Pengabdian Masyarakat Berbasis Kolaborasi: Meningkatkan Talenta Muda dan Asistensi Mengajar melalui MBKM
Oleh: A. Rusdiana
Kolaborasi antara mahasiswa dan alumni dalam proyek pengabdian masyarakat menjadi salah satu metode efektif untuk meningkatkan talenta muda di Indonesia. Fenomena ini terlihat dalam berbagai program, termasuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman praktis dan bimbingan dari para alumni. Dengan konteks bonus demografi yang akan dihadapi pada tahun 2030, kolaborasi ini menjadi semakin penting. Teori mengenai pembelajaran berbasis pengalaman menunjukkan bahwa keterlibatan praktis di lapangan dapat mempercepat penguasaan keterampilan profesional. Namun, terdapat gap antara pembelajaran di kelas dan kebutuhan di dunia nyata. Kolaborasi dengan alumni mampu menjembatani gap ini, sehingga memberikan manfaat baik bagi mahasiswa maupun masyarakat luas. Tulisan ini penting untuk menjelaskan bagaimana kolaborasi alumni dapat menguatkan talenta muda dan mendukung peningkatan keprofesian mengajar melalui asistensi dalam program MBKM. Untuk lebih memahami mengenai Pengabdian Masyarakat Berbasis Kolaborasi, kita brake down, satu persatu:
Pertama: Asistensi Mengajar dalam MBKM Berbasis Kolaborasi Alumni; Pengabdian masyarakat berbasis kolaborasi alumni dapat diintegrasikan dalam program MBKM, di mana mahasiswa bersama alumni bekerja pada proyek pengajaran. Alumni yang memiliki pengalaman langsung di bidang tertentu dapat menjadi mentor, memberikan contoh pengajaran dan pelatihan praktis kepada mahasiswa. Hal ini tidak hanya membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan mengajar, tetapi juga memberikan perspektif dari mereka yang sudah berkecimpung di lapangan.
Kedua: Pengembangan Proyek Pengabdian yang Berkelanjutan Kolaborasi alumni juga dapat difokuskan pada pengembangan proyek yang memiliki dampak jangka panjang bagi masyarakat. Misalnya, mahasiswa dan alumni dapat merancang program kesehatan di daerah terpencil yang melibatkan penyuluhan dan bantuan medis. Alumni yang memiliki pengalaman di sektor kesehatan dapat membimbing mahasiswa dalam mengembangkan solusi yang berkelanjutan, seperti program edukasi kesehatan yang dapat diterapkan dalam jangka panjang.
Ketiga: Pengalaman Praktis untuk Mahasiswa dalam Konteks Lokal Alumni dapat berbagi wawasan yang relevan dengan konteks lokal, membantu mahasiswa memahami tantangan yang dihadapi masyarakat setempat. Mahasiswa yang terlibat dalam pengabdian ini belajar memahami dinamika sosial dan ekonomi yang ada, sekaligus memperluas jaringan profesional mereka. Kolaborasi ini memberi mereka kemampuan untuk beradaptasi dan memberikan kontribusi yang lebih baik dalam proyek-proyek berbasis masyarakat.
Keempat: Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi dalam Pengabdian Masyarakat Dalam era digital dan menghadapi Industri 4.0, kolaborasi alumni juga dapat membantu mahasiswa memanfaatkan teknologi dalam pengabdian masyarakat. Alumni yang berpengalaman di bidang teknologi dapat mendukung mahasiswa dalam merancang solusi inovatif yang memanfaatkan platform digital untuk memberikan pendidikan atau layanan kesehatan kepada masyarakat terpencil. Penggunaan aplikasi kesehatan atau platform pembelajaran daring dapat menjadi bagian dari inovasi ini.
Kelima: Membangun Soft Skills Mahasiswa melalui Kolaborasi Alumni Kolaborasi dengan alumni dalam pengabdian masyarakat juga membantu mahasiswa mengembangkan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja tim. Alumni dapat memberikan contoh bagaimana berinteraksi dengan masyarakat, memimpin proyek, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi selama pelaksanaan proyek. Pengalaman ini sangat berharga dalam membentuk talenta muda yang siap menghadapi dunia kerja dan tantangan masa depan.
Pengabdian masyarakat berbasis kolaborasi alumni memberikan manfaat yang luas bagi mahasiswa, alumni, dan masyarakat. Kolaborasi ini tidak hanya mendukung pengembangan keterampilan teknis dan profesional mahasiswa, tetapi juga memperkuat kapasitas mereka dalam beradaptasi dengan tantangan nyata di masyarakat. Dalam konteks MBKM, kolaborasi ini memungkinkan mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis yang relevan, sementara alumni dapat memberikan bimbingan dan inspirasi. Untuk menghadapi bonus demografi pada tahun 2030, program seperti ini harus diperluas dan diperkuat. Diperlukan kebijakan yang mendukung pengembangan kolaborasi lintas generasi, serta inovasi dalam penggunaan teknologi dalam pengabdian masyarakat. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan talenta muda yang siap menghadapi tantangan global di masa depan. Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H