Mohon tunggu...
AHMAD WILDAN SYARIFULLAH
AHMAD WILDAN SYARIFULLAH Mohon Tunggu... Aktor - Mahasiswa S-1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Mahasiswa pegiat kajian filsafat dan isu keuangan -a Stoic

Selanjutnya

Tutup

Politik

Khmer Merah dan Implikasinya terhadap Stabilitas Politik di Asia Tenggara

7 Oktober 2024   17:19 Diperbarui: 7 Oktober 2024   17:25 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Khmer Merah. Sumber: https://upload.wikimedia.org

Khmer Merah berimplikasi langsung terhadap hubungan bilateral antara Kamboja dan Vietnam. Ketegangan pertama kali muncul akibat invasi Vietnam terhadap Kamboja pada 1979. Invasi ini tidak hanya menghentikan kekuasaan Khmer Merah, tetapi juga memperburuk ketidakstabilan regional. Vietnam melihat intervensinya sebagai langkah untuk mengakhiri kekejaman Pol Pot dan menstabilkan kawasan, sementara negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, melihatnya sebagai ancaman terhadap kedaulayan regional dan stabilitas kawasan. Dengan demikian, invasi ini memicu peningkatan ketegangan antarnegara di Asia Tenggara dan memperparah fragmentasi politik yang sudah ada.

Selain daripada itu, krisis pengungsi yang dipicu oleh kebijakan Khmer Merah memperburuk masalah kemanusiaan di Asia Tenggara. Thailand, sebagai negara yang paling terpengaruh, menjadi tempat pelarian bagi ratusan ribu pengungsi Kamboja. Meskipun negara-negara ASEAN, termasuk Thailand, berusaha menanggulangi masalah ini, pengungsi juga menjadi titik konflik karena Khmer Merah masih aktif merekrut pendukung dari kamp-kamp pengungsi tersebut. Hal ini menciptakan ketegangan antara Thailand dan Vietnam, yang pada akhirnya mengganggu upaya regional untuk membangun stabilitas politik yang lebih luas .

Konklusinya, Khmer Merah merupakan salah satu contoh paling tragis tentang bagaimana ideologi radikal dan konflik internal dapat memiliki dampak meluas terhadap keamanan dan stabilitas regional. Periode kekuasaan Khmer Merah memperparah ketegangan di antara negara-negara Asia Tenggara dan “menguji“ kemampuan ASEAN dalam menjaga perdamaian di kawasan yang dipengaruhi oleh intervensi kekuatan seperti Khmer Merah. Isu seperti ini membuat ASEAN memperkuat hubungan antar negara di kawasan demi mencegah munculnya “Khmer Merah” lain di kemudian hari.

Referensi:

Acharya, A. (2009). Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN and the Problem of Regional Order. Routledge.

Galway, Matt. (2010). From the claws of the tiger to the jaws of the crocodile: Pol Pot, Maoism, and ultra-nationalist genocide in Cambodia, 1975-1979. University of Ottawa. Retrieved from uOttawa Theses.

Frey, R. J. (2009). Genocide and international justice. Facts On File.

Kiernan, Ben. "Origins of Khmer Communism", Southeast Asian Affairs 1981.

Short, Philip. (2004). Pol Pot: The history of a nightmare. John Murray.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun