Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Keprofesian Mengajar Menuju Indonesia Emas 2045 Melalui MBKM

11 Oktober 2024   21:35 Diperbarui: 11 Oktober 2024   21:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Wowkeren, tersedia di wowkeren.com

Sumber: Wowkeren, tersedia di https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00515283.html

Membangun Keprofesian Mengajar Menuju Indonesia Emas 2045 Melalui MBKM

Oleh: A. Rusdiana

Teknologi dalam pendidikan berkembang pesat dan membawa tantangan besar bagi para guru untuk terus memperbarui kompetensi mereka. Penggunaan platform digital, Learning Management System (LMS), serta berbagai aplikasi pendidikan telah menjadi standar di era modern. Namun, kesenjangan antara kebutuhan akan keterampilan teknologi dan kemampuan guru untuk beradaptasi menciptakan masalah yang signifikan. Hal ini mencerminkan adanya gap antara perubahan teknologi yang cepat dan kapasitas para pendidik untuk mengejarnya. Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), peluang pelatihan bagi guru semakin terbuka, tetapi kesadaran dan motivasi untuk mengikuti pelatihan ini masih menjadi kendala yang perlu diatasi. Tulisan ini penting untuk mengeksplorasi tantangan operasional yang dihadapi oleh guru dan menawarkan rekomendasi untuk meningkatkan adaptasi teknologi dalam pendidikan. Berikut lima langkah operasional teknis yang dapat Membangun Keprofesian Mengajar Menuju Indonesia Emas 2045 Melalui MBKM: 

Pertama: Kesenjangan Pengetahuan Teknologi; Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru adalah kesenjangan pengetahuan tentang teknologi. Banyak guru yang belum familiar dengan teknologi terbaru seperti sistem manajemen pembelajaran, aplikasi pendidikan, dan perangkat digital lainnya. Teknologi ini tidak hanya digunakan untuk mengajar tetapi juga untuk mengelola administrasi pendidikan. Sementara itu, guru yang memiliki keterampilan teknologi cenderung lebih responsif terhadap perubahan kurikulum berbasis teknologi. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mendapatkan pelatihan yang tepat dalam menggunakan alat-alat ini agar tidak tertinggal dalam transformasi pendidikan.

Kedua: Kurangnya Infrastruktur Pendukung; Di banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, infrastruktur teknologi belum sepenuhnya memadai. Akses internet yang lambat, minimnya perangkat teknologi, dan terbatasnya dukungan teknis menjadi hambatan bagi guru untuk memanfaatkan teknologi dalam pengajaran. Guru seringkali dihadapkan pada kondisi di mana fasilitas tidak mencukupi untuk menerapkan metode pembelajaran berbasis teknologi. Hal ini memerlukan perhatian dari pihak pemerintah dan institusi pendidikan untuk memastikan bahwa semua guru memiliki akses yang setara terhadap infrastruktur yang memadai.

Ketiga: Rendahnya Kesadaran dan Motivasi untuk Pelatihan; Meski program MBKM telah menyediakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknologi bagi guru, motivasi untuk mengikuti pelatihan tersebut masih rendah. Banyak guru merasa terbebani oleh jadwal mengajar yang padat sehingga kurang termotivasi untuk meluangkan waktu untuk belajar teknologi baru. Kesadaran akan pentingnya teknologi dalam pendidikan harus dibangun sejak dini, baik melalui pendekatan formal di dalam institusi pendidikan maupun melalui kampanye dan program pengembangan profesi yang menarik.

Keempat: Kesulitan dalam Mengintegrasikan Teknologi dengan Kurikulum; Bagi sebagian guru, mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Mereka membutuhkan waktu dan keterampilan khusus untuk merancang materi ajar yang efektif menggunakan teknologi. Selain itu, kurikulum yang ada mungkin belum sepenuhnya mendukung penggunaan teknologi secara maksimal. Program MBKM seharusnya tidak hanya berfokus pada pelatihan teknis tetapi juga membantu guru untuk memahami bagaimana teknologi dapat diintegrasikan dengan kurikulum untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Kelima: Kurangnya Dukungan Komunitas Profesional; Guru sering kali merasa terisolasi dalam proses belajar teknologi. Kurangnya komunitas profesional yang mendukung proses adaptasi teknologi ini dapat memperlambat adopsi teknologi di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, kolaborasi antar guru serta adanya forum diskusi yang difasilitasi oleh program MBKM sangat penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang suportif. Guru yang memiliki jaringan profesional yang baik cenderung lebih mampu berinovasi dan beradaptasi dengan teknologi baru.

Menghadapi era modern yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang pesat, para guru harus siap untuk beradaptasi agar bisa memberikan pendidikan yang relevan dan berkualitas bagi generasi muda. Program MBKM dapat menjadi platform penting dalam menyediakan pelatihan dan dukungan bagi para guru, tetapi tantangan kesenjangan teknologi, infrastruktur yang tidak memadai, dan rendahnya motivasi harus segera diatasi. Rekomendasi utama adalah memperkuat pelatihan berbasis teknologi secara berkala, meningkatkan kesadaran akan pentingnya penguasaan teknologi dalam pengajaran, serta menyediakan infrastruktur dan komunitas pendukung yang memadai bagi guru. Dengan demikian, guru akan lebih siap untuk membimbing talenta muda Indonesia menuju era Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun