Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memperkuat Gotong Rorong Mengahadapi Tantangan: Persiapan Generasi Muda Indonesia Menuju Bonus Demografi 2030

17 Agustus 2024   21:00 Diperbarui: 17 Agustus 2024   21:02 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperkuat Gotong Royong untuk Menghadapi Tantangan: Persiapan Generasi Muda Indonesia Menuju Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia telah merdeka selama 79 tahun, namun berbagai tantangan, seperti bencana alam, krisis ekonomi, dan permasalahan sosial, terus menguji kekuatan bangsa. Di tengah semua ini, gotong royong telah menjadi salah satu nilai inti yang mampu menyatukan bangsa dalam menghadapi kesulitan. Sebagai Indonesia bersiap menghadapi era bonus demografi 2030, nilai ini perlu diperkuat dan diimplementasikan secara lebih luas, terutama di kalangan generasi muda. Gotong royong adalah prinsip kerja sama yang telah mengakar dalam budaya Indonesia. Secara teoritis, ini adalah wujud dari solidaritas sosial yang memungkinkan masyarakat bekerja bersama dalam mengatasi berbagai tantangan. Gotong royong mencerminkan pendekatan kolektif dalam menyelesaikan masalah, yang menurut teori sosial dapat memperkuat kohesi masyarakat dan meningkatkan ketahanan nasional. Meskipun nilai gotong royong telah lama menjadi bagian dari identitas nasional, tantangan modern seperti individualisme dan ketergantungan pada teknologi digital mengancam semangat kebersamaan ini. Mempraktikkan gotong royong merupakan bagoan dari lima langkah operasional yang dapat diterapkan dalam menyongsong era bonus demografi 2030, mengisi kemerdekaan dengan semangat bersatu menjadi sangat krusial. Tulisan ini penting karena menyadarkan kembali pentingnya mengajarkan dan mempraktikkan gotong royong di kalangan generasi muda, agar mereka siap menghadapi tantangan nasional secara kolektif menjelang era bonus demografi. Untuk lebih memahami mengenai hal itu, mari kita  brake down, satu persatu:  

Pertama: Menanamkan Semangat Gotong Royong di Sekolah; Pendidikan formal memainkan peran penting dalam membentuk karakter generasi muda. Mengintegrasikan gotong royong ke dalam kurikulum sekolah melalui kegiatan kelompok, proyek sosial, dan program pengabdian masyarakat dapat menanamkan nilai ini sejak dini. Sekolah bisa menjadi tempat yang efektif untuk mengajarkan pentingnya bekerja sama dan saling membantu dalam mencapai tujuan bersama.

Kedua: Mengembangkan Kegiatan Sosial yang Mendorong Kerja Sama; Organisasi pemuda, baik di tingkat sekolah maupun komunitas, dapat berperan aktif dalam mengorganisir kegiatan sosial yang melibatkan gotong royong. Misalnya, program kebersihan lingkungan, kampanye kesehatan, atau bantuan bencana bisa menjadi media untuk melatih generasi muda bekerja sama dalam menyelesaikan masalah nyata di masyarakat.

Ketiga: Memanfaatkan Teknologi untuk Meningkatkan Gotong Royong; Di era digital, teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk memperkuat gotong royong. Platform digital seperti aplikasi kolaborasi atau media sosial dapat digunakan untuk mengorganisir dan mengoordinasikan aksi gotong royong secara lebih luas dan efisien. Ini juga memungkinkan partisipasi yang lebih besar, termasuk dari mereka yang berada di daerah terpencil.

Keempat: Menghadapi Tantangan Ekonomi dengan Semangat Gotong Royong
Dalam konteks ekonomi, semangat gotong royong bisa diimplementasikan melalui konsep ekonomi kerakyatan atau koperasi. Generasi muda perlu didorong untuk terlibat dalam usaha bersama yang berbasis gotong royong, seperti koperasi mahasiswa atau startup berbasis komunitas, yang tidak hanya menguntungkan individu tetapi juga masyarakat luas.

Kelima: Membangun Kesadaran Sosial Melalui Pengalaman Langsung
Pembelajaran gotong royong tidak hanya bisa dilakukan di kelas, tetapi juga melalui pengalaman langsung di lapangan. Mengikuti kegiatan kemanusiaan atau aksi sosial, seperti membantu korban bencana atau mendukung komunitas yang kurang beruntung, dapat memperkuat rasa kebersamaan dan tanggung jawab sosial generasi muda.

Sinkatnya, Gotong royong adalah warisan budaya yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan, terutama di kalangan generasi muda. Nilai ini tidak hanya relevan dalam menghadapi tantangan saat ini, tetapi juga sangat penting dalam mempersiapkan Indonesia menyongsong era bonus demografi 2030. Dengan memperkuat semangat gotong royong, generasi muda akan lebih siap dan mampu menghadapi tantangan kolektif yang mungkin muncul di masa depan. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat harus bekerja sama untuk mengintegrasikan nilai gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan generasi muda. Program pendidikan yang mengedepankan kerja sama, kegiatan sosial yang melibatkan partisipasi aktif pemuda, serta pemanfaatan teknologi untuk mendukung aksi gotong royong, semuanya harus menjadi prioritas. Hanya dengan demikian, Indonesia dapat memaksimalkan potensi bonus demografi dan membangun masa depan yang lebih kuat dan bersatu. Wallahu A'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun