Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Hobi Membaca menulis dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebih Dekat dengan Pembelajaran dari Pengalaman: Kunci Peningkatan Talenta Muda Menjelang Bonus Demografi 2030

17 Juli 2024   00:10 Diperbarui: 17 Juli 2024   00:23 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih Dekat dengan Pembelajaran dari Pengalaman: Kunci Peningkatan Talenta Muda Menjelang Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia akan segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif mencapai puncaknya. Fenomena ini membawa peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi jika diiringi dengan peningkatan kualitas talenta muda. Menurut teori experiential learning yang dikembangkan oleh David Kolb, pengalaman langsung memainkan peran penting dalam proses belajar. Namun, ada GAP dalam penerapan teori ini di kalangan talenta muda Indonesia, yaitu kurangnya pemahaman dan penerimaan terhadap kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Oleh karena itu, tulisan ini penting untuk mengeksplorasi bagaimana pembelajaran dari pengalaman dapat dijadikan strategi untuk meningkatkan kualitas talenta muda, guna memaksimalkan potensi bonus demografi yang akan datang. Mari kita breakdown satu persatu:  

Pertama: Memahami Siklus Pembelajaran Experiential Learning; Pembelajaran experiential learning menurut Kolb terdiri dari empat tahap: pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif. Talenta muda perlu memahami bahwa setiap tahap memiliki peran penting dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengalaman konkret, seperti magang atau proyek nyata, memberikan dasar untuk refleksi yang mendalam.

Kedua: Menerima dan Belajar dari Kegagalan Kegagalan sering kali dianggap sebagai akhir dari usaha, padahal justru bisa menjadi guru terbaik. Mengajarkan talenta muda untuk melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar dapat mengubah mentalitas mereka. Mengatasi rasa takut akan kegagalan dan belajar dari kesalahan dapat memperkuat ketahanan dan kreativitas mereka.

Ketiga: Mendorong Eksperimen dan Inovasi Dalam experiential learning, eksperimen aktif adalah kunci. Talenta muda harus didorong untuk mencoba ide-ide baru dan keluar dari zona nyaman mereka. Dukungan dari mentor dan lingkungan yang mendukung inovasi sangat penting untuk mengembangkan budaya eksperimentasi.

Keempat: Refleksi sebagai Alat Pembelajaran Observasi reflektif membantu talenta muda untuk memahami apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman mereka. Proses ini melibatkan penilaian diri dan pengamatan kritis terhadap tindakan yang telah dilakukan. Refleksi yang terstruktur dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan.

Kelima: Implementasi dalam Konteks Nyata Konseptualisasi abstrak memungkinkan talenta muda untuk mengembangkan teori dan konsep berdasarkan pengalaman mereka. Tahap ini penting untuk menghubungkan pengalaman dengan pengetahuan yang lebih luas. Implementasi konsep-konsep ini dalam konteks nyata, seperti dalam proyek komunitas atau usaha startup, dapat memperkaya pengalaman belajar mereka.

Pembelajaran dari pengalaman merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan kualitas talenta muda menjelang bonus demografi 2030. Dengan memahami siklus pembelajaran experiential learning, menerima dan belajar dari kegagalan, mendorong eksperimen dan inovasi, serta melakukan refleksi dan implementasi dalam konteks nyata, talenta muda Indonesia dapat memaksimalkan potensi mereka. Rekomendasi utama adalah menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan mengintegrasikan pembelajaran dari pengalaman ke dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Wallahu A'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun