Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menggunakan Platform Kolaboratif untuk Pembelajaran Berbasis Proyek: Langkah Inovatif Menuju Indonesia Emas 2045

25 Desember 2024   12:41 Diperbarui: 25 Desember 2024   12:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggunakan Platform Kolaboratif untuk Pembelajaran Berbasis Proyek: Langkah Inovatif Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Pendidikan di era 5.0 menuntut pendekatan yang lebih inovatif, salah satunya adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Pendekatan ini menekankan kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah nyata. Teori Fun Learning juga mendukung pendekatan ini dengan memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan relevan. Namun, implementasi pembelajaran berbasis proyek masih menghadapi berbagai tantangan. GAP yang ada, seperti keterbatasan infrastruktur teknologi dan kurangnya pemahaman guru tentang platform kolaboratif, menghambat efektivitas penerapan metode ini. Tulisan ini bertujuan memberikan panduan bagi guru muda dan pemangku kepentingan pendidikan untuk mengoptimalkan penggunaan platform kolaboratif dalam pembelajaran berbasis proyek, guna menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut 6 straegi Optimalisasi Platform Kolaboratif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek: 

Partama: Google Classroom untuk Manajemen Proyek; Google Classroom memungkinkan guru mengatur proyek kelompok dengan mudah. Guru dapat membuat kelas khusus untuk setiap kelompok, mengunggah tugas, dan memantau kemajuan siswa secara real-time. Contohnya, proyek analisis dampak lingkungan lokal dapat diorganisasi dengan fitur tugas, komentar, dan pengumpulan dokumen.

Kedua: Microsoft Teams untuk Kolaborasi Real-Time; Dengan Microsoft Teams, siswa dapat berkolaborasi secara langsung melalui fitur diskusi, video konferensi, dan berbagi dokumen. Sebagai contoh, proyek penelitian sejarah lokal dapat dilakukan dengan sesi brainstorming virtual, pembagian tugas, dan diskusi temuan secara langsung.

Ketiga: Padlet untuk Brainstorming dan Visualisasi Ide; Padlet memberikan ruang visual untuk berbagi ide secara interaktif. Dalam proyek desain produk ramah lingkungan, siswa dapat menggunakan Padlet untuk menyusun ide, mengumpulkan gambar, dan membuat peta konsep yang membantu perencanaan proyek.

Keempat: Trello untuk Manajemen Waktu dan Tugas; Trello memudahkan siswa dalam mengelola waktu dan pembagian tugas proyek. Dengan fitur daftar tugas dan kalender, siswa dapat memantau tenggat waktu dan memastikan semua anggota tim menyelesaikan tugas mereka tepat waktu. Contohnya, dalam proyek pengembangan aplikasi sederhana, setiap tahapan pengembangan dapat dicatat di Trello.

Kelima: Canva untuk Presentasi Hasil Proyek; Setelah proyek selesai, siswa dapat menggunakan Canva untuk membuat presentasi visual yang menarik. Dalam proyek seni digital, Canva membantu siswa menyusun karya mereka dalam format yang profesional dan kreatif, siap untuk dipresentasikan kepada audiens.

Keenam: Kolaborasi Antar Sekolah melalui Platform MOOC; Massive Open Online Courses (MOOC) seperti Coursera atau edX memungkinkan kolaborasi lintas sekolah. Sebagai contoh, siswa dari dua sekolah berbeda dapat bekerja sama dalam proyek penelitian global tentang keberlanjutan, memanfaatkan forum diskusi dan sumber daya MOOC.

Singkatnya, penggunaan platform kolaboratif dalam pembelajaran berbasis proyek merupakan langkah strategis untuk menghadapi era 5.0 dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis dan kolaborasi siswa, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi inovator masa depan. Hal itu, berimplikasi: 1) Bagi Kepala Sekolah dan Pimpinan Pendidikan: Perlu mendukung infrastruktur teknologi dan menyediakan pelatihan intensif bagi guru; 2) Bagi Guru: Harus aktif belajar dan mengadopsi teknologi baru untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa; 3) Bagi Tenaga Kependidikan: Kolaborasi dengan penyedia teknologi untuk menghadirkan solusi platform kolaboratif yang sesuai kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun