Mohon tunggu...
A Syaifudin S
A Syaifudin S Mohon Tunggu... Buruh - Tukang kelontong dari sorga, hidup di dunia hanya numpang ketawa :D

Buku : Susah Tidur (Sekumpulan Bunga yang Gugur ) Suka telanjang saat mandi, dan tidur pada tempatnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puing-puing | Main Congklak Sama Capres dan Cawapres

8 Januari 2019   16:14 Diperbarui: 8 Januari 2019   16:54 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nah itu... sangat cocok sekali dengan pemikiranku"  Jawab Langlang.

"Kalau menurutku beda jauh sih... apa ada capres dan cawapres yang membagi -- bagikan suara rakyatnya ke lawannya? Yang ada paling ya saling mencuri suara untuk memenangkan pemilihannya" Bara menolak pemikiran kakak dan adiknya.

"Betul... tapi maksudnya andai sistem bermainya seperti bermain congklak ini kita tahu bawa perjuangan setiap harinya  yang kadang kita tidak hanya mengambil isi dari lawan tapi kita juga harus memberi isi kepada lawan dan sebaliknya sesuai dengan perjalanan yang sudah ditentukan,  sehingga isi -- isi itu tidak hanya perpihak dalam satu pemikiran mereka bisa berkeliling kedua pemikiran, pada akhirnya isi tersebut akan jatuh kelubang yang mana atara dua lubang tersebut sesuai dengan analisa dan kemampuan berpikirnya masing - masing" Pemaknaan Langlang diperjelas

"Maksudnya tidak akan mengklaim siapa yang memiliki pemikiran paling baik? Karena isi -- isi itu berputar bisa merasakan seluruh perjalanan pemikiran lawan? Yang pada titik akhir mereka akan memilih pilihannya dan jatuh diantara lingkaran besar tadi? Begitu? " Bara semakin paham dengan adiknya.

"Kurang lebih seperti itu, sehingga tidak ada lagi suara -- suara yang selalu mengklaim bahwa pilihanya paling baik tanpa mengetahui seluruh perjalanan masing -- masing colon.. Sebenarnya mengklaim paling baikpun tidak terjadi masalah, tapi yang menimbulkan masalah kalau sudah merasa paling baik terus memojok -- mojokan satu sama lain hingga bertebaran kebencian" Ungkap Langlang

"Tapi di Indonesia tidak seperti yang kamu katakan Lang !! semua berjalan dengan damai -- damai saja tanpa ada ujaran kebencian..! ye Bara menang" di sela -- sela akhir pembicaraan Bara teriak dengan senang karena mengalahkan kakaknya dalam permainan congklak tersebut.

Dengan rasa senang hati Buana mengakui kehebatan pemikiran adiknya dalam mengatur strategi permainan tanpa adanya unsur kebohongan. Langlang pun ikut tersenyum meskipun tak mampu melihat seberapa senangnya Bara yang mampu mengalahkan kakaknya dalam permaian tersebut. sedangkan Gundawa hanya tertidur pulas mencari arti dalam mimpinya akan rasa bisu dan buta yang diberikan oleh Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun