Mohon tunggu...
Bunyi Sunyi
Bunyi Sunyi Mohon Tunggu... Penulis - IQRA

Bacalah

Selanjutnya

Tutup

Roman

Sayur dan Ruang Hidup Orang Kampung

10 Januari 2024   07:59 Diperbarui: 10 Januari 2024   08:24 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Gambar : Tampak sejumlah perempuan yang sedang memetik sayur. Rabu (10/1/2024). Djen. 

Saya melihat foto ini kemudian kembali teringat beberapa buku "Jejak Pangan, Berebut Makan, Sagu Papua Untuk Dunia", dan beberapa buku yang secera kebetulan saya punya. 

Dalam buku-buku tersebut menampilkan berbagai seluk beluk dunia pangan, dan masa depan pangan. Berbagai kekuatiran manusia terhadap dunia akan datang melalui buku-buku tersebut benar-benar terjadi. 

Orang kampung telah "kehilangan harga diri" sebagai masyarakat yang bertani, karena lebih mengandalkan "beli", mulai dari bagaimana wujud kesadaran dibentuk oleh orang yang memiliki modal. "Makan yang itu supaya sehat" dan berbagai rekomendasi yang segaja dibuat dan tampilkan melalui berbagai media (Tv dan lainnya).

Orang-orang kampung dewasa ini tidak lagi percaya dengan tanah, mereka lebih memilih menjual dan kemudian mendatangi pasar dan menggantungkan ketergantungan terhadap pangan disitu. Mereka mendefinisikan pasar sebagai kebun yang siap panen tanpa harus dilumuri tanah dan keringat. Pasar sebagai jawaban kebutuhan dapur dan perut (itu saja).

Kelakaan dan mahalnya minyak kepala sekarang ini, seharusnya menjadi bagian penyadaran yang paling baik untuk kita semua. Bagaimana aspek meramu dan mengelola kepala menjadi minyak yang sudah hampir dilupakan agar dapat dikembangkan lagi.

Karena gaya peras pemodal, tidak jauh beda dengan bandar, pengedar dan pemakai narkoba, yang dimana punya aspek ketergantungan. Tidak ada barang tidak ada kebahagiaan yang didapatkan oleh pemakai.

....Ingat bahwa "Di laut kita tidak bisa makan sayur, namun didarat kita bisa makan ikan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun