Mohon tunggu...
A Syaifudin S
A Syaifudin S Mohon Tunggu... Buruh - Tukang kelontong dari sorga, hidup di dunia hanya numpang ketawa :D

Buku : Susah Tidur (Sekumpulan Bunga yang Gugur ) Suka telanjang saat mandi, dan tidur pada tempatnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puing-puing | Main Congklak Sama Capres dan Cawapres

8 Januari 2019   16:14 Diperbarui: 8 Januari 2019   16:54 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di dalam permaian kita disediakan 7 lingkaran yang saling berlawanan, di setiap lingkaran nanti kita isi dengan batu kerikil ini dengan berjumlah 7 biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lingkaran lubang yang akan diambil isinya dan meletakkan satu ke lingkaran di sebelah kanannya dan seterusnya berlawanan arah jarum jam. Bila kerikil habis di lingkaran kecil yang berisi kerikil  lainnya, ia dapat mengambil kerikil - kerikil tersebut dan melanjutkan mengisi, bila habis di lingkaran besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil di sisinya. Bila habis di lingkaran kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh kerikil di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lingkaran kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa" Buana menjelaskan sambil mempraktikan langkah dan alur permainan.

"Terus yang menang ?" Tanya Langlang

"Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada kerikil lagi yang dapat diambil. Pemenangnya adalah yang mendapatkan kerikil terbanyak dari masing -- masing lingkaran besar tersebut" Kata Buanan.

Bara, Langlang menganggukan kepala karena di rasa sudah paham, sedangkan Gundawa hanya bisa bersandar di kolom bambu gubuk kecil  tidak bisa apa -- apa karena tuli dan bisu.

Buana menantang Bara sebagai lawan pertamannya, keduanya berduduk bersila sambil mengisi kerikil ke dalam tujuh lingkaran  tersebut, sedangkan Langlang memperhatikan suara kakak  - kakaknya sebelum melanjutkan permaian berikutnya.

"Et !! Jangan lupa di ingat lingkaran berjumlah tujuh di hadapanmu dan biji berjumlah tujuh disetiap lingkaran itu adalah perjalanan hidupmu yang harus benar -- banar kamu pikirkan sebelum masuk ke lingkaran yang lebih besar ini.. yaitu lubang kematian"  Kata Buana sambil menunjuk 2 lubang besar di kedua  sisinya.

Permaian di mulai oleh Bara yang mulai mengangkat kerikil dalam satu lingkaran  untuk diputar dan di bagi -- bagikan ke dalam lingkaran berikutnya termasuk lingkaran  lawan.  Dari situ satu persatu sebuah makna dipahami oleh Langlang, meski tidak bisa melihat dan tidak memainkan dia memaknai setiap kata dari kakaknya bahwa hidup terkadang juga harus berbagi satu sama lain meskipun itu isi miliknya dan memiliki bobot kemenangan yang tinggi.

"Eh mas kira -- kira capres dan cawapres saat ini pernah main gini nggak ya?" Tanya Langlang kepada kedua kakaknya yang asik bermaian.

"Mungkin dulu waktu kecil pernah, kalau sekarang mainya ya politik lah" ucap Bara sambil berpikir menghadapi kakaknya yang sudah mendapatkan biji banyak di lubang besarnya.

"Kalau saya amati dari apa yang kalian bicarakan, permainan ini sama halnya perjalanan  menuju kemenangan calon seorang presiden nantinya" timpa kata Langlang yang membuat Buana terkejut dan mulai berpikir.

"Bentar -- bentar .... benar juga apa yang kamu katakana lang ! apa benar yang kamu maksud kami berdua adalah calon presiden dan biji -- bijian ini adalah suara rakya yang selalu kami putar -- putar?" Tanya Buana dalam memaknai permainan congklak di era saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun