Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mempersiapkan Talenta Muda Menuju Era Bonus Demografi 2030: Menangani Tanda Psikologis Tergangu

15 Juni 2024   12:36 Diperbarui: 15 Juni 2024   13:29 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tirto.tersedia di https://tirto.id/5-cara-mengetahui-seseorang-mengalami-gangguan-kesehatan-mental- (dimodifikasi)

Mempersiapkan Talenta Muda Menuju Era Bonus Demografi 2030: Menangani Tanda Psikologis Terganggu

Oleh: Ahmad Rusdiana

Indonesia akan segera memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Periode ini membawa peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial jika sumber daya manusia yang ada, terutama talenta muda, dapat dimaksimalkan dengan baik. Namun, untuk meraih potensi ini, penting untuk memastikan kesehatan mental generasi muda dalam kondisi yang optimal. American Psychiatric Association telah mengidentifikasi beberapa tanda psikologis terganggu yang perlu diperhatikan. Menangani masalah ini secara efektif akan menjadi kunci dalam mengembangkan talenta muda yang siap menghadapi tantangan masa depan. Mari kita breakdown, satu persatu:  

Pertama: Ketakutan atau Kegelisahan yang Berlebihan; Ketakutan atau kegelisahan yang berlebihan dapat menghambat produktivitas dan kreativitas talenta muda. Rasa cemas yang tidak proporsional terhadap situasi tertentu dapat menyebabkan seseorang menghindari tantangan dan peluang. Untuk mengatasinya, diperlukan pendekatan yang melibatkan edukasi tentang manajemen stres dan kecemasan. Program dukungan psikologis di sekolah dan tempat kerja dapat membantu individu mengembangkan keterampilan untuk mengelola ketakutan dan kegelisahan mereka dengan lebih baik. Kedua: Perubahan Suasana Hati; Perubahan suasana hati yang ekstrem, seperti kesedihan mendalam atau perasaan putus asa, dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Talenta muda yang mengalami ini mungkin mengalami penurunan motivasi dan kinerja. Penting untuk menyediakan akses ke layanan konseling dan terapi yang dapat membantu individu memahami dan mengelola perubahan suasana hati mereka. Kampanye kesadaran kesehatan mental juga dapat mengurangi stigma dan mendorong orang untuk mencari bantuan.

Ketiga: Masalah Berpikir; Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, masalah dengan ingatan, atau pikiran yang sulit dijelaskan dapat mengganggu proses belajar dan bekerja. Talenta muda yang menghadapi masalah berpikir mungkin kesulitan mencapai potensi penuh mereka. Intervensi dini melalui bimbingan akademik dan pelatihan kognitif dapat membantu memperbaiki fungsi kognitif. Lingkungan belajar yang mendukung dan tidak menekan juga penting untuk mengurangi tekanan yang dapat memperburuk masalah ini. Keempat: Perubahan Tidur atau Nafsu Makan; Pola tidur dan makan yang tidak teratur sering kali merupakan indikator stres atau gangguan psikologis. Kurang tidur atau makan berlebihan/kurang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Edukasi tentang pentingnya gaya hidup sehat, termasuk tidur yang cukup dan pola makan seimbang, harus menjadi bagian dari program pengembangan talenta muda. Sekolah dan tempat kerja juga bisa menyediakan fasilitas untuk mendukung gaya hidup sehat, seperti kantin dengan makanan bergizi dan waktu istirahat yang cukup.

Kelima: Penarikan Diri; Penarikan diri dari aktivitas sosial atau hobi yang sebelumnya dinikmati dapat menjadi tanda seseorang mengalami masalah psikologis. Talenta muda yang menarik diri mungkin kehilangan kesempatan untuk berkembang secara sosial dan profesional. Membentuk komunitas dukungan di sekolah dan tempat kerja dapat membantu individu merasa lebih terhubung dan didukung. Program mentoring dan kegiatan kelompok dapat mendorong partisipasi aktif dan mengurangi perasaan isolasi.

Pada hakikatnya, memasuki era bonus demografi 2030, Indonesia harus siap memanfaatkan potensi besar talenta muda. Untuk itu, menangani tanda-tanda psikologis terganggu menjadi sangat penting. Pendekatan holistik yang melibatkan edukasi, dukungan psikologis, dan lingkungan yang mendukung akan membantu generasi muda mencapai kesejahteraan mental dan fisik yang optimal. Dengan demikian, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan dan berkontribusi secara maksimal terhadap pembangunan bangsa. Wallahu A'lam Bishowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun