Tantangan Guru Profesional dalam Mewujudkan Society 5.0 melalui Kurikulum Merdeka
Oleh: Ahmad Rusdiana
Pada tahun 2016, terdapat istilah yang disebut "Masyarakat 5.0" atau "Society 5.0" , istilah tersebut diusulkan oleh Kabinet Jepang dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5, dengan visi untuk menciptakan "Masyarakat Super Cerdas" (MSC). MSC diposisikan sebagai tahap perkembangan kelima pada masyarakat manusia, setelah sebelumnya terdapat masyarakat pemburu/ pengumpul, agraria, industri, dan informasi. Saat ini, teknologi telah berkembang dengan sangat pesat dan menguasai berbagai aspek kehidupan manusia. Sebagai antisipasi gejolak dampak revolusi industri 4.0 maka muncul Society 5.0 atau masyarakat 5.0 dimana manusia merupakan komponen utama dalam proses penggunaan teknologi atau dapat dikatakan bahwa semua teknologi merupakan bagian dari manusia itu sendiri sehingga internet tidak hanya digunakan untuk mencari informasi saja melainkan digunakan untuk menjalani kehidupan sehari-hari manusia. Konsep ini berpusat pada manusia yang berintegrasi dengan adanya teknologi meliputi (AI dan IoT). Pada society 5.0 diharapkan dapat membantu masyarakat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial di bidang pendidikan dengan memanfaatkan teknologi pada dunia nyata dan dunia maya agar dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dalam era Society 5.0, di mana teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT), Virtual Augmented Reality (VAR), dan Artificial Intelligence (AI) menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, peran guru sebagai tenaga pendidik menjadi semakin krusial. Implementasi teknologi dalam pendidikan tidak hanya berfokus pada penguasaan teknologi itu sendiri, tetapi juga pada bagaimana teknologi tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kehidupan manusia. Dalam konteks Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, terdapat tiga tantangan utama yang harus dihadapi oleh guru untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia melalui teknologi tersebut.
Pertama: Penguasaan Teknologi dan Integrasi IoT dalam Pembelajaran; Guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai IoT dan bagaimana mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran. IoT memungkinkan berbagai perangkat untuk terhubung dan saling berkomunikasi, yang dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif dan personal. Tantangan utama adalah bagaimana guru dapat menguasai teknologi ini dan menggunakannya untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, guru perlu memiliki kebebasan untuk berinovasi dengan perangkat IoT dalam mendesain pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan siswa. Selain itu, guru juga perlu memahami bagaimana mengelola data yang dihasilkan dari perangkat IoT untuk memantau perkembangan belajar siswa dan membuat keputusan pedagogis yang lebih tepat.
Kedua: Pengembangan Materi Pembelajaran dengan VAR; Virtual Augmented Reality (VAR) menawarkan pengalaman belajar yang imersif dan interaktif yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tantangan bagi guru adalah bagaimana mengembangkan dan menerapkan materi pembelajaran yang menggunakan VAR secara efektif. Dalam Kurikulum Merdeka, yang menekankan pada pembelajaran berbasis proyek dan eksplorasi, guru memiliki peluang untuk menggunakan VAR dalam menyajikan konten yang kompleks dan abstrak menjadi lebih konkret dan dapat diakses oleh siswa. Namun, guru harus mengembangkan keterampilan teknis dalam menggunakan perangkat VAR serta kemampuan pedagogis dalam merancang pengalaman belajar yang bermakna. Mereka juga perlu mempertimbangkan aksesibilitas teknologi ini bagi semua siswa untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.
Ketiga; Pemanfaatan AI dalam Pembelajaran yang Personal dan Adaptif; Artificial Intelligence (AI) dapat digunakan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang adaptif dan personalisasi, yang dapat menyesuaikan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Tantangan terbesar adalah bagaimana guru dapat memanfaatkan AI untuk mendukung proses pembelajaran tanpa kehilangan sentuhan manusiawi yang esensial dalam pendidikan. Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, AI dapat membantu dalam menganalisis data belajar siswa dan memberikan rekomendasi yang tepat bagi guru untuk menyesuaikan strategi pembelajaran. Guru perlu memahami cara kerja AI dan bagaimana memanfaatkannya untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa secara tepat, serta mengintegrasikan hasil analisis AI dengan pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan holistik.
Dalam menghadapi ketiga tantangan ini, guru perlu terus belajar dan mengembangkan kompetensinya melalui pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka kerja yang fleksibel bagi guru untuk bereksperimen dan berinovasi dalam pembelajaran, namun keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada kesiapan guru dalam mengadopsi dan mengadaptasi teknologi. Kolaborasi dengan ahli teknologi dan pendidikan, serta akses terhadap sumber daya yang memadai, juga menjadi kunci dalam mewujudkan tujuan Society 5.0 untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan berpusat pada manusia. Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H