Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Talenta Muda Indonesia: Mengatasi Perilaku Sering Memotong Pembicaraan dalam Era Bonus Demografi 2030

27 Mei 2024   21:19 Diperbarui: 27 Mei 2024   21:39 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meningkatkan Talenta Muda Indonesia: Mengatasi Perilaku Sering Memotong Pembicaraan dalam Era Bonus Demografi 2030

Oleh: Ahmad Rusdiana

Indonesia akan segera memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Ini adalah kesempatan emas bagi bangsa ini untuk memajukan ekonomi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, tantangan tetap ada, salah satunya adalah perilaku komunikasi yang tidak produktif di kalangan generasi muda. 

Salah satu perilaku yang sering ditemukan adalah kebiasaan memotong pembicaraan orang lain. Menurut Neal Stephanie (1992), perilaku ini menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap percakapan dan sering menginterupsi. Untuk memanfaatkan bonus demografi secara optimal, penting bagi kita untuk mengatasi dan memperbaiki perilaku ini. Yu kita breakdown, satu persatu: 

Peratama: Kurangnya Penghargaan Terhadap Lawan Bicara; Memotong pembicaraan sering kali mencerminkan kurangnya penghargaan terhadap lawan bicara. Talenta muda yang terus-menerus menginterupsi dapat dianggap tidak sopan dan kurang menghargai pandangan orang lain. Ini bisa menghambat kolaborasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja yang semakin kompleks dan saling terhubung. 

Mengajarkan etika komunikasi dan pentingnya mendengarkan secara aktif dapat membantu mengembangkan talenta muda yang lebih menghargai perbedaan pendapat dan lebih siap untuk bekerja dalam tim.

Kedua: Menghambat Proses Pembelajaran; Proses pembelajaran yang efektif memerlukan kemampuan untuk mendengarkan dan memahami berbagai sudut pandang.

Ketika seseorang sering memotong pembicaraan, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dari orang lain. Ini bisa sangat merugikan dalam konteks bonus demografi, di mana peningkatan keterampilan dan pengetahuan adalah kunci. Mendorong sikap sabar dan pengertian dalam komunikasi dapat membantu talenta muda untuk menjadi pembelajar yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kompetensi mereka di tempat kerja.

Ketiga: Mempengaruhi Dinamika Tim dan Produktivitas; Di lingkungan kerja, kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim sangat penting. Memotong pembicaraan dapat menciptakan ketegangan dan mengganggu dinamika tim. Ini bisa mengarah pada konflik yang tidak perlu dan mengurangi produktivitas. 

Dengan mengajarkan teknik komunikasi yang baik, seperti berbicara secara bergantian dan memberikan ruang bagi semua anggota tim untuk berbicara, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif. Ini akan sangat bermanfaat bagi Indonesia ketika memasuki era bonus demografi, di mana kerjasama dan kolaborasi akan menjadi kunci keberhasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun