Mohon tunggu...
Ahmad Nuski Niam
Ahmad Nuski Niam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Menulis untuk mengungkapkan isi hati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Seneca: Menavigasi Kehidupan Melalui Lensa Stoikisme

21 September 2023   07:30 Diperbarui: 21 September 2023   07:33 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Quotes To Change

Kisah hidup Seneca, seorang filsuf Stoik yang tercerahkan, menghidupkan ajaran Stoik yang mendalam melalui karyanya yang tak lekang oleh waktu. Dalam perjalanan hidupnya, Seneca memperjuangkan konsep-konsep esensial Stoikisme, menunjukkan kepada kita bagaimana menjalani kehidupan yang penuh dengan cobaan dan ketidakpastian secara bijaksana dan dengan kebijaksanaan. Dalam analisis ini, kita akan mengeksplorasi sentimen kebijaksanaan Seneca dalam kaitannya dengan berbagai masalah yang dihadapinya, saat kita menjelajahi kompleksitas dan kebijaksanaan yang ia perjuangkan sepanjang hidupnya.

I. Kebijaksanaan Menjadi Bijaksana dalam Hidup

Seneca adalah seorang guru kebijaksanaan yang mendalam, dan pesan utamanya adalah untuk mencapai kebijaksanaan. Bagi Seneca, kebijaksanaan adalah kemampuan untuk memahami perbedaan antara hal-hal yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah dalam hidup kita. Ini adalah pijakan pertama dalam perjalanan Stoik kita.

Pentingnya kebijaksanaan Seneca terlihat jelas dalam perspektifnya tentang cara kita menjalani hidup. Dalam surat-suratnya kepada Lucilius, ia mendorong kita untuk selalu merenungkan tindakan kita, mengukurnya dengan prinsip-prinsip Stoik, dan memastikan bahwa setiap langkah kita sejalan dengan tujuan akhir kita: mencapai kebijaksanaan.

Namun, dalam perannya sebagai penasihat Kaisar Nero, Seneca menghadapi dilema besar antara prinsip-prinsip Stoik dan tuntutan politik. Dia ingin mempengaruhi Nero dengan bijaksana, tetapi sering kali mendapati dirinya berada dalam situasi yang memaksanya untuk membuat keputusan yang tidak sejalan dengan kebijaksanaan Stoik. Hal ini mengingatkan kita bahwa bahkan individu yang bijaksana seperti Seneca tidak selalu dapat menghindari konflik moral di dunia yang tidak sempurna.

II. Ataraxia dan Apatis: Mengendalikan Emosi

Stoiksisme juga mengajarkan tentang ataraxia, yaitu ketenangan pikiran dan keseimbangan batin. Seneca merinci bahwa mencapai ataraxia adalah hasil dari hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Stoik, yaitu menerima hal-hal yang berada di luar kendali kita dengan tenang. Ini tidak berarti kita harus kehilangan emosi kita, tetapi mengendalikannya agar tidak menguasai kita sepenuhnya.

Dalam kehidupan pribadinya, Seneca menghadapi tantangan kesehatan yang serius, terutama asma. Meskipun menghadapi penderitaan fisik yang terus-menerus, ia menunjukkan ketenangan pikiran dan ketenangan batin. Dalam penderitaannya, Seneca mungkin telah menemukan kesempatan untuk menguji ataraxia dan apatisme Stoik dalam keadaan yang paling ekstrem.

III. Nasihat Hidup Sederhana: Mencari Kebahagiaan yang Tidak Berpusat pada Hal-Hal Material

Konsep hidup sederhana dan meremehkan kekayaan materi adalah inti dari ajaran Seneca. Dia mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam kemewahan atau harta benda. Sebaliknya, kebahagiaan sejati ada dalam kebijaksanaan, kebaikan, dan kemampuan untuk hidup sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun