digital telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam beragama. Akses informasi yang mudah dan cepat melalui internet memungkinkan kita terhubung dengan berbagai sumber pengetahuan, termasuk ajaran agama.Â
EraNamun, di sisi lain, kemudahan ini juga membuka peluang terjadinya misinterpretasi ajaran agama, penyebaran hoaks, dan konflik antar umat beragama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai moderasi dalam beragama, khususnya di era digital.
Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap sosial kita secara drastis. Platform media sosial yang begitu mudah diakses telah menjadi ruang publik baru di mana kita dapat berinteraksi dan berbagi informasi.Â
Namun, di balik kemudahan ini, tersimpan potensi konflik yang cukup besar. Ujaran kebencian, hoaks, dan polarisasi seringkali terjadi di ruang digital, terutama yang menyangkut isu agama.Â
Padahal, ajaran Islam sendiri mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dengan damai. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW telah memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya toleransi dan saling menghormati antar umat beragama.Â
Para ulama besar pun telah menafsirkan ajaran-ajaran ini dengan bijaksana. Lantas, bagaimana kita dapat menerapkan nilai-nilai moderasi dalam Islam dalam konteks dunia digital yang semakin kompleks?
Dalam QS. Al-Hujurat: 13 dijelaskan bahwa pentingnya persaudaraan, persatuan, dan tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan latar belakang fisik atau sosial. Yang menjadi ukuran utama adalah takwa dan amal perbuatan yang baik.
 "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Â
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Makna kandungan Q.S. Al-Hujurat ayat 13 adalah sebagai berikut:
- Kesetaraan Manusia: Ayat ini menegaskan bahwa seluruh umat manusia berasal dari satu asal, yaitu laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa). Tidak ada perbedaan hakiki di antara manusia dari segi asal-usulnya, baik itu ras, suku, atau bangsa.
- Perbedaan untuk Saling Mengenal: Allah menciptakan manusia dengan berbagai suku dan bangsa bukan untuk saling merendahkan atau menyombongkan diri, melainkan agar mereka saling mengenal, memahami, dan memperkaya satu sama lain dalam keragaman.
- Kriteria Kemuliaan di Sisi Allah: Ayat ini juga menegaskan bahwa ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak terletak pada status sosial, keturunan, atau kekayaan, melainkan pada ketakwaan. Orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa, yaitu orang yang paling taat kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
- Allah Maha Mengetahui: Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu tentang hamba-hamba-Nya, termasuk amal, niat, dan takwa mereka. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari pengetahuan-Nya.
Setiap individu memiliki hak untuk beragama sesuai dengan keyakinannya.Perbedaan keyakinan tidak boleh dijadikan alasan untuk saling menghina atau menjatuhkan.