Berkat teori evolusi, kita memahami bahwa spesies seperti ayam bukanlah bentuk yang tetap atau statis yang ada untuk selamanya. Sebaliknya, mereka adalah hasil dari proses evolusi yang berkelanjutan, di mana perubahan genetik dan adaptasi terjadi seiring waktu.Â
Spesies berkembang dan berubah, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seleksi alam, dan interaksi dengan spesies lain. Dalam konteks ini, ayam domestik (Gallus gallus domesticus) muncul sebagai bagian dari proses yang lebih besar.
Ada saatnya ketika populasi burung liar, yang awalnya merupakan unggas hutan (seperti ayam hutan merah), mulai mengalami perubahan yang perlahan mengarah pada spesies baru, yaitu ayam.Â
Proses ini tidak terjadi secara instan, tetapi melalui akumulasi perubahan kecil yang terjadi dari generasi ke generasi. Faktor-faktor seperti adaptasi terhadap lingkungan baru, perilaku reproduksi yang berubah, dan interaksi dengan manusia berkontribusi pada transisi ini.
Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa ada titik di mana burung liar tidak lagi dapat dianggap sebagai unggas hutan, melainkan telah berevolusi menjadi spesies baru yang kita kenal sebagai ayam. Ini menunjukkan bahwa spesies tidak statis, tetapi merupakan struktur sementara yang terus disusun oleh dinamika evolusi.
Pemahaman ini membawa kita pada kesimpulan bahwa ayam dan telur tidak dapat dipisahkan dari konteks sejarah evolusi mereka. Proses evolusi menjelaskan bagaimana dan mengapa spesies berubah, dan memberikan kerangka untuk memahami pertanyaan klasik "mana yang lebih dulu, ayam atau telur?" dari perspektif yang lebih dalam dan kompleks.
Dr. Ellen Mather memberikan perspektif menarik terkait perdebatan klasik ayam dan telur. Dia menyatakan bahwa ayam sejati pertama akan menetas dari telur yang diletakkan oleh unggas hutan merah yang sebagian dijinakkan.Â
Ini menunjukkan bahwa burung yang menetas akan memiliki perubahan genetik yang mengidentifikasinya sebagai ayam, meskipun telur yang menghasilkannya bukanlah telur ayam sejati, melainkan telur dari burung nenek moyangnya.
Dengan kata lain, ayam sejati pertama lahir dari evolusi bertahap yang terjadi pada nenek moyangnya, yaitu unggas hutan merah (Gallus gallus). Melalui proses domestikasi yang melibatkan interaksi dengan manusia dan lingkungan yang berubah, unggas hutan merah mulai beradaptasi secara genetis, dan akhirnya menelurkan ayam pertama. Ini berarti bahwa unggas hutan yang sebagian dijinakkan adalah generasi peralihan antara spesies liar dan ayam domestik.
Dr. Mather menyimpulkan bahwa jika kita menafsirkan pertanyaan tentang apakah ayam atau telur ayam yang muncul terlebih dahulu, jawabannya adalah ayam. Ayam pertama menetas dari telur yang tidak sepenuhnya bisa dianggap sebagai telur ayam karena telur tersebut masih diletakkan oleh spesies nenek moyang.Â
Telur ayam sejati hanya akan dihasilkan setelah ayam sejati pertama itu tumbuh dan bertelur. Dengan demikian, jika kita membatasi definisi "telur" pada "telur ayam," maka jawabannya adalah ayam datang lebih dulu.