Mengatasi Talenta Muda dalam Mengahadapi Bonus Demografi 2030: Dengan Membiarkan Orang Lain Mengatasi Hidupnya
Oleh: Ahmad Rusdiana
Indonesia akan segera memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Ini merupakan peluang emas untuk memajukan ekonomi dan kesejahteraan bangsa jika dimanfaatkan dengan baik. Namun, salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh generasi muda adalah kemampuan untuk mengelola waktu dengan efektif. "Banyak remaja yang masih sulit mengatakan "tidak" pada ajakan teman untuk kegiatan yang tidak produktif." (Ira Nurmala 2020). Â Kemampuan manajemen waktu yang baik serta keterampilan asertif menjadi kunci untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi masa depan yang kompetitif. Artikel ini akan membahas pentingnya mengambil kendali atas hidup sendiri dan bagaimana hal ini bisa berkontribusi pada peningkatan talenta muda dalam menyongsong era bonus demografi. Untuk lebih jelasnya mengenai Mengatasi Hambatan dengan Membiarkan Orang Lain Mengatur Hidupnya. Mari Kita breakdown, satu persatu: Â Â
Pertama: Kesadaran Diri dan Prioritas Remaja sering kali terjebak dalam kegiatan yang tidak produktif seperti nongkrong tanpa tujuan, bermain game secara berlebihan, atau bahkan melakukan perilaku berisiko. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri dan kemampuan untuk memprioritaskan kegiatan yang lebih bermanfaat. Mengembangkan kesadaran diri adalah langkah awal yang penting. Pendidikan tentang manajemen waktu harus dimulai dengan membantu remaja mengenali aktivitas mana yang mendukung tujuan jangka panjang mereka dan mana yang hanya membuang-buang waktu. Dengan demikian, mereka akan lebih mampu mengidentifikasi dan menghindari kegiatan yang tidak produktif.
Kedua: Keterampilan Asertif Keterampilan asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan jujur dan tegas tanpa merugikan orang lain. Remaja yang memiliki keterampilan asertif akan lebih mudah untuk mengatakan "tidak" pada ajakan teman yang tidak produktif. Keterampilan ini dapat diajarkan melalui berbagai program pelatihan dan bimbingan. Misalnya, sekolah dan komunitas dapat menyelenggarakan workshop yang fokus pada pengembangan keterampilan komunikasi dan asertivitas. Dengan keterampilan ini, remaja dapat mengambil kendali atas waktu mereka dan membuat keputusan yang lebih bijaksana.
Ketiga: Pemberdayaan melalui Pendidikan dan Pelatihan Untuk menghadapi era bonus demografi, pendidikan formal dan non-formal harus berfokus pada pengembangan keterampilan manajemen waktu dan asertivitas. Kurikulum sekolah perlu mencakup mata pelajaran yang mengajarkan teknik-teknik manajemen waktu, seperti membuat jadwal, menetapkan tujuan, dan mengatur prioritas. Selain itu, pelatihan soft skills di luar jam sekolah, seperti kursus kepemimpinan, dapat membantu remaja untuk lebih bertanggung jawab atas hidup mereka. Pemberdayaan melalui pendidikan ini akan menyiapkan generasi muda untuk menjadi tenaga kerja yang produktif dan kompeten di masa depan.
Singkatnya, menghadapi era bonus demografi 2030 memerlukan persiapan yang matang, terutama dalam pengembangan talenta muda. Salah satu hambatan utama yang perlu diatasi adalah kecenderungan remaja untuk membiarkan orang lain mengatur hidup mereka. Dengan meningkatkan kesadaran diri, keterampilan asertif, dan pendidikan tentang manajemen waktu, remaja akan lebih mampu mengendalikan hidup mereka dan membuat keputusan yang lebih produktif. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas individu, tetapi juga akan berdampak positif pada kemajuan bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam membekali generasi muda dengan keterampilan yang diperlukan untuk sukses di era bonus demografi. Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H