Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beralih dari Pemberi Solusi ke Penggali Solusi: Menyiapkan Talenta Muda Mengisi Indonesia Merdeka 79 Tahun dan Bonus Demografi 2030

30 Agustus 2024   22:59 Diperbarui: 30 Agustus 2024   23:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beralih dari Pemberi Solusi ke Penggali Solusi: Menyiapkan Talenta Muda untuk Mengisi Indonesia Merdeka 79 Tahun dan Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030, yang menghadirkan peluang sekaligus tantangan besar. Momen Indonesia merayakan 79 tahun kemerdekaannya menjadi pengingat bahwa untuk memanfaatkan peluang ini, kita perlu fokus pada peningkatan talenta muda yang mampu berpikir kritis, inovatif, dan mandiri. Salah satu pendekatan yang bisa diambil adalah beralih dari peran sebagai pemberi solusi langsung menjadi penggali solusi.

Dalam konteks ini, pengalaman pemimpin senior sering kali membuat mereka merasa tahu jawaban atas berbagai persoalan yang dihadapi. Meskipun ini efisien, pendekatan ini dapat menghambat pengembangan kemampuan berpikir kritis dari anggota tim muda. Menjadi seorang penggali solusi berarti mendorong tim untuk mencari dan menemukan solusi mereka sendiri, sebuah pendekatan yang lebih menantang namun berpotensi untuk menghasilkan pemimpin masa depan yang lebih berdaya dan siap menghadapi kompleksitas yang lebih besar. Untuk lebih memahami mengenai Menjadi Pemimpin yang Membangun, mari kita  brake down, satu persatu: 

Pertama: Mengembangkan Kemandirian dan Kreativitas Talenta Muda; Beralih dari pemberi solusi ke penggali solusi memfasilitasi pengembangan kemandirian dan kreativitas di antara talenta muda. Ketika pemimpin mendorong anggota tim untuk mencari solusi mereka sendiri, hal ini memicu proses berpikir kritis dan kreatif. Talenta muda belajar untuk tidak hanya bergantung pada jawaban yang diberikan, tetapi juga untuk mengeksplorasi berbagai perspektif dan pendekatan yang dapat diterapkan. Sebagai hasilnya, mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan lebih terbuka terhadap inovasi.

Kedua: Membangun Keterampilan Kolaborasi dan Komunikasi; Proses penggalian solusi memerlukan keterlibatan aktif dari seluruh tim, mendorong mereka untuk berkolaborasi dan berbagi ide. Ini adalah kesempatan untuk membangun keterampilan komunikasi yang efektif, mendengarkan secara aktif, dan belajar menghargai ide orang lain. Ketika pemimpin berperan sebagai fasilitator, mereka menciptakan lingkungan yang aman bagi tim untuk mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan belajar dari kesalahan. Hal ini penting untuk menciptakan budaya kerja yang inklusif dan inovatif.

Ketiga: Mempersiapkan Pemimpin Masa Depan yang Resilien; Dengan mendorong talenta muda untuk terlibat dalam pemecahan masalah, pemimpin juga sedang membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian dan tantangan di masa depan. Kemampuan untuk berpikir secara kritis dan adaptif sangat penting dalam era digital dan perubahan cepat ini. Pemimpin masa depan yang dibentuk melalui pendekatan ini akan lebih siap untuk menghadapi kompleksitas dan tantangan yang tidak dapat diprediksi, karena mereka telah dilatih untuk tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga merancang solusi.

Keempat: Mendorong Pemikiran Jangka Panjang dan Keberlanjutan; Ketika pemimpin mengajukan pertanyaan daripada memberikan jawaban, mereka mendorong tim untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan mereka. Pendekatan ini memupuk pemikiran yang lebih holistik, di mana talenta muda belajar untuk mempertimbangkan konsekuensi sosial, ekonomi, dan lingkungan dari tindakan mereka. Ini sangat relevan dalam konteks Indonesia yang menghadapi bonus demografi, karena keputusan yang diambil hari ini akan mempengaruhi generasi mendatang.

Kelima; Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab dan Kepemilikan; Dalam pendekatan penggalian solusi, setiap anggota tim merasa memiliki tanggung jawab atas hasil yang dicapai. Ini meningkatkan rasa kepemilikan mereka terhadap pekerjaan mereka, mendorong keterlibatan yang lebih tinggi, dan meningkatkan produktivitas. Ketika talenta muda merasa bahwa ide dan kontribusi mereka dihargai, mereka lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik. Rasa tanggung jawab ini juga memupuk etika kerja yang kuat, yang penting untuk keberhasilan jangka panjang.

Transformasi dari pemberi solusi menjadi penggali solusi adalah pendekatan yang penting dalam membentuk talenta muda Indonesia yang siap mengisi peran-peran strategis di masa depan. Dengan mengembangkan kemandirian, keterampilan kolaborasi, ketahanan, pemikiran jangka panjang, dan rasa tanggung jawab, kita dapat mempersiapkan generasi yang mampu memanfaatkan bonus demografi secara optimal. Oleh karena itu, pemimpin di berbagai sektor harus mulai mengadopsi pendekatan ini dalam pelatihan dan pengembangan mereka. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk menciptakan program-program yang mendorong pembelajaran berbasis penggalian solusi, sehingga generasi muda kita siap untuk membawa Indonesia ke masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun