Mempersiapkan Talenta Muda Menghadapi Bonus Demografi 2030: Memahami Tanda-Tanda Toxic Friendship
Oleh: Ahmad Rusdiana
Indonesia akan segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Di era ini, proporsi penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya, memberikan potensi besar bagi kemajuan ekonomi dan sosial. Namun, untuk memaksimalkan potensi ini, penting bagi generasi muda untuk berkembang dalam lingkungan yang positif dan mendukung. Salah satu tantangan yang perlu diatasi adalah keberadaan toxic friendship dalam kehidupan sosial mereka. Victoria Andrea Muoz Serra, (Iredho, 2020); Toxic Friendship adalah mereka yang mengatakan kata menjadi teman, tetapi tindakannya akan menimbulkan rasa sakit. Artikel ini akan mengelaborasi tanda-tanda seseorang berada dalam toxic friendship menurut Susan Heitler, PhD, dan bagaimana pemahaman ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup talenta muda Indonesia. Mari Kita breakdown, satu-persatu:Â
Pertama: Menganggap "Persaingan"; Dalam persahabatan yang sehat, persaingan seharusnya menjadi motivasi positif. Namun, dalam toxic friendship, persaingan berubah menjadi destruktif. Teman yang selalu berusaha mengalahkan atau menjatuhkan Anda dapat menguras energi dan semangat, mengalihkan fokus dari pengembangan diri yang produktif.
Kedua: Ketidakseimbangan dalam Waktu Bersama; Persahabatan yang sehat didasarkan pada timbal balik. Jika salah satu pihak selalu mengorbankan waktu dan perhatian tanpa mendapatkan hal yang sama, ini bisa menjadi tanda ketidakseimbangan. Bagi talenta muda, penting untuk belajar menyeimbangkan waktu antara pekerjaan, studi, dan pertemanan untuk mencapai kesuksesan.
Ketiga: Memberikan Kritik dengan Merasa Benar Sendiri; Kritik yang konstruktif diperlukan untuk pertumbuhan. Namun, kritik yang selalu merendahkan dan tidak memberikan solusi dapat merusak kepercayaan diri. Talenta muda perlu mengembangkan kemampuan untuk menerima kritik yang membangun dan menghindari yang merusak. Keempat: Intensitas Interaksi; Persahabatan yang terlalu intens dapat menjadi beban emosional. Jika seorang teman menuntut perhatian terus-menerus dan tidak memberi ruang pribadi, hal ini bisa mengganggu keseimbangan hidup. Talenta muda perlu belajar mengelola batasan dalam hubungan sosial mereka.
Kelima: Meminta Anda untuk Berubah; Teman yang sejati menerima Anda apa adanya. Jika seseorang terus-menerus meminta Anda untuk berubah sesuai keinginan mereka, ini adalah tanda jelas dari toxic friendship. Pengembangan diri harus didasarkan pada motivasi internal, bukan tekanan eksternal.
Keenam; Baik Jika Anda Baik dan Sebaliknya Berubah Menjadi Buruk Jika Tidak Sesuai; Persahabatan yang sehat tidak bergantung pada kondisi atau keadaan. Teman yang baik akan tetap mendukung Anda dalam situasi apapun. Sebaliknya, teman yang hanya baik saat Anda menyenangkan mereka, dan berubah ketika tidak, adalah teman yang tidak sehat. Ketujuh:
Tidak Dapat Mengungkapkan Emosional yang Sedang Dialami; Dalam persahabatan yang sehat, Anda harus merasa aman untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran Anda. Jika Anda merasa takut atau ragu untuk berbicara tentang perasaan Anda, ini menunjukkan ketidaksehatan dalam hubungan tersebut.
Kedelapan: Memperburuk Kondisi Stres yang Anda Alami; Teman yang baik seharusnya membantu Anda mengurangi stres, bukan menambahnya. Jika seseorang selalu membuat Anda merasa lebih stres atau cemas, ini adalah tanda bahwa hubungan tersebut tidak sehat.