Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Menuju Kurikulum Nasional yang Berpihak pada Murid

20 Maret 2024   09:19 Diperbarui: 20 Maret 2024   09:22 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum Merdeka merupakan sebuah inovasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Indonesia. Didesain untuk memberikan keleluasaan kepada pendidik dan satuan pendidikan, kurikulum ini diharapkan dapat mengembangkan potensi kreatif, sikap positif, dan semangat belajar peserta didik sehingga mereka menjadi individu yang terampil dan berintegritas, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kemendikbudristek berencana untuk menjadikan Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional melalui penerbitan Permendikbudristek yang khusus mengatur tentang Kurikulum Merdeka. Setelah terbitnya Permendikbudristek tersebut, sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka akan diberikan waktu selama dua tahun untuk mempelajari dan menerapkannya.

Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, mengungkapkan dalam sebuah siaran pers bahwa regulasi ini akan memberikan kejelasan dan kepastian bagi semua pihak terkait arah kebijakan Kurikulum Nasional. Dengan demikian, sekitar 20 persen satuan pendidikan yang belum mengadopsi Kurikulum Merdeka akan diberikan kesempatan selama dua tahun untuk memahami serta mengimplementasikannya.

Dikutip dari news.republika.co.id. "Regulasi ini akan memberi kepastian bagi semua pihak tentang arah kebijakan Kurikulum Nasional. Setelah Permendikbudristek ini terbit, sekitar 20 persen satuan pendidikan yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka akan memiliki waktu 2 tahun untuk mempelajari dan kemudian menerapkannya," keterangan dari Kepala BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo dalam siaran pers, pada hari Selasa 27 Februari 2024.

Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan nasional dengan memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi pendidik dan institusi pendidikan untuk menyelaraskan pendekatan pembelajaran dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Dengan adanya Kurikulum Merdeka yang akan menjadi Kurikulum Nasional, diharapkan proses pembelajaran di Indonesia dapat menjadi lebih relevan, inklusif, dan mampu mencetak generasi yang berjiwa merdeka, kreatif, serta berdaya saing global.

Nino, yang sering dipanggil dengan sebutan tersebut, mengemukakan bahwa aspek terpenting dalam implementasi Kurikulum Merdeka adalah mencapai tujuan akhirnya. Menurutnya, perubahan sinkronisasi hanyalah alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama oleh semua pihak, yakni meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua murid. Menurut Nino, Kurikulum Merdeka telah didesain dengan tujuan memberikan pencerahan kepada pendidik dan lembaga pendidikan untuk mengembangkan potensi kreatif, nilai-nilai positif, dan semangat belajar peserta didik sehingga mereka menjadi individu yang terampil dan berintegritas, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Anindito.

"Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberi pencerahan bagi pendidik dan satuan pendidikan untuk menumbuhkembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta didik agar menjadi pemelajar sepanjang hayat yang berkarakter Pancasila," kata Anindito.

Dengan demikian, penerapan Kurikulum Merdeka bukan sekadar tentang perubahan proses atau struktur, tetapi lebih pada mencapai sasaran utama yang telah ditetapkan, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan dan berorientasi pada pengembangan karakter serta kemampuan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Dalam konteks ini, pihak terlibat diharapkan dapat melihat pergantian sinkronisasi sebagai upaya bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu menciptakan generasi yang berkarakter Pancasila dan siap menghadapi tantangan global.

Sementara itu, Zulfikri, yang bertindak sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka adalah milik bersama semua pihak. Ia menekankan bahwa pada hakikatnya, pendidikan haruslah inklusif dan terbuka untuk semua anak. Dunia pendidikan harus mampu menerima peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi. Menurut Zulfikri, peran pendidik sangatlah penting dalam membantu peserta didik yang mungkin memiliki kekurangan untuk dapat menemukan kekuatan di balik kelemahan mereka. Seorang guru sejati adalah yang mampu menerima setiap peserta didik apa adanya, dengan tulus dan ikhlas.

"Peran pendidik menjadikan peserta didik yang mempunyai kekurangan untuk mampu mencari dan menemukan kekuatan di balik kekurangannya. Seorang guru sejati, ikhlas menerima peserta didik apa adanya," kata Zulfikri, sebagai Pelaksana Tugas.

Lebih lanjut, Zulfikri menjelaskan bahwa proses pengembangan kurikulum yang berkelanjutan dan melibatkan partisipasi adalah upaya pemerintah untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil tepat guna bagi dunia pendidikan, termasuk dalam hal kurikulum. Rancangan Permendikbudristek tentang Kurikulum Merdeka disusun dengan tujuan untuk memastikan kualitas pendidikan dan menjaga kelangsungan transformasi pendidikan di Indonesia. Dalam substansinya, Permendikbudristek ini mengatur tentang tujuan dan prinsip, kerangka dasar, struktur kurikulum, serta hal-hal terkait implementasi Kurikulum Merdeka. Ketika peraturan ini ditetapkan, satuan pendidikan mulai dari tingkat anak usia dini, dasar, hingga menengah akan diberikan kesempatan untuk melaksanakan Kurikulum 2013 hingga paling lama tahun ajaran 2025/2026. Artinya, pemerintah memberikan waktu bagi satuan pendidikan untuk beradaptasi dengan transisi ini.

