Mohon tunggu...
Ahmad Abni
Ahmad Abni Mohon Tunggu... Guru - Manusia akan mencapai esensi kemanusiaannya jika sudah mampu mengenal diri melalui sikap kasih sayang

Compasionate (mengajar PPKn di MTsN Bantaeng)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guling, Alternatif Pembelajaran Luring

29 Januari 2021   06:49 Diperbarui: 29 Januari 2021   06:51 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: humanexpoxome.eu

"Guling" merupakan akronim dari Guru Keliling. Akhir-akhir ini akronim tersebut muncul hampir beriringan saat pemerintah memberlakukan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) dengan terbitnya Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Dalam kebijakan tersebut, proses Belajar Dari Rumah dilaksanakan melalui pembelajaran "Daring (dalam jaringan)" dimana guru dan siswa dipertemukan dalam satu ruangan virtual yang terhubung melalui jaringan komputer atau internet. Namun ternyata di lapangan begitu banyak kendala yang hadapi oleh guru dan siswa baik itu kendala sarana prasarana, masalah ekonomi dan kondisi sosial masyarakat.

Sumber gambar: republika.co.id
Sumber gambar: republika.co.id
Untuk mengatasi kendala dalam proses pembelajaran daring, maka muncul pula solusi agar pembelajaran dapat dilaksanakan yakni melalui "luring (luar jaringan)" yaitu proses pembelajaran yang dapat dilakukan melalui pengumpulan dokumen dari siswa maupun dengan menonton televisi (TV) di rumah masing-masing.

Proses pembelajaran dengan mengandalkan menonton acara televisi dinilai kurang efektif karena disamping bersifat monoton, ternyata tidak semua siswa berminat akan acara edukasi yang ditampilkan disalah satu stasiun TV yang ditunjuk pemerintah dalam menyediakan pembelajaran luring tersebut. Demikian pula adanya ketika pihak sekolah ingin menghidupkan proses pembelajaran dengan membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Hasilnya pun sangat jauh dari harapan. Kadang LKPD dikembalikan kemasing-masing guru tampa coretan sedikitpun.  

Alhasil, guru pun berkeliling mengunjungi siswa baik di rumahnya, di sudut-sudut kampung maupun di pelataran-pelataran tempat ibadah untuk memberikan bimbingan langsung meskipun dibatasi oleh waktu dan physical distancing. Entah siapa yang pertama kali mempopulerkan akronim "guling" tersebut. Yang jelas, asbab lahirnya akronim tersebut adalah rasa keprihatinan dan kegelisahan para guru akan kondisi pembelajaran siswa yang tidak maksimal. Guling dapat menjadi alternative pilihan dalam pembelajaran luring.

Gambar dok. pribadi
Gambar dok. pribadi
Masing-masing sekolah yang menerapkan guling memiliki metode dan strategi tersendiri. Ada sekolah yang menerapkan kunjungan guru ke semua siswa door to door secara periodik sesuai subyektifitas masing-masing guru. Adapula yang menerapkan kunjungan dengan mengikuti jadwal yang telah disipkan sebelumnya. Adapula yang mengunjungi siswa dengan menggunakan skala prioritas, siswa tertentu saja yang dikunjungi misalnya siswa yang berkebutuhan khusus. Selain itu, tidak semua guru berkunjung tetapi yang diutamakan berkunjung adalah guru mata pelajaran tertentu yang dianggap materinya berat seperti mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Mata Pelajaran Sains. Cukup banyak metode dan strategi yang menjadi pilihan.

Gambar dok. pribadi
Gambar dok. pribadi
Sementara di Sekolah kami MTs Negeri Bantaeng Kabupaten Bantaeng menerapkan guling dengan terlebih dahulu membentuk zona sebagai titik kumpul siswa yang kami sebut tahap Perencanaan. Dalam penentuan zona, dibentuklah panitia khusus untuk mengidentifikasi alamat tempat tinggal seluruh siswa. Tentunya yang dilibatkan dalam panitia tersebut diantaranya bagian kesiswaan, humas, kurikulum, Pembina OSIS dan semua wali kelas.

Gambar dok. pribadi
Gambar dok. pribadi
Dalam panitia tersebut, dibagi pula ke dalam tiga komisi yakni komisi penentuan zona kelas VII, komisi pembentukan zona kelas VIII dan komisi pembentukan zona kelas IX. Dari hasil musyawarah masing-masing komisi menghasilkan delapan zona pertingkatan sehingga total zona menjadi dua puluh empat dengan rata-rata siswa maksimal sepuluh orang siswa perzona. Selain itu, ditentukan pula titik kumpul pada setiap zonanya. Sebagai alat control guru dan siswa maka disiapkan pula daftar hadir dan jurnal mengajar perzona. Disiapkan pula kelengkapan protokol kesehatan di masing masing titik berupa handsanitizer serta masker yg lebih dahulu sudah dibagikan kesiswa.

Tahapan selanjutnya adalah tahap pelaksanaan guling. Pada tahapan ini diawali dengan penyusunan jadwal, penyampaian program pada orang tua sekaligus penyiapan surat izin orang tua, peninjauan titik-titik kumpul, dan pelaksanaan proses pembelajaran serta monitoring. Proses guling dibatasi hanya dua kali kunjungan dalam setiap bulannya yakni pekan pertama dan ketiga. Materi yang disampaikan adalah materi essensial dan guru tidak perlu memaksakan pencapaian materi sampai 100%, 50% - 60% sudah dianggap cukup representative dan yang terpenting adalah tetap ada penanaman nilai-nilai karakter.

Gambar dok. pribadi
Gambar dok. pribadi
Tahap terakhir adalah tahap evaluasi program. Tahap ini diperlukan untuk terus memperbaiki program dengan mendengarkan saran dan masukan dari wali kelas, guru dan orang tua siswa. Evaluasi program direncanakan sebanyak dua kali setiap pekannya yakni dilaksanakan pada pekan kedua dan keempat.

Kita semua berharap bahwa situasi darurat ini cepat berakhir sehingga proses pembelajaran kembali berjalan dengan normal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun