Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Era 5.0: Melaui Semiloka Pengembangan Riset Mini Manajemen Pendidikan Islam.
Oleh: A. Rusdiana
Di era 5.0, peran guru dan tenaga kependidikan tidak hanya mengajar tetapi juga menjadi fasilitator yang mampu menjawab kebutuhan peserta didik di tengah perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Tantangan ini sering kali memunculkan stres yang, jika tidak dikelola, dapat mengurangi efektivitas dan kesejahteraan guru. Presiden Indonesia telah menekankan pentingnya meningkatkan kesejahteraan guru melalui program strategis, salah satunya adalah pelatihan manajemen stres dan refleksi diri. Pendekatan seperti mindfulness dan meditasi telah terbukti secara ilmiah membantu individu mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan mental. Namun, ada GAP dalam pelaksanaan pelatihan sistematis untuk guru, khususnya yang mengintegrasikan refleksi diri untuk mengevaluasi pencapaian dan strategi, tenaga kependidikan belum tersentuh sama sekali. Tulisan ini penting untuk memberikan panduan teknis pelatihan yang dapat diterapkan pada program peningkatan talenta muda calon tenaga kependidikan, mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Berikut adalah lima langkah teknis operasional dalam melaksanakan seminar dan lokakarya pelatihan manajemen stres dan refleksi diri, yang relevan dengan pidato Presiden terkait kenaikan kesejahteraan guru:
Pertana: Pengenalan Stres dalam Konteks Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan; Pelatihan/workshof dimulai dengan sesi pengantar mengenai apa itu stres dan bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan guru/tendik dengan materi: Kesiapan Pendidik dan tenaga Kependik, menghadapi pemberlakuaan Kurikulum Deep Learning. Peserta diajak memahami sumber stres, seperti beban kerja berlebih atau beban tugas kuliah, ekspektasi siswa dan orang tua, serta kurangnya waktu untuk pengembangan diri. Visualisasi data dari survei guru/tendik dapat digunakan untuk memperkuat kesadaran ini.
Kedua: Teknik Mindfulness untuk Mengurangi Stres; Mindfulness adalah salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pelatihan ini. Guru dilatih untuk mempraktikkan latihan pernapasan dan perhatian penuh. Program ini melibatkan praktik harian sederhana seperti meditasi selama 10 menit, yang terbukti efektif mengurangi stres dan meningkatkan fokus.
Ketiga: Mengintegrasikan Jurnal Refleksi; Peserta diajarkan menulis Laporan Penelitian/Riset Mini, jurnal refleksi harian atau mingguan untuk mengevaluasi pencapaian, tantangan, dan strategi penyelesaian. Teknik ini membantu guru menyadari pola kerja yang efektif dan area yang perlu perbaikan. Misalnya, refleksi mengenai keberhasilan implementasi metode belajar baru dapat menjadi acuan untuk perbaikan di masa depan.
Keempat: Simulasi Situasi dan Manajemen Emosi; Sesi ini bertujuan untuk melatih guru menghadapi situasi penuh tekanan, seperti konflik dengan siswa atau orang tua. Dengan menggunakan simulasi, peserta dapat belajar mengendalikan emosi dan merespons situasi dengan cara yang lebih tenang dan konstruktif.
Kelima: Rencana Tindak Lanjut dan Kolaborasi Komunitas; Pelatihan ditutup dengan menyusun rencana aksi individu yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing guru/tenaga kependidikan. Selain itu, komunitas refleksi guru/tendik dibentuk sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung dalam kolaborasi kelompok, sehingga pelatihan ini memiliki dampak jangka panjang.
Pelatihan manajemen stres dan refleksi diri adalah langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan guru/tendik dan mendukung profesionalisme mereka. Hal ini sejalan dengan visi Presiden dalam meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan, sekaligus mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di era 5.0. Untuk kal itu, perlu upaya-upaya strategis dilakukan: 1) Pemerintah perlu mendukung pelatihan/work shop ini dengan anggaran dan kebijakan yang memadai; 2) Institusi pendidikan tinggi dapat bermitra dengan sekolah untuk mengimplementasikan program ini; 3) Evaluasi berkala harus dilakukan untuk memastikan efektivitas dan adaptasi program.