Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Peserta Didik yang Bermartabat melalui Asistensi di Era MBKM Menuju Bonus Demografi 2030

17 September 2024   00:33 Diperbarui: 17 September 2024   00:38 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kangjepret.Republika, tersedia dikangjepret. republika.co.id

Membangun Peserta Didik yang Bermartabat melalui Asistensi Mengajar di Era MBKM Menuju Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Latar belakang tulisan ini berfokus pada salah satu nilai utama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu menjaga martabat manusia tanpa memandang status sosial. Dalam konteks pendidikan dan pengembangan talenta muda, nilai tersebut sangat relevan, terutama dalam menghadapi tantangan dan peluang bonus demografi pada tahun 2030. Pendidikan yang bermartabat mencakup kesetaraan akses, di mana setiap individu dapat mengembangkan potensi mereka tanpa diskriminasi. Dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), konsep martabat ini diwujudkan melalui asistensi mengajar, magang, dan proyek independen yang memberi mahasiswa kesempatan untuk berkontribusi pada masyarakat secara langsung. Namun, meskipun ada kebijakan inklusif ini, masih terdapat celah atau GAP dalam pelaksanaannya. Beberapa mahasiswa mungkin masih merasa terkendala dalam akses terhadap program-program ini, terutama yang berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, tulisan ini penting untuk mengeksplorasi bagaimana asistensi mengajar dalam MBKM bisa menjadi sarana untuk membangun masyarakat yang bermartabat, adil, dan harmonis. Untuk lebih memahami mengenai Membangun Masyarakat/Peserta Didik yang Bermartabat melalui Asistensi Mengajar di Era MBKM Menuju Bonus Demografi 2030,  mari kita  brake down, satu persatu: 

Pertama: Asistensi Mengajar sebagai Upaya Inklusif; Salah satu cara untuk menjaga martabat peserta didik adalah dengan memberikan kesempatan yang setara bagi mereka dalam berkontribusi kepada masyarakat. Melalui asistensi mengajar dalam program MBKM, mahasiswa dari berbagai latar belakang memiliki kesempatan untuk mengajar di berbagai institusi pendidikan. Program ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial. Selain itu, mereka tidak hanya meningkatkan kompetensi pribadi, tetapi juga berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan bermartabat. Dengan terlibat langsung dalam pendidikan, para peserta program mengakui pentingnya kontribusi mereka kepada generasi berikutnya, tanpa diskriminasi berdasarkan latar belakang sosial.

Kedua: Penerapan Nilai Martabat dalam Pendidikan; Menjaga martabat peserta didik berarti menghargai mereka berdasarkan kemampuan dan kontribusinya, bukan berdasarkan status sosial atau ekonomi. Dalam program MBKM, ini diterapkan melalui kebijakan yang memungkinkan setiap mahasiswa, tanpa memandang asal usul, untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan belajar. Proyek-proyek independen, misalnya, memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk merancang dan mengimplementasikan solusi kreatif terhadap berbagai masalah sosial. Dengan begitu, setiap mahasiswa merasa dihargai dan memiliki tempat dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Pendekatan ini penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, di mana martabat setiap individu dihormati dan dijaga.

Ketiga: Membangun Masyarakat yang Bermartabat Melalui Kolaborasi Alumni; Kolaborasi dengan alumni yang telah memiliki pengalaman di dunia profesional juga merupakan bagian dari strategi untuk menjaga martabat peserta didik. Dalam konteks MBKM, alumni dapat berperan sebagai mentor atau fasilitator yang memberikan panduan kepada mahasiswa dalam menjalankan asistensi mengajar. Alumni, yang sering kali telah memiliki jaringan yang luas dan pengetahuan yang lebih mendalam, dapat membantu mahasiswa menghadapi tantangan di lapangan. Dengan adanya alumni yang terlibat, mahasiswa dapat merasakan bahwa mereka tidak berjalan sendirian dalam membangun karir dan masyarakat yang bermartabat. Alumni juga bisa menjadi teladan bagaimana nilai martabat diterapkan dalam kehidupan profesional dan sosial mereka.

Membangun masyarakat yang bermartabat melalui program MBKM adalah upaya yang membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa, dosen, dan alumni. Asistensi mengajar menjadi salah satu sarana penting untuk mengembangkan potensi mahasiswa sekaligus menjaga martabat mereka sebagai individu yang berharga bagi masyarakat. Dalam menghadapi bonus demografi 2030, penting bagi pemerintah dan institusi pendidikan untuk terus memperluas akses ke program-program MBKM agar semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang, bisa berpartisipasi dan berkontribusi secara penuh. Untuk hal itu, maka: 1) Pemerintah dan institusi pendidikan harus terus mendorong inklusivitas dalam program MBKM, memastikan bahwa setiap mahasiswa memiliki akses yang setara terhadap kesempatan belajar dan berkembang. 2) Kolaborasi dengan alumni perlu ditingkatkan, baik sebagai mentor maupun fasilitator, untuk memberikan dukungan tambahan kepada mahasiswa dalam menjalankan asistensi mengajar. 3) Evaluasi dan perbaikan terus-menerus terhadap implementasi program MBKM diperlukan agar GAP antara kebijakan dan praktik di lapangan dapat diatasi, sehingga setiap mahasiswa dapat merasakan manfaat program ini secara merata. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun