Fokus pada Solusi: Strategi Praktis untuk Meningkatkan Talenta Muda di Era MBKM
Oleh: A. Rusdiana
Bonus demografi yang diprediksi mencapai puncaknya pada tahun 2030 memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk mencetak generasi muda yang siap menghadapi dunia kerja. Namun, salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah tekanan yang muncul dalam situasi sulit, baik di kampus maupun dalam dunia kerja. Banyak mahasiswa dan lulusan baru cenderung terjebak dalam kecemasan ketika dihadapkan pada masalah, tanpa berfokus pada solusi yang bisa diambil. Menurut teori solution-focused thinking, pendekatan yang berpusat pada solusi sangat penting untuk mengatasi masalah dengan efektif dan efisien. Akan tetapi, ada kesenjangan (GAP) dalam pendidikan kita di mana pelatihan untuk berpikir solutif sering kali kurang diberikan. Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi pentingnya mengembangkan pola pikir yang berfokus pada solusi melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang dirancang untuk mempersiapkan talenta muda menyongsong Indonesia Emas 2045. Untuk lebih mendalami dan memahami kepentingan itu, mari kita brake down satu persatu:
Pertama: Menenangkan Pikiran di Tengah Tekanan; Salah satu langkah awal untuk bisa fokus pada solusi adalah kemampuan untuk menenangkan pikiran di tengah tekanan. Ketika dihadapkan pada masalah, banyak mahasiswa merasa kewalahan dan cenderung bereaksi secara emosional. MBKM dapat memberikan pelatihan simulasi yang melibatkan situasi nyata di mana mahasiswa harus mengendalikan emosi mereka sebelum mulai mencari solusi. Ketenangan pikiran memungkinkan mereka untuk melihat masalah secara lebih objektif dan mengidentifikasi langkah-langkah penyelesaian yang tepat. Kedua; Melatih Pola Pikir Solutif melalui Simulasi Dunia Kerja;
Program MBKM bisa lebih efektif dalam melatih mahasiswa untuk berpikir solutif dengan menghadirkan simulasi tantangan dunia kerja. Dalam simulasi ini, mahasiswa dihadapkan pada skenario yang menuntut mereka untuk mencari solusi konkret, baik dalam bentuk inovasi, strategi, maupun negosiasi. Simulasi ini juga mengajarkan mereka untuk tidak terjebak dalam kecemasan, tetapi justru menjadikan masalah sebagai titik awal untuk berinovasi. Pengalaman praktis ini membentuk pola pikir yang responsif dan solutif.
Ketiga: Mengasah Keterampilan Analitis untuk Identifikasi Solusi; Keterampilan analitis adalah kunci dalam memecahkan masalah. Mahasiswa perlu diajarkan cara menganalisis situasi secara mendalam untuk mengidentifikasi penyebab masalah dan solusi yang efektif. Dalam program MBKM, mahasiswa dapat diajak untuk melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) terhadap tantangan yang dihadapi, baik dalam studi kasus maupun situasi nyata. Pendekatan ini membantu mereka melihat masalah dengan lebih jelas dan menentukan langkah-langkah konkret untuk menyelesaikannya.
Keempat: Memupuk Kolaborasi dalam Tim untuk Mencapai Solusi; Kolaborasi dalam tim sangat penting dalam menghadapi masalah yang kompleks. MBKM memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok lintas disiplin, di mana setiap anggota tim dapat memberikan perspektif yang berbeda dalam mencari solusi. Melalui kolaborasi, mahasiswa belajar untuk saling mendukung, berbagi ide, dan menciptakan solusi yang lebih komprehensif. Dalam situasi nyata, kerja sama ini sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah di dunia kerja yang penuh dengan dinamika.
Kelima: Mengambil Langkah Praktis dan Bertindak Proaktif; Berpikir solutif tidak hanya berhenti pada tahap analisis, tetapi harus diikuti dengan tindakan. Mahasiswa perlu diajarkan untuk bertindak proaktif dalam mengambil langkah-langkah yang sudah dirumuskan. MBKM dapat mengajarkan mahasiswa untuk segera mengeksekusi rencana solusi mereka, baik dalam proyek akademik maupun tantangan dunia nyata. Tindakan proaktif ini mengajarkan mereka bahwa mencari solusi harus disertai dengan keberanian untuk bertindak dan menghadapi risiko.
Fokus pada solusi, bukan masalah, adalah keterampilan yang sangat diperlukan oleh talenta muda Indonesia dalam menyongsong bonus demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045. Program MBKM, dengan berbagai bentuk simulasi dan kerja sama lintas disiplin, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan pola pikir solutif yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Rekomendasi utama adalah agar institusi pendidikan semakin memperbanyak program pelatihan yang berorientasi pada pengembangan keterampilan solutif, baik melalui simulasi dunia kerja maupun proyek lintas disiplin. Dengan demikian, mahasiswa akan lebih siap menghadapi tantangan dan berkontribusi secara positif bagi pembangunan ekonomi nasional di masa depan.
Wallahu A'lam.