Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Membentuk Mindset Pembelajar Sepanjang Hayat: Melalui Pendekatan Deep Learning

24 Desember 2024   05:49 Diperbarui: 24 Desember 2024   05:49 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kalbar Suara, tersedia di https://kalbar.suara.com/read/2022/05/26/142246/kisah-bambang-mengajar-puluhan-ibu-ibu-mualaf-di-mempawah-membaca-alquran-tanpa-mengharapkan-imbalan

Membentuk Mindset Pembelajar Sepanjang Hayat: Melalui Pendekatan Deep Learning

Oleh: A. Rusdiana

Era 5.0 menghadirkan tantangan besar sekaligus peluang emas bagi generasi muda, khususnya perempuan calon pendidik, untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Salah satu kunci keberhasilan menghadapi perubahan zaman adalah memiliki mindset pembelajar sepanjang hayat (lifelong learning mindset). Pendekatan ini tidak hanya mencakup peningkatan keterampilan teknis, tetapi juga pengembangan kemampuan berpikir kritis, inovasi, dan adaptasi yang berkelanjutan. Namun, GAP dalam dunia pendidikan menunjukkan bahwa mindset ini belum sepenuhnya tertanam dalam sistem pembelajaran formal maupun mentoring. Banyak program pembelajaran berhenti pada transfer pengetahuan, tanpa menanamkan kebiasaan belajar mandiri setelah program selesai. Oleh karena itu, pendekatan berbasis deep learning dalam mentoring menjadi solusi strategis. Tulisan ini bertujuan untuk membahas pentingnya membentuk mindset pembelajar sepanjang hayat melalui mentoring berbasis deep learning, termasuk relevansinya dalam bimbingan Praktik Ibadah Tilawah, Tahfid, dan Tahsin, Berikut lima langkah teknis dan operasional:

Paetama: Menanamkan Kebiasaan Belajar Mandiri; Deep learning menekankan pemahaman mendalam dan pembelajaran kontekstual. Dalam mentoring, calon pendidik perempuan diajarkan untuk mencari jawaban secara mandiri melalui eksplorasi, penelitian, dan refleksi. Hal ini melatih mereka untuk terus belajar bahkan setelah mentoring selesai.

Kedua: Membiasakan Pembelajaran Reflektif; Mindset pembelajar sepanjang hayat memerlukan kebiasaan reflektif. Program mentoring dapat mengintegrasikan sesi evaluasi di mana peserta diminta merenungkan apa yang telah dipelajari dan bagaimana hal itu relevan dengan tantangan nyata di lapangan, termasuk dalam program Praktik Ibadah Tilawah.

Ketiga: Menggunakan Teknologi sebagai Pendukung; Teknologi, terutama platform berbasis deep learning, memungkinkan pembelajaran berkelanjutan. Dengan akses ke sumber daya digital seperti e-learning, modul interaktif, dan jaringan pembelajaran global, calon pendidik dapat terus mengembangkan diri mereka kapan saja dan di mana saja.

Keempat: Menumbuhkan Pola Pikir Progresif; Mentoring berbasis deep learning tidak hanya mengajarkan keterampilan, tetapi juga menanamkan pola pikir yang mendorong inovasi dan keterbukaan terhadap perubahan. Pola pikir ini penting agar calon pendidik perempuan tidak hanya menjadi pelaku, tetapi juga penggerak perubahan di era 5.0.

Kelima: Hubungan dengan Bimbingan Praktik Ibadah Tilawah; Program Praktik Ibadah Tilawah mengajarkan nilai-nilai spiritual yang mendukung pembentukan karakter pembelajar sepanjang hayat. Pendekatan deep learning dapat memperdalam pemahaman peserta terhadap nilai-nilai ini, sehingga mereka tidak hanya belajar untuk menyelesaikan tugas, tetapi juga menginternalisasi pembelajaran sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Membentuk mindset pembelajar sepanjang hayat melalui pendekatan deep learning merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas perempuan muda sebagai calon pendidik. Dengan mindset ini, mereka lebih siap menghadapi tantangan era 5.0 dan berkontribusi secara berkelanjutan dalam pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Hal ini, berimplikasi bagi Pemangku Kepentingan: 1) Kepala Sekolah/Dosen: Merancang program mentoring berbasis deep learning untuk mendorong pembelajaran mandiri; 2) Guru/Pendidik: Mengintegrasikan pembelajaran reflektif dalam aktivitas sehari-hari; 3) Pemangku Kebijakan Pendidikan: Memastikan akses teknologi yang mendukung pembelajaran sepanjang hayat, khususnya bagi perempuan muda di daerah terpencil. Rekomendasi ini bertujuan agar pembelajaran tidak hanya berhenti pada ruang kelas, tetapi menjadi bagian integral dari perjalanan hidup setiap individu. Dengan demikian, perempuan muda Indonesia dapat menjadi agen perubahan yang memimpin bangsa menuju masa depan yang gemilang. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun