Mohon tunggu...
Ahmad Ikhsanfaqih
Ahmad Ikhsanfaqih Mohon Tunggu... Penulis - Pecinta makanan

Setiap orang lain bisa kita wajib untuk bisa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Goresan Tinta untuk Masa Depan

21 Mei 2019   23:45 Diperbarui: 22 Mei 2019   00:01 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masa depan sebuah bangsa tergantung pada bangsa itu sendiri. Jika bangsa tersebut tidak peduli tentang masa depannya, maka sudah barang tentu bangsa tersebut tidak memiliki masa depan. Sejarah yang dibuatnya tak lebih dari sekadar mengikuti aliran, tanpa arah dan tujuan yang pasti.

Sebaliknya, jika sebuah bangsa merancang dengan baik tentang masa depannya dan meniti jalan secara konsisten untuk menuju masa depan, maka mereka akan mendapatkannya. Pernyataan yang cukup lugas ini sebenarnya telah banyak dipahami, namun demikian ada kecenderungan bahwa tema-tema tentang masa kini terlalu banyak dan berlebihan, sehingga ruang untuk berbicara tentang masa depan terabaikan.

Jika sebuah bangsa tidak memiliki kemampuan untuk berbicara tentang masa depan, maka hampir bisa dipastikan bangsa tersebut tidak memiliki langkah-langkah yang pasti untuk menuju masa depan tersebut.

Meskipun bangsa itu adalah bangsa yang besar, diukur dengan banyaknya jumlah penduduk, luasnya wilayah dan dengan kekayaan alam yang melimpah, akan tetapi langkah-langkahnya hanya terbatas pada reaksi-reaksi sporadis yang tak memiliki arah, tanpa ketegasan dan komitmen yang kuat untuk tegak berdiri di atas kemampuan sendiri. Bangsa besar yang tak mampu melangkah dengan pasti menuju masa depannya, ibaratnya seperti raksasa yang sedang limbung yang berjalan terhuyung-huyung, dan hanya menunggu waktu saja kapan ia akan jatuh.

Lalu bagaimana dengan masa depan Indonesia? Apakah Indonesia memiliki masa depan yang cerah atau sebaliknya? Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan seperti ini tentunya kita tidak bisa dengan menjawabnya hanya dengan "ya" atau "tidak", tetapi harus dilakukan eksplorasi yang cukup merepresentasikan tentang bagaimana bangsa yang besar ini mempersepsi tentang masa depan, perencanaan dan langkah-langkah besar yang dilakukan dan hendak dilakukan. Lebih dari itu, adalah tentang visi besar pemimpin dan keberaniannya dalam membawa bangsa ini menghadapi tantangan dan problema yang dihadapi.

Gambaran yang dapat kita peroleh tentang masa depan salah satunya adalah dengan cara mengetahui persepsi publik, apakah itu kelas buruh, pengusaha, birokrat, dan lainnya tentang hal itu. Sebuah pertanyaan dapat kita ajukan kepada mereka, misalnya kepada kelas buruh atau pekerja lapangan, "apakah kehidupan rakyat Indonesia, seperti Anda sekarang ini lebih baik?".

Jawabannya mungkin terasa mengejutkan. Karena sebagian mereka justru menganggap bahwa kehidupan dan keadaan yang ada di Indonesia saat ini tak ada bedanya dengan hari kemarin, atau justru dianggap lebih buruk dari kemarin. Apa yang mengejutkan dari itu adalah "suara hati yang meratap" dari kalangan pekerja, seperti sopir taksi atau angkutan umum, pengemudi ojek, buruh atau kuli, yang bahkan mencemaskan nasib anak-anaknya di masa mendatang.

Menurutnya, saat ini untuk mendapatkan pekerjaan sekadar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sudah terasa sulit, apalagi di masa mendatang. Hal itu menandakan bahwa dalam persepsi mereka, masa depan Indonesia tidak lebih baik daripada hari ini dan hari ini dinilai tidak lebih baik dari kemarin.

Jika di kalangan kelas rumput kita bertanya tentang kehidupan dan penghidupan mereka, maka sudah wajar jika kita juga bertanya pada kelas menengah, profesional, akademisi, pengusaha atau politisi tentang pandangan mereka berkenaan dengan isu-isu masa depan. Kelas menengah Indonesia, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, namun suaranya jauh lebih menentukan untuk wacana dan isu tentang ke-Indonesia-an.

Apakah sejauh ini  tema tentang masa depan Indonesia sudah menjadi pemikiran mereka di samping karir pekerjaan, posisi dan pengumpulan aset? Jika kita menanyakan kepada mereka, "apakah sejauh ini telah ada pemimpin Indonesia yang membawa visi besar dan berani untuk membawa Indonesia menghadapi tantangan dengan kemandirian dan integritas?" Jawabannya mungkin juga tidak menggembirakan, karena meang mereka sulit menemukan pemimpin seperti itu.

Dapat dikatakan bahwa selama ini pembahasan dan wacana tentang masa depan bangsa ini, juga pembahasan tentang kepemimpinan visional dan berani, yang diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi bangsa besar dan terdepan di Asia cenderung terabaikan. Kebanyakan wacana dan tayangan serta program yang ada di media, dipenuhi oleh program hura-hura, sinetron, kriminal dan hal-hal sepele lainnya. Akibatnya bangsa ini hanya berpikir tentang hari ini dan tidak begitu mampu menjangkau masa depan, merasakan kekaburan jalan menuju kejayaan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun