Adalah KH. Hamidin Lumaris Al Hafiz, atau biasa dikenal dengan sebutan Abah Hamidin. Beliau lahir di Sampang pada 5 Desember 1962. Beliau merupakan salah satu tokoh yang sangat berperan penting terkait perkembangan kecerdasan intelektual dan spiritual saya. Semangat beliau dalam mengembangkan Pendidikan Agama Islam terutama Kajian Qur’an patut dijadikan panutan oleh siapapun.
Bagaimana tidak, Setiap hari selepas sholat subuh berjamaah (Beliau menjadi imam tetap), Beliau selalu mengajar Al qur’an di rumah beliau. Dan itu tanpa adanya hari libur sekalipun (walaupun minggu). Setiap hari, tak kurang dari dua ratus santri (baik yang bermukim di pesantren maupun tidak) yang mengaji kepada beliau.
Satu kata untuk menggambarkan pribadi beliau yang sangat sulit ditiru orang biasa adalah “Keikhlasan”. KH. Hamidin tidak pernah sekalipun menuntut santrinya untuk membayar ketika mengaji. Beliau pernah dawuh dengan bahasa madura “ Ngaji edinnak tak usah majer cong, keng adek preinah. Masok teros. Mun tak masok e peccot bik engkok “ ( Kalau ingin mengaji disini tidak perlu membayar, tapi mengaji disini tidak ada liburnya, Masuk terus. Kalau bolos, nanti saya pukul sama rotan).
Rotan. Itulah alat yang KH. Hamidin gunakan saat mengajar. Beliau memegang rotan sembari menyimak dan mengoreksi bacaan mengaji dari 4-5 orang santri sekaligus. Ya, beliau bisa mengoreksi 4-5 orang santri sekaligus karena beliau memiliki hafalan Al qur’an yang sangat kuat. Jika ada santri salah sedikit saja dalam membaca Qur’an. Maka, rotanlah yang meluncur ke pundak atau punggung santri tersebut.
Selain mengajar mengaji al qur’an di rumah, Beliau juga mengajar di tempat lain. Salah satunya adalah menjadi dosen di STIBADA (Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab dan Dakwah) yang terletak di Kawasan Religi Sunan Ampel Surabaya. Dan satu fakta lagi yang membuat saya terheran adalah pendidikan terakhir beliau hanya sampai Sekolah Dasar saja. Tidak pernah saya bayangkan sebelumnya ada seorang lulusan SD yang bisa mengajar ratusan atau bahkan ribuan mahasiswa strata satu.
Harapan saya, semoga Abah Hamidin dianugerahi kesehatan dan umur yang panjang, agar ilmu-ilmu beliau dapat bermanfaat bagi semua orang. Keikhlasan beliau, pengabdian beliau terhadap ilmu pengetahuan, dan kerendahan hati beliau akan selalu bisa menjadi inspirasi bagi orang di sekitarnya.
Esok lusa, sehebat apapun dan sesukses apapun saya. Akan saya katakan dengan lantang bahwa “DUNIA HARUS BANYAK BELAJAR DARI ABAH HAMIDIN”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H