Mohon tunggu...
Ahmad Chahardah
Ahmad Chahardah Mohon Tunggu... -

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka yang berharga; Kitab Allah dan Itrah Ahlul Baitku. Selama berpegang pada keduanya, kalian tak akan tersesat selama-lamanya. (HR Muslim, Ad-Darimi, Ahmad, Al-Hakim, dan Turmudzi).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Awas Cerita Fiktif (Islam) Bertebaran

22 November 2013   11:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:49 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memang tak habis-habis. Terus saja ada yang melakukan dengan sengaja menyebarkan cerita fiktif dan coba mencederai orang-orang Islam. Mulai dari cerita fiktif Ibnu Saba sampai Quran yang dianggap beda. Entahlah akan apalagi cerita fiktif yang akan ditebarkan oleh orang-orang yang benci kaum Muslim yang bermazhab Syiah atau pengikut Ahlulbait eksis di Indonesia.

Bukan sekadar gerilya dari radio ke radio dan mimbar jumat ke mimbar jumat, bahkan milis dan grup email serta bermunculan situs baru yang menggunakan istilah dan nama-nama yang berkaitan dengan Syiah dengan isi yang penuh kebencian.  Bukan hanya itu, bakan berani melakukan aksi fisik dan menebar teror dengan ancaman. Entahlah akan kapan mereka benci umat Islam?



Berkaitan dengan cerita fiktif itu, seorang yang menggunakan nama akun Saif_anm mengomentari artikel Cerita Polisi dengan Pendemo Anti-Asyura menulis: “TELAH diadakan diskusi antara tujuh ulama Syiah di depan ulama Ahlu Sunnah atas undangan Presiden Iran. Diskusi ini diadakan untuk mengetahui titik perbedaan antara dua kelompok tersebut.nnKetika seluruh ulama Syiah telah hadir, akan tetapi tak satupun ulama Sunni yang datang.nnTiba-tiba masuklah seorang yang membawa sepatu di bawah ketiaknya. Ulama Syiah terheran-heran, kemudian mereka bertanya, “Kenapa kamu membawa sepatumu?”nnOrang itu menjawab: “Saya tahu bahwa orang Syiah itu suka mencuri sandal di zaman Rasulullah.”nnUlama Syiah saling pandang terheran-heran akan jawaban itu. Mereka kemudian berkata: “Tapi di zaman Rasul belum ada Syiah…”nnOrang itu menjawab lagi: “Kalau begitu diskusi telah selesai. Dari manakah datangnya ajaran agama kalian? Kalau di zaman Rasulullah tidak Ada Syiah.”nnSemua ulama Syiah diam.nnTernyata orang yang datang membawa sepatu tersebut adalah Ahmad Deedat, da’i besar dan Kristolog dunia. Rahimahullah.

KEMUDIAN ditanggapi lagi oleh seseorang: “Saya dengar cerita yg disebutkan Saif itu saat diskusi di UIN Bdg ttg buku KESESATAN SUNNI syiah. Itu dari Dr.Engkos Kosasih yang menyampaikannya dalam diskusi. Saat ditanya oleh seorang Ustadz yg jadi peserta diskusi perihal data/sumbernya, Engkos yg menyampaikannya ngaku itu hanya guyonan dan tak bersumber.”

Membaca cerita fiktif yang ditulis Saif itu saya hanya tersenyum. Seorang kawan saya di mailing list mengomentari bahwa sangat kelihatan tidak orisinal alias tidak nyata (cerita yang disampaikan di atas oleh Saif dan Engkos).

Pertama, Ahmad Deedat mendukung Revolusi Iran dan hadir dalam undangan Imam Khumaini. Beliau termasuk pendukung 'taqrib baynal mazahib fil Islam' (pendekatan antar mazhab dalam Islam). Kedua, para ulama Syiah kebanyakan orang-orang yang sangat tahu sejarah. Sudah menjadi kesepakatan di kalangan Syiah, khususnya di antara para ulamanya bahwa Syiah, setidaknya, bibitnya atau cikal bakalnya sudah ada sejak zaman Rasulullah. Baginda Nabi tidak jarang menyebut 'Ali dan Syiahmu atau Sahabat-sahabatmu’ di masa beliau masih hidup. Nampaknya Baginda tahu bahwa Empat Pilar Syiah (Salman, Abu Zar, Ammar bin Yasir dan Miqdad) sudah 'lekat' dengan Imam Ali bahkan di saat Rasulullah sudah ada. Ketiga, yang sering saya temukan justru kisah para ulama Sunni yang terdiam menghadapi ulama Syiah (lihat antara lain 'Peshawar Night') seperti kisah di bawah ini.

