Kita tak temukan jalan
Sepakat akhiri setelah beribu debat panjang
Namun kau tampak baik saja
Bahkan senyummu lebih lepas
Sedang aku di sini belum terima
Pada bait kedua ini mengindikasikan kegagalan mencapai kesepakatan atau solusi dalam hubungan. Secara empiris, ini berarti kedua pihak telah melalui proses panjang mencoba mencari jalan keluar, tetapi berdasarkan pengalaman dan observasi (ciri utama empirisme), mereka menyadari bahwa jalan itu tidak ada.
Proses debat dan diskusi adalah cara berbasis pengalaman (empirisme) untuk menguji argumen dan perasaan. Namun, meskipun ada usaha berulang-ulang melalui dialog, pengalaman mereka membuktikan bahwa perpisahan adalah satu-satunya pilihan.
Bait Ketiga: Emosional setelah perpisahan
Bohongkah tangismu sore itu di pelukku?
Nyatanya pergiku pun tak lagi mengganggumu
Apa sudah ada kabar lain yang kau tunggu?
Pada bait ketiga menggambarkan tangisan yang tampak tulus saat itu kini terasa meragukan, mencerminkan keraguan dan kebingungan tentang perasaan yang sebenarnya. Kemudian menunjukkan bahwa setelah perpisahan, seseorang akan menyadari bahwa kepergiannya tidak berdampak besar pada mantan pasangan.
Ada rasa sakit yang muncul dari kenyataan bahwa hubungan yang dulu dianggap penting kini tampak tidak berarti. Menceritakan pula tentang seseorang yang bertanya - tanya apakah mantannya kini menunggu orang lain. Ini menciptakan nuansa kerinduan dan kecemburuan, di mana penulis merasa cemas tentang kemungkinan mantan pasangan telah melanjutkan hidup tanpa dirinya.
Bait Keempat (reff): Kecemasan karena akan tergantikan oleh orang baru
Sudah adakah yang gantikanku
Yang khawatirkanmu setiap waktu
Yang cerita tentang apa pun sampai hal-hal tak perlu
Kalau bisa, jangan buru-buru
Kalau bisa, jangan ada dulu
Pada bait ini menceritakan seseorang yang ingin mengungkapkan keraguan dan rasa cemas tentang apakah mantan pasangan telah menemukan pengganti. Ini mencerminkan perasaan kehilangan dan ketidakpastian yang sering muncul setelah perpisahan, kemudian berharap mantan pasangan tidak terburu-buru untuk melanjutkan hidup atau menemukan pengganti. Ini mencerminkan keinginan untuk memberi waktu bagi diri sendiri dan mantan pasangan untuk merenungkan perpisahan.
Dalam konteks empirisme, pengetahuan penulis tentang cinta dan kehilangan berasal dari interaksi dan pengalaman nyata. Karena ada harapan mantan pasangan tidak terburu-buru untuk melanjutkan hidup atau menemukan pengganti. Ini mencerminkan keinginan untuk memberi waktu bagi diri sendiri dan mantan pasangan untuk merenungkan perpisahan.