Minggu malam kemarin, saya berbelanja disebuah Grocery Store di kawasan Pamulang, Tanggerang Selatan. Lalu, ketika hendak menuju tempat parkir, saya melihat sebuah mobil bak yang berisi etalase besar yang diisi oleh Bakpao yang berwarna-warni diseberang jalan. Seketika saya langsung menghampiri penjual tersebut, karena keinginan saya yang amat penasaran untuk membeli Bakpao warna-warni tersebut.
Saya memesan beberapa potong Bakpao berwarna hijau dan merah muda untuk saya nikmati dirumah, namun saya kebingungan ketika mencari-cari uang tunai di dompet. Saya sudah merogoh kantong celana, tas, dan saku baju, tapi tidak ada satupun uang kertas yang bisa saya temukan. Akhirnya, disaat itu saya menyadari bahwa saya sedang atau telah sepenuhnya beralih ke uang digital.
Sudah hampir dua minggu, setelah lebaran kemarin kali terakhir saya pergi ke ATM mengambil uang tunai untuk dibagi-bagikan ke keponakan dan lainnya. Setalahnya, saya tidak pernah sama sekali mengambil uang ke ATM. Hampir seluruh kebutuhan saya sehari-hari, saya menggunakan Uang Digital, mulai dari membeli bensin, membayar lisrik, membeli makanan, membeli pakaian, bahkan zakat atau sedekah saya menggunakan uang digital.
Kita menyadari, sudah beberapa tahun terakhir ini, uang kertas semakin ditinggalkan oleh masyarakat. Semakin banyak orang yang beralih ke uang digital untuk melakukan pembayaran. Mulai dari pembelian di toko-toko, bayar listrik, hingga membayar makanan di restoran, semuanya bisa dilakukan dengan uang digital. Ini merupakan fenomena yang sangat menarik, mengingat uang kertas adalah alat pembayaran yang telah digunakan selama ratusan tahun.
Bagi saya, menggunakan uang digital lebih mudah dan lebih praktis daripada menggunakan uang kertas. Saya tidak perlu lagi membawa banyak uang kertas di dalam dompet, cukup menggunakan ponsel untuk melakukan transaksi. Selain itu, uang digital lebih aman, saya tidak perlu khawatir kehilangan uang karena hal-hal yang tidak diinginkan seperti perampokan atau jatuh dijalan.
Namun, perubahan ini juga menimbulkan beberapa tantangan. Ada beberapa orang yang masih merasa tidak nyaman dengan teknologi baru dan lebih memilih untuk menggunakan uang kertas. Atau mereka yang mungkin tidak terbiasa dengan penggunaan ponsel atau komputer untuk melakukan transaksi. Selain itu, penggunaan uang digital juga memerlukan akses internet, yang mungkin tidak tersedia di beberapa daerah.
Saya juga mengalami beberapa kesulitan saat beralih ke uang digital. Awalnya, saya merasa kesulitan untuk memahami cara menggunakan aplikasi pembayaran digital. Namun, setelah beberapa kali mencoba, saya akhirnya bisa menggunakannya dengan mudah dan lancar.
Meskipun demikian, saya percaya bahwa perubahan ini adalah sesuatu yang positif dan harus diterima dengan terbuka. Uang digital memudahkan dan mempercepat proses transaksi, serta lebih aman daripada uang kertas. Oleh karena itu, saya yakin bahwa lebih banyak orang di Indonesia akan beralih ke uang digital di masa depan. Saya berharap, pemerintah Indonesia juga terus mendukung peralihan ini dan menyediakan fasilitas yang memudahkan masyarakat dalam menggunakan uang digital.
Apakah sudah saatnya uang digital menggantikan uang tunai kertas?
Setelah melihat fenomena penggunaan uang digital yang semakin meningkat di masyarakat, tentu saja banyak orang yang bertanya-tanya apakah uang digital memang sudah layak untuk sepenuhnya menggantikan uang kertas.
Sebenarnya, jawabannya tergantung pada preferensi masing-masing individu. Meskipun penggunaan uang digital memberikan banyak kemudahan, beberapa orang masih merasa lebih nyaman menggunakan uang kertas karena tidak terlalu bergantung pada teknologi dan tidak perlu khawatir dengan kemungkinan kebocoran data.
