Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui Atsar: Implemetasi Kurikulum Merdeka Menunju Indonesi Emas 2045
Dalam atsar disebutkan: "alangkah banyaknya pepohonan tapi tak semua pohon bisa berbuah, dan sangat banyak buah2an tapi tidak semua buah itu baik". Demikian pula ulama dan ilmu .....
 Wamaa aksaral ulama walaisa kuluhum bimursyidin; Wamaa aksaral ulumu walaisa kuluhu bi nafi' "alangkah banyaknya ulama tapi tdk seluruh ulama bisa menjadi pembimbing manusia, alangkah banyaknya ilmu tapi tidak seluruh ilmu itu bermanfa at bagi orang yg mengetauinya". (Doc. Kiriman Sahabat HUM).
Oleh: Ahmad Rusdiana
Konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia bertujuan untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pendidikan, sehingga dapat menciptakan generasi emas yang unggul dan siap menghadapi tantangan global pada tahun 2045. Namun, dalam pelaksanaan konsep ini, perlu diingat bahwa tidak semua bentuk pendidikan dan ilmu pengetahuan memiliki dampak positif yang sama bagi setiap individu, sebagaimana diungkapkan dalam atsar berikut: "alangkah banyaknya ulama tapi tidak seluruh ulama bisa menjadi pembimbing manusia, alangkah banyaknya ilmu tapi tidak seluruh ilmu itu bermanfaat bagi orang yang mengetahuinya." Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kualitas dan relevansi dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dalam konteks Merdeka Belajar, memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip ini menjadi sangat krusial. Paling Tidak ada empat Nilai Pembelajaran dari ungkapan tersebut di atas, yakni:
Pertama: Kualitas Guru dan Pengajar; Dalam implementasi Merdeka Belajar, peran guru dan pengajar sangatlah penting. Seperti pepatah dalam asar, "alangkah banyaknya ulama tapi tidak seluruh ulama bisa menjadi pembimbing manusia," kita harus memastikan bahwa guru-guru tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk membimbing dan menginspirasi siswa. Pelatihan yang berkelanjutan, peningkatan kualitas pedagogik, dan pengembangan profesional harus menjadi prioritas. Guru yang berkualitas mampu menerjemahkan kebebasan dalam belajar menjadi pengalaman pendidikan yang bermakna dan efektif bagi siswa.
Kedua: Relevansi Kurikulum; Pendidikan yang diberikan harus relevan dengan kebutuhan zaman dan masa depan. Kurikulum harus dirancang sedemikian rupa agar ilmu yang diajarkan tidak hanya teoritis tetapi juga aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat. Sebagaimana disebutkan dalam asar, "alangkah banyaknya ilmu tapi tidak seluruh ilmu itu bermanfaat," kita harus memastikan bahwa ilmu yang diajarkan benar-benar bermanfaat dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan nyata. Ini termasuk integrasi teknologi, keterampilan abad ke-21, dan pendidikan karakter.
Ketiga: Pembelajaran yang Bermakna; Merdeka Belajar memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka, namun kebebasan ini harus diarahkan dengan bijak. Sistem pendidikan harus mampu mengidentifikasi potensi unik setiap siswa dan menyediakan jalur pembelajaran yang sesuai. Dengan demikian, pendidikan menjadi lebih personal dan bermakna. Metode pembelajaran yang inovatif dan partisipatif, seperti proyek berbasis pembelajaran (project-based learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini.
Keempat: Evaluasi dan Umpan Balik; Evaluasi yang berkelanjutan dan umpan balik yang konstruktif adalah bagian integral dari Merdeka Belajar. Sistem evaluasi harus mampu mengukur tidak hanya pencapaian akademik tetapi juga perkembangan keterampilan dan karakter siswa. Umpan balik yang diberikan harus bersifat mendidik dan memotivasi, membantu siswa untuk terus berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka.
Pada akhinya, atsar yang menyatakan "alangkah banyaknya ulama tapi tidak seluruh ulama bisa menjadi pembimbing manusia, alangkah banyaknya ilmu tapi tidak seluruh ilmu itu bermanfaat" memberikan pelajaran penting dalam konteks Merdeka Belajar menuju Indonesia Emas 2045. Kualitas pengajar, relevansi kurikulum, pembelajaran yang bermakna, serta evaluasi yang efektif adalah kunci keberhasilan dalam menciptakan generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat memastikan bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya menghasilkan lulusan yang berpengetahuan luas tetapi juga mampu mengaplikasikan ilmu tersebut untuk kebaikan diri sendiri dan masyarakat.