Mohon tunggu...
AHMAD WILDAN SYARIFULLAH
AHMAD WILDAN SYARIFULLAH Mohon Tunggu... Aktor - Mahasiswa S-1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Mahasiswa pegiat kajian filsafat dan isu keuangan -a Stoic

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dikotomi Kendali, Bahagia itu Sederhana

24 Januari 2024   22:52 Diperbarui: 24 Januari 2024   23:13 1832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Stoicism: Pengertian, Prinsip, dan Cara Mempraktikannya - Girls Beyond 

3. Cuaca

4. Keadaan saat kita lahir (laki, perempuan, mancung, pesek)

Contoh hal yang ada dibawah kendali kita :

1. Persepsi kita

2. Tujuan kita

3. Tindakan kita

Konsep ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan yang hakiki hanya berasal dari hal-hal yang ada dibawah kendali kita. Jadi, kita tidak bisa menggantukan kebahagiaan dan kedamaian sejati pada hal-hal yang sejatinya tidak bisa kita kendalikan. Contoh penerapan Dikotomi kendali dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita mengalami hambatan seperti macet di jalan. Kejadian ini sungguh diluar kendali kita. Percuma saja kita nge spam klakson atau maki-maki tidak jelas. 

Sementara ketika kita menggunakan Dikotomi kendali, kita akan mengatakan "Oh, ini (macet) bukan sesuatu yang bisa kukendalikan, daripada memusingkan macet tanpa ada hasil, lebih baik aku baca buku untuk mengisi waktu (macet) ini". 

Dapat kita pahami dari contoh tersebut bahwa Dikotomi kendali menawarkan perspektif yang positif dalam menyikapi persoalan sehari-hari. Dengan konsep ini, kita bisa mengendalikan diri lebih optimis, tidak emosional, dan selalu berpikir jernih dalam setiap keadaan.

 Jadi tunggu apalagi? Mari kita terapkan konsep ini di kehidupan sehari-hari !.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun