Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Optimasi Imlpementasi Kurikulum Merdeka: Solusi Bagi Pengelola dan Pemangku Kebijakan Pendidikan

11 Mei 2024   01:57 Diperbarui: 11 Mei 2024   02:02 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Optimasi Implementasi Kurikulum Merdeka: Solusi bagi Pengelola dan Pemangku Kebijakan Pendidikan.

Oleh: Ahmad Rusdiana

Kurikulum merdeka Belajar adalah kebijakan yang disiapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, yang bertujuan untuk mempromosikan kurikulum yang ada. Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, kurikulum merdeka dengan berbagai jenis pembelajaran internal, di mana konten pembelajarannya optimal, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk membiasakan diri dengan konsep dan memperkuat kompetensinya. Nugraha (2022) berpendapat bahwa kurikulum ini dapat memaksimalkan pembelajaran dengan memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi konsep dan mengkonsolidasikan pengetahuannya.

Menurut Anggraini (2022) kurikulum merdeka belajar ialah kurikulum yang didalamnya terdapat banyak pembelajaran intrakurikuler, yang isinya lebih diperkuat, memberi siswa waktu yang cukup untuk memahami konsep pembelajaran dan mengembangkan kompetensinya sendiri. Saleh (2020) menegaskan bahwa merdeka belajar adalah program yang menumbuhkan suasana belajar yang bahagia dan suasana yang menyenangkan. Ansumanti (2022) menyatakan bahwa Merdeka belajar adalah kebijakan yang mengedepankan untuk kebebasan berpikir. Dimana kebebasan berpikir ini sangat penting terutama harus dimiliki oleh guru. Tentu saja, jika belum disadari oleh guru, tidak akan diterapkan pada peserta didik.

Ihsan (2022) dalam penelitannya menyimpulkan pada saat ini, para guru kebingungan dengan penerapan Kurikulum Merdeka pada semua tingkat pendidikan. Yang mana guru merupakan sebagai kategori profesi yang 2 termasuk sebagai bidang memerlukan keahlian khusus. Sebagai seorang guru yang profesional, tugas utama guru ini adalah membimbing, mendidik, melatih, memotivasi, mengarahkan, memfasilitaskan, serta juga menilai hingga mengevaluasi peserta didik untuk mempersiapkan generasi selanjutnya yang akan dihadapi ditantangan baru pada abad 21 ini. Menurut Djamarah (dalam Mardika: 2017) guru ialah instrumen utama dan yang paling penting dalam dunia pendidikan. Karena kualitas peserta didik ditentukan dan berpengaruh pula dengan kualitas guru. Sedangkan menurut Karso (2019) guru yang tidak berkualitas baik menghasilkan peserta didik yang tidak berkualitas pula. bukan hanya itu termasuk sarana fasilats harus mendukung.

Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar memang menjadi tantangan yang kompleks, terutama dalam konteks kebijakan publik. Untuk memahami proses implementasi tersebut, pendekatan teoritis George C. Edwards III (Dalam Rusdiana, 2015), dapat memberikan panduan yang berguna. Edwards mengidentifikasi empat variabel utama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yang juga dapat diterapkan pada Kurikulum Merdeka Belajar:

Pertama: Komunikasi: Komunikasi yang efektif antara semua pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pendidikan, satuan pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat umum, sangat penting. Pesan-pesan terkait dengan tujuan, isi, dan proses implementasi Kurikulum Merdeka Belajar harus disampaikan secara jelas dan terbuka agar semua pihak memiliki pemahaman yang sama.

Kedua: Sumber Daya: Sumber daya yang mencakup aspek finansial, fisik, dan manusia harus tersedia untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Ini termasuk pelatihan bagi guru untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum baru, serta penyediaan bahan ajar dan infrastruktur yang diperlukan.

Ketiga: Sikap: Sikap atau disposisi yang positif dan proaktif dari semua pemangku kepentingan juga diperlukan. Guru perlu memiliki sikap terbuka terhadap perubahan, siswa perlu memiliki motivasi untuk belajar secara mandiri, dan orang tua perlu mendukung perubahan dalam pendekatan pembelajaran.

Keemat: Struktur Birokrasi: Struktur organisasi dan prosedur administratif di tingkat pemerintah pusat dan daerah harus mendukung implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Kebijakan dan pedoman yang jelas harus disusun, dan sistem monitoring dan evaluasi harus diterapkan untuk memastikan bahwa kurikulum tersebut diimplementasikan secara konsisten dan efektif di semua satuan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun