Mahasiswa Farmasi Universitas Sebelas Maret Memanfaatkan Kurkumin untuk Pengobatan Tuberkulosis Resisten Rifampisin
Surakarta- Melalui kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023, Ahmad Prakoso bersama 3 anggota tim nya Salma Nur Azizah, Nadia Risti Ika Pertiwi, dan Fransiskus Andre Prasetyo Priyanto dibawah bimbingan apt. Syaifu Choiri, S. Farm, M. Pharm. Sci. melakukan penelitian yang memanfaatkan kurkumin untuk mengatasi resistensi rifampisin pada penyakit tuberculosis. Rifampisin merupakan obat lini pertama dalam terapi tuberculosis yang menurun efektifitasnya karena resistensi. Diketahui resistensi rifampisin menjadi permasalahan khusus dan menjadi focus permasalahan yang disebutkan dalam WHO Globlal Tuberculosis Report 2022. Kekhawatiran peneliti terhadap permasalahan tersebut menjadi sumber ide dalam memanfaatkan kurkumin pada tuberculosis.
Kurkumin merupakan senyawa dari tanaman herbal kunyit yang tersedia melimpah di Indonesia. Senyawa kurkumin digabungkan dengan obat rifampisin dalam sediaan nano liposom dan  diinkorporasikan dalam Dry Powder Inhaler. Sediaan dry powder inhaler ini memiliki kelebihan dalam terapi tuberculosis karena obat langsung tertaget pada paru-paru sehingga terhindar dari efek samping rifampisin.
Sediaan liposomal rifampisin kurkumin yang diperoleh diujikan pada bakteri dan dibandingkan dengan sediaan rifampisin. Hasil pengujian menunjukkan bahwa diperoleh area penghambatan sediaan liposomal ridampisin kurkumin yang  lebih besar sebesar 21,79% dibandingkan sediaan rifampisin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H