Sosialisasi dan Persiapan 

smkbinabanua.sch.id
smkbinabanua.sch.id

Sejak diperkenalkan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menggelar berbagai upaya sosialisasi terkait Kurikulum Merdeka kepada berbagai pihak, termasuk guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan. Melalui platform digital seperti Pusat Kurikulum dan Pembelajaran serta Guru Belajar dan Berbagi, beragam modul dan pelatihan telah disediakan guna membantu pendidik memahami serta menerapkan kurikulum ini dengan baik. Dalam rangka memperluas pemahaman terkait Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek mengadakan berbagai kegiatan sosialisasi yang melibatkan para pendidik secara langsung. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai konsep, tujuan, dan metode pelaksanaan Kurikulum Merdeka.

Selain itu, platform digital seperti Pusat Kurikulum dan Pembelajaran dan Guru Belajar dan Berbagi telah dijadikan sarana untuk menyediakan berbagai sumber daya pendukung, seperti modul, panduan, dan pelatihan online. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi pendidik dalam mempelajari dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam proses pembelajaran mereka. Dengan adanya upaya sosialisasi yang intensif dan penyediaan sumber daya pendukung melalui platform digital, diharapkan para pendidik dapat lebih siap dan mampu untuk mengadopsi Kurikulum Merdeka secara efektif dalam praktik pembelajaran mereka. Dengan demikian, diharapkan tercipta lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis, inklusif, dan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman serta kebutuhan peserta didik.

Perubahan Signifikan 

syarat dan cara daftar Kurikulum Merdeka.(website Kemendikbud)/kompas.com
syarat dan cara daftar Kurikulum Merdeka.(website Kemendikbud)/kompas.com

Kurikulum Merdeka menghadirkan sejumlah perubahan signifikan dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, yang antara lain meliputi:

  • Pemfokusan pada Materi Esensial: Kurikulum ini bertujuan untuk meminimalisir pembelajaran yang bersifat hafalan dan lebih memusatkan perhatian pada pemahaman konsep secara mendalam. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan analisis dan penerapan konsep pada konteks kehidupan nyata.
  • Pembelajaran Berbasis Projek: Salah satu aspek penting dari Kurikulum Merdeka adalah pengenalan pembelajaran berbasis projek. Melalui pendekatan ini, peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar melalui proyek-proyek yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pendekatan ini membantu meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran serta mempromosikan pemecahan masalah dan kreativitas.
  •  Pengembangan Profil Pelajar Pancasila: Kurikulum Merdeka menekankan pada pengembangan karakter dan soft skills yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Aspek ini meliputi pengembangan sikap gotong royong, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, serta nilai-nilai moral dan etika yang kuat. Hal ini bertujuan untuk membentuk peserta didik yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga berkarakter dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
  • Pembelajaran yang Fleksibel: Salah satu fitur utama dari Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitasnya. Kurikulum ini memberikan keleluasaan kepada guru untuk menyesuaikan metode pembelajaran dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan peserta didik mereka. Pendekatan ini memungkinkan adanya variasi dalam pembelajaran sehingga dapat lebih efektif dan relevan bagi setiap peserta didik.

Dengan demikian, Kurikulum Merdeka tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, tetapi juga untuk membentuk peserta didik yang memiliki pemahaman yang mendalam, keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman, serta karakter yang kuat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Penerapan di Lapangan 

lpmpaceh.kemdikbud.go.id/Anindito Aditomo
lpmpaceh.kemdikbud.go.id/Anindito Aditomo

Menurut Anindito, proses implementasi Kurikulum Merdeka dimulai secara bertahap sejak tahun 2020. Kurikulum ini diujicobakan pada 3.000 sekolah di seluruh Indonesia, termasuk di kawasan Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Selanjutnya, pada tahun 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membuka pendaftaran untuk implementasi Kurikulum Merdeka kepada setiap satuan pendidikan. Sebanyak 140.000 satuan pendidikan secara sukarela mendaftar untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.

Untuk tahun 2023, Kemendikbudristek kembali membuka pendaftaran yang menarik minat 160 ribu satuan pendidikan. Dengan demikian, secara total, lebih dari 300 ribu satuan pendidikan telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Anindito juga menyampaikan bahwa sebelum Kurikulum Merdeka dijadikan kurikulum nasional, data menunjukkan bahwa penerimaan terhadap Kurikulum Merdeka sangat baik oleh satuan pendidikan. Hal ini mencerminkan tingginya minat dan dukungan dari para pelaku pendidikan terhadap konsep dan implementasi Kurikulum Merdeka.

Kendala dan Solusi 

Pinterest.com/gettyimages 
Pinterest.com/gettyimages 

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan Kurikulum Merdeka, di antaranya adalah:

1. Keterbatasan Pemahaman Guru menjadi kendala dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Masih ada sejumlah guru yang belum memiliki pemahaman yang mendalam dan menyeluruh mengenai konsep serta implementasi Kurikulum Merdeka. Situasi ini dapat menjadi penghambat dalam mencapai efektivitas pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang diusung oleh kurikulum ini. Guru yang tidak sepenuhnya memahami konsep Kurikulum Merdeka mungkin mengalami kesulitan dalam merancang pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi peserta didik. Mereka mungkin cenderung tetap menggunakan metode pengajaran yang tradisional atau kurang mengintegrasikan pendekatan baru yang diusulkan oleh Kurikulum Merdeka, seperti pembelajaran berbasis proyek atau penekanan pada pengembangan karakter.

Keterbatasan pemahaman ini juga dapat memengaruhi kemampuan guru dalam mengevaluasi dan mengukur kemajuan peserta didik sesuai dengan pendekatan asesmen yang diusulkan oleh Kurikulum Merdeka. Tanpa pemahaman yang memadai, guru mungkin akan kesulitan menyesuaikan pendekatan evaluasi mereka dengan konsep pembelajaran yang diajarkan. Untuk mengatasi keterbatