Memahami Tanda-Tanda Toxic Friendship: Memperburuk Kondisi Stres yang Dialami
Oleh: Ahmad Rusdiana
Indonesia akan segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Era ini membawa harapan besar dengan peningkatan jumlah penduduk usia produktif yang dapat menjadi motor penggerak ekonomi dan pembangunan. Namun, untuk memanfaatkan peluang ini, penting bagi talenta muda Indonesia untuk berada dalam kondisi mental yang sehat dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mental adalah kualitas hubungan sosial, termasuk persahabatan. Artikel ini akan membahas salah satu tanda dari toxic friendship, yaitu memperburuk kondisi stres, dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi talenta muda di Indonesia.
Ciri kedelapan dari toxic friendship menurut Susan Heitler (2021) adalah memperburuk kondisi stres yang Anda alami. Teman yang baik seharusnya membantu Anda mengurangi stres, bukan menambahnya. Berikut adalah tiga konten utama yang menguraikan bagaimana toxic friendship dapat memperburuk kondisi stres:
Pertama: Interaksi yang Membebani Teman yang toxic sering kali menguras energi emosional Anda. Mereka mungkin selalu mengeluh tentang masalah mereka sendiri tanpa memperhatikan kesejahteraan Anda, atau mereka mungkin terlibat dalam drama yang tidak perlu, membuat Anda merasa lelah dan tertekan. Dalam konteks bonus demografi, talenta muda yang seharusnya fokus pada pengembangan diri dan kontribusi produktif bisa terganggu oleh hubungan yang tidak sehat ini.
Keedua: Minim Dukungan Emosional Dalam persahabatan yang sehat, dukungan emosional sangat penting. Teman yang toxic sering kali tidak memberikan dukungan yang Anda butuhkan saat menghadapi stres. Mereka mungkin mengabaikan atau meremehkan perasaan Anda, membuat Anda merasa sendirian dalam menghadapi masalah. Kondisi ini dapat menghambat produktivitas dan kreativitas talenta muda, yang sangat dibutuhkan untuk memanfaatkan era bonus demografi.
Ketiga: Menciptakan Lingkungan Negatif Lingkungan sosial yang negatif dapat memperburuk stres. Teman yang toxic sering kali membawa pengaruh negatif, seperti sikap pesimis, kritik yang tidak membangun, atau perilaku yang tidak sehat. Lingkungan seperti ini dapat menghalangi pertumbuhan pribadi dan profesional talenta muda. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mempengaruhi potensi mereka dalam berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Pada akhirnya, memahami tanda-tanda toxic friendship, khususnya yang memperburuk kondisi stres, sangat penting bagi talenta muda Indonesia yang akan menghadapi era bonus demografi. Dengan mengenali dan mengatasi hubungan yang tidak sehat, talenta muda dapat menjaga kesehatan mental mereka, meningkatkan produktivitas, dan berkontribusi secara maksimal terhadap pembangunan negara. Oleh karena itu, penting untuk membangun dan mempertahankan persahabatan yang sehat, yang dapat memberikan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan yang positif
Dengan mengenali dan mengatasi hubungan yang tidak sehat, dapat meningkatkan produktivitas, dan berkontribusi secara maksimal terhadap pembangunan negara. Wallahu A'lam Bishowab,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H