Keluarga Ying mengusik surga,
Orang bijak menjauh dari dunia fana.
Huang Qi mendaki Gunung Shang yang tinggi,
Wanita cantik pun menghilang dalam sepi.
Jejak masa lalu tenggelam tak teringat,
Jalan-jalan retak, tak lagi terlihat.
Mereka mengajarkan bertani sederhana,
Hidup berputar dari awal yang fana.
Rimbun murbei, bambu menjulang,
Shuji siap dibuat kapan datang.
Ulat sutera tenun di musim semi,
Musim gugur raja memetik hasil bumi.
Sepi jalan tanpa keramaian,
Hanya ayam, anjing, saling bersahutan.
Tanah bertani dengan cara lama,
Baju baru tak hadir di antara mereka.
Anak-anak bernyanyi di tengah jalan,
Orang tua menikmati masa silam.
Rumput tumbuh subur dalam damai,
Kayu menyusut, angin pun memekik ramai.
Meski catatan tak pernah ada,
Empat musim silih berganti jua.
Bahagia hidup tanpa kepalsuan,
Untuk apa kebijaksanaan berlebihan?
Jejak tersembunyi lima abad lamanya,
Saat itu dunia para dewa terbuka.
Musim semi datang dengan asal tak sama,
Namun tetap gelap, sunyi, tanpa cahaya.
Aku ingin bertanya pada sarjana keliling,
Bagaimana temukan jalan dalam kebisingan genting?
Aku ingin berbisik pada angin yang lirih,
Pegang mimpi yang tersembunyi dalam janji suci.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI