penerapan evaluasi berkelanjutan untuk memperkuat kebiasaan positif:

Pertama: Penetapan Indikator Kebiasaan Positif yang Jelas; Langkah awal adalah menentukan indikator kebiasaan positif yang ingin dicapai, seperti kedisiplinan, keterbukaan terhadap umpan balik, dan kolaborasi efektif. Contohnya, dalam pembelajaran berbasis proyek (PBL), kedisiplinan dapat diukur melalui ketepatan waktu siswa dalam menyelesaikan tugas. Indikator ini menjadi dasar untuk evaluasi rutin.

Kedua: Mekanisme Evaluasi Rutin dan Berkelanjutan; Evaluasi tidak hanya dilakukan di akhir semester tetapi secara rutin, misalnya setiap minggu atau setelah menyelesaikan proyek tertentu. Guru dapat menggunakan instrumen seperti jurnal refleksi, wawancara, atau kuesioner untuk mengevaluasi aspek non-akademik. Contohnya, meminta siswa menulis pengalaman belajar mereka setiap pekan untuk mengidentifikasi tantangan dan keberhasilan yang dialami.

Ketiga: Penggunaan Umpan Balik yang Konstruktif; Umpan balik harus bersifat membangun, spesifik, dan dapat diterapkan. Sebagai contoh, ketika seorang siswa gagal memenuhi tenggat waktu, guru dapat memberikan saran konkret tentang manajemen waktu yang lebih baik, daripada sekadar memberikan nilai rendah. Hal ini juga berlaku untuk guru yang menerima umpan balik dari kepala sekolah atau rekan sejawat.

Keempat: Melibatkan Peserta Didik dalam Proses Evaluasi; Siswa yang terlibat dalam evaluasi cenderung lebih bertanggung jawab terhadap perkembangan mereka. Misalnya, siswa dapat diminta untuk mengevaluasi hasil kerja mereka sendiri atau teman sebaya melalui rubrik yang telah disepakati bersama. Pendekatan ini menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap proses pembelajaran.

Kelima: Integrasi Teknologi untuk Evaluasi yang Efektif; Pemanfaatan teknologi seperti Learning Management System (LMS) dapat membantu memantau kebiasaan siswa secara real-time. LMS dapat mencatat kehadiran, waktu pengerjaan tugas, serta interaksi siswa dalam diskusi online. Data ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kebiasaan dan memberikan intervensi yang tepat waktu.

Evaluasi berkelanjutan adalah kunci untuk memperkuat kebiasaan positif dalam pendidikan. Dengan penetapan indikator yang jelas, evaluasi rutin, umpan balik konstruktif, keterlibatan siswa, dan pemanfaatan teknologi, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan ini merekomendasikan bahwa: 1) Kepala Sekolah/Pimpinan: Mendorong budaya evaluasi berkelanjutan dengan menyusun program pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan; 2) Guru/Dosen: Menggunakan evaluasi sebagai alat untuk membimbing siswa dan mengembangkan pendekatan pengajaran yang lebih baik; 3) Tenaga Kependidikan: Mendukung implementasi teknologi yang memudahkan evaluasi berkelanjutan dan analisis data.

Dengan strategi ini, kebiasaan positif dapat ditanamkan lebih efektif, mendukung transformasi pendidikan menuju era 5.0, dan menciptakan generasi unggul yang siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun