Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Tim: Antisipasi Menyongsong Bonus Demografi 2030

28 Juli 2024   15:28 Diperbarui: 28 Juli 2024   15:33 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok. Reuni VI Alumni FU/Dak 1987, di Gd. LPTQ Jabar (27/07/2024)

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Tim: Antisipasi Menyongsong Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia sedang bersiap menyongsong bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Momen ini memberikan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, tetapi juga menuntut persiapan yang matang dalam memaksimalkan potensi talenta muda.  Menurut Horsburgh, Lamdin, dan Williamson (2001), kinerja tim dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, sikap, kepribadian, kemampuan kognitif, motivasi, keahlian, karakteristik tim, iklim tim, keragaman, dan kompetensi. Faktor-faktor ini dapat menentukan seberapa efektif tim dalam mencapai tujuan mereka. Meskipun banyak penelitian telah membahas faktor-faktor yang memengaruhi kinerja tim, masih sedikit yang secara spesifik mengaitkannya dengan konteks persiapan bonus demografi di Indonesia. Tulisan ini penting untuk memberikan wawasan tentang bagaimana mempersiapkan talenta muda melalui pengembangan kinerja tim yang efektif, terutama dalam menghadapi tantangan dan peluang yang akan datang. Mari kita breakdown, satu persatu:  

Pertama: Sistem Sosial; Kekuasaan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kolaborasi tim, baik dari sisi gender maupun status. Dalam tim yang efektif, perlu ada kesetaraan dalam kekuasaan untuk memastikan setiap anggota dapat berkontribusi secara maksimal. Untuk talenta muda, penting untuk menciptakan lingkungan yang adil dan inklusif agar mereka merasa termotivasi untuk berkolaborasi dan berinovasi.

Kedua: Sistem Kultural: Budaya organisasi yang mendorong semangat kolaborasi sangat penting. Namun, jika nilai budaya yang diterapkan bertentangan dengan semangat kolaborasi, maka upaya tersebut tidak akan berhasil. Dalam konteks Indonesia yang multikultural, memahami dan menghargai perbedaan budaya dapat meningkatkan kinerja tim. Pendidikan tentang nilai-nilai kolaborasi sejak dini akan membantu talenta muda untuk lebih siap menghadapi tantangan kolaborasi di masa depan.

Ketiga: Sistem Profesional: Sistem profesional yang kaku dan tidak fleksibel seringkali bertentangan dengan logika kolaborasi. Dalam tim yang sukses, setiap anggota harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan berkomunikasi secara efektif. Program pelatihan dan pengembangan yang berfokus pada peningkatan keterampilan profesional dan interpersonal sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja tim.

Keempat: Sistem Pendidikan: Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter dan keterampilan individu. Sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan peserta didik yang sadar akan nilai-nilai dan tanggung jawabnya dalam tim. Pendidikan yang mendorong berbagi pengetahuan dan praktik kolaboratif akan membekali talenta muda dengan keterampilan yang diperlukan untuk bekerja dalam tim yang efektif.

Dalam menghadapi era bonus demografi 2030, Indonesia perlu fokus pada pengembangan kinerja tim yang efektif melalui pendekatan yang holistik. Faktor-faktor seperti sistem sosial, kultural, profesional, dan pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk kinerja tim. Dengan ini, merekomendasikan, bahwa: 1) Menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil untuk semua anggota tim. 2) Mendorong budaya kolaborasi melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai. 3) Memperkenalkan program pengembangan profesional yang fleksibel dan adaptif. 4) Mengintegrasikan nilai-nilai kolaboratif dalam kurikulum pendidikan.

Dengan langkah-langkah ini, talenta muda Indonesia akan lebih siap untuk berkontribusi secara efektif dalam tim dan memaksimalkan potensi mereka dalam menghadapi bonus demografi 2030. Semoga Reuni VI Fakultas Usuluddin Angkatan 1982 Alumni 1987, memberikan inspirasi bagi pengembangan Talenta Muda Ke depan lebih solid dan kretif dalam membangun kinerja Tim. Wallahu A'lam.

Kinerja tim yang solid, penting bagi talenta muda Indonesia untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi kinerja tim. Dari sistem sosial hingga pendidikan, semuanya berperan dalam kesuksesan kolaborasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun