Membangun Masa Depan Melalui Literasi Dasar: Pesan Untuk Semua Insnan Pendidikan Dalam Imlementasi Kurikulum Merdeka Menuju Indonesia Emas 2045 (Bagian II)
Oleh: Ahmad Rusdiana
Kemampuan berliterasi  Keterampilan Literasi Dasar (Foundational Literacies), menjadi sorotan utama World Economic Forum (2015), mengapa tidak? Keterampilan Literasi Dasar merupakan salah satu kebutuhan paling penting di Abad ke21. Bahkan dalam laporan World Economic Forum (2015) dikatakan bahwa tiga kemampuan utama yang dibutuhkan di antaranya literasi dasar (foundational literacies), kompetensi (competencies) berkaitan pemecahan masalah, dan kualitas karakter (character qualities). Foundation literacies dipercaya sebagai kemampuan inti seorang siswa di kehidupan sehari-hari. Keterampilan ini berfungsi sebagai dasar untuk membangun kompetensi yang lebih maju. Kategori ini tidak hanya mencakup literasi membaca dan numerik, namun juga keaksaraan ilmiah, literasi TIK, literasi finansial serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Bahkan kemampuan ini berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif (UNESCO, 2003).
Foundationan literacies atau literasi dasar adalah keterampilan yang terkait dengan kemampuan anak menerapkan keterampilan inti dalam tugas sehari-hari. Literasi dasar meliputi: 1) literasi, numerasi, 2) literasi ilmiah, 3) literasi TIK, 4) literasi keuangan, 5) literasi budaya, dan 6) literasi kewarganegaraan. Sebagian besar pendidikan formal berfokus secara eksklusif pada pemberian keterampilan ini karena dianggap penting untuk memenuhi persyaratan tenaga kerja dasar. Namun, untuk bertahan hidup dan berkembang di abad ke-21, semua itu tidaklah cukup. Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa kompetensi dan kualitas karakter seseorang juga merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap kesuksesan pribadi dan profesional (Jose, 2021).
Dalam konteks guru profesional dan implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, pemahaman mendalam tentang Keterampilan Literasi Dasar (Foundational Literacies) menjadi krusial. Secara khusus, terdapat enam keterampilan literasi dasar yang perlu ditekankan dalam pelatihan guru dan integrasi ke dalam praktik pengajaran mereka.
Pertama: Literasi dan Numerasi: Guru perlu memahami bahwa literasi dan numerasi bukan hanya tentang membaca dan berhitung, tetapi juga tentang kemampuan memahami, menganalisis, dan menginterpretasi informasi. Dalam Kurikulum Merdeka, pendekatan yang inklusif terhadap literasi dan numerasi harus diperkenalkan, yang menggabungkan berbagai konteks pembelajaran dan memfasilitasi pemahaman yang lebih dalam.
Kedua; Literasi Ilmiah: Dalam era di mana sains dan teknologi menjadi lebih dominan, guru harus mampu membimbing siswa dalam pengembangan pemahaman yang kuat tentang metodologi ilmiah, pengamatan, eksperimen, dan evaluasi. Literasi ilmiah memungkinkan siswa untuk menjadi pemikir kritis dan penemu solusi yang kreatif terhadap masalah-masalah kompleks.
Ketiga; Literasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi): Dalam Kurikulum Merdeka, guru harus memiliki keahlian dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran mereka. Mereka harus mampu mengajarkan siswa bagaimana menggunakan alat-alat digital dengan bijak, kritis, dan produktif, sambil tetap memperhatikan aspek keamanan dan etika.
Keempat; Literasi Keuangan: Guru perlu menyadari pentingnya literasi keuangan dalam membekali siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola uang mereka sendiri, memahami konsep-konsep dasar keuangan, dan membuat keputusan yang bijaksana dalam kehidupan mereka. Ini termasuk pemahaman tentang tabungan, investasi, hutang, dan perencanaan keuangan.
Kelima; Literasi Budaya: Dalam masyarakat yang semakin terhubung secara global, literasi budaya menjadi keterampilan penting bagi siswa untuk memahami dan menghargai keragaman budaya. Guru harus mendorong pengalaman belajar yang melibatkan berbagai budaya, bahasa, dan perspektif, serta mengajarkan siswa untuk menjadi pembawa perdamaian dan penghubung antarbudaya.
Keenam; Literasi Kewarganegaraan: Guru memiliki peran kunci dalam membentuk siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan aktif. Mereka harus mengajar siswa tentang nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan partisipasi politik yang sehat. Hal ini melibatkan pembelajaran tentang sistem politik, proses demokratis, dan cara berkontribusi positif dalam masyarakat.
Dengan memahami dan mengintegrasikan keenam keterampilan literasi dasar ini dalam Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, guru dapat memainkan peran yang signifikan dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dan peluang di abad ke-21. Ini melibatkan transformasi pendidikan yang menyeluruh, di mana guru bukan hanya menjadi penyampai pengetahuan, tetapi juga fasilitator pembelajaran yang mendorong kemandirian, kreativitas, dan kepemimpinan siswa.
Dari itu semua, pesan edukatif untuk semua insan pendidikan dan pemangku kepentingan pendidikan adalah pentingnya memahami bahwa pendidikan bukanlah sekadar tentang menghafal fakta atau meraih nilai tinggi dalam ujian. Sebaliknya, pendidikan adalah tentang memberdayakan diri untuk menjadi individu yang berpikiran terbuka, kritis, dan kreatif, siap menghadapi kompleksitas dunia yang terus berubah. Kepada semua insan pendidikan: 1) Jadilah Pembelajar Seumur Hidup: Jadilah pembelajar yang lapar akan pengetahuan dan pengalaman baru. 2) Kembangkan Keterampilan Abad ke-21: Dunia terus berubah dengan cepat. 3) Hargai Keragaman: Setiap individu memiliki keunikan dan potensi mereka sendiri.. 4) Berpikir Kritis: Jangan terima begitu saja apa yang Anda dengar atau baca. Latihlah diri untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dengan kritis. 5) Berkontribusi pada Masyarakat: Pendidikan tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang memberikan dampak positif pada masyarakat. Temukan cara Anda untuk berkontribusi pada kebaikan bersama, baik melalui pengabdian masyarakat, advokasi, atau inovasi yang membantu memecahkan masalah sosial.
Dengan menerapkan pesan-pesan ini dalam praktek, kita dapat membangun sistem pendidikan yang mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan dengan keyakinan dan kesiapan yang diperlukan. Wallau A'lam Bishowab
__________________
*) Tulisan ini terinspirasi dari jawaban Mahasiswa atas pertanyaan saya. Judul Tesis Kamu Ni apa? Jawabanya: "Peningkatan kompetensi operator EMIS Madrasah Diniyah Takmiliyah Kota Bandung" Saya Pikir itu ada keterkainnya dengan Keterampilan Abad 21 yang digagas oleh World Economic Forum (2015). Bagian II.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H