Ada ulama Syiah yang diundang jamuan makan oleh para ulama Sunni. Seorang ulama Sunni bilang ke ulama Syiah,"Nanti di jamuan jangan diskusi ya." Ulama Syiah menjawab: “Baik”.

Namun tengah makan, ulama Sunni tidak tahan juga. Kemudian tanya: “Menurutmu siapa yang utama antara Ali dan Abu Bakar?”Dijawab oleh ulama Syiah: “Tentunya Abu Bakar.”

“Bukankah Ali yang lebih utama menurut Syiah,” tanya ulama Sunni heran. Ulama Syiah menjawab: “Bukan saja lebih utama dari Ali, bahkan dari Rasulullah saw.”

“Wah kamu keliru,” komentar ulama Sunni. Ulama Syiah itu menjawab: “Tidak. Kita tahu bahwa saat akan wafat Abu Bakar masih sempat menunjuk Umar bin Khaththab sebagai penggantinya. Sementara, Rasulullah saw tidak  menunjuk siapa pun sebagai penggantinya.”Mendengari itu, ulama Sunni terdiam.

Cerita tersebut saya temukan dari buku yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Tijani. Kalau tidak percaya silakan baca bukunya yang berjudul: Akhirnya Kutemukan Kebenaran dan Bersama Orang-orang Yang Benar (penerbit zahra).

Saya juga menemukan dialog ulama Sunni yang kurang berbobot saat membaca buku Dialog Sunnah Syiah yang diterbitkan Mizan. Kemudian menonton dialog Kang Jalal dengan Nabhan Husen di ANTV. Dialog di TV Kompas dan diskusi yang di gelar di UIN Bandung antara Kang Jalal dengan Athian dari Forum Ulama dan Umat Islam (FUUI). Terlihat betapa tidak cerdas mereka saat berhadapan Kang Jalal.

Dalam youtobe memang ada diskusi Kang Jalal di Makasar. Sayangnya itu video dipotong dan seolah-olah Kang Jalal kewalahan. Saya tidak percaya dengan cuplikan itu karena kawan-kawan di Makasar menyampaikan Kang Jalal mematahkan argumen-argumen dan serangan orang-orang dari pihak takfirisme. Saya percaya karena Kang Jalal ahli komunikasi, ustadz, dan pembaca buku yang luar biasa sehingga pengetahuannya di atas orang-orang biasa.

Di Bandung juga sempat ada cerita fiktif yang dimuat dalam sebuah media yang tidak pernah terbit lagi. Isi ceritanya tentang seorang perempuan yang kena penyakit kelamin gara-gara mutah. Juga kemarin saya dapat kiriman cerita seorang laki-laki yang mutah dengan adiknya karena di malam hari sehingga tidak diketahui siapa perempuannya. Kalau saya baca ceritanya mirip pelacuran. Aneh sekali kalau iti dihubungkan dengan nikah mutah yang tercantum dalam surah Annisa ayat 24. Saya kira itu bagian dari grakan irasional untuk menghalau berkembangnya Islam mazhab Syiah yang membawa pencerahan dan penyegaran secara intelektual. Indonesia negeri yang plural. Sudah sejak lama mazhab Syiah masuk dan menjadi bagian dari khazanah Islam Nusantara. Engkong Ridwan Saidi mengakui hal ini dalam seminar internasional di Jakarta, termasuk para penulis sejarah seperti Agus Sunyoto, Azyumardi Azra, Muhammad Zafar Iqbal, Abu Bakar Atjeh, dan lainnya. Sampai LIPI sebagai lembaga ilmiah mengkajinya hingga melahirkan buku yang berjudul: Syiah dan Politik di Indonesia. [ahmad]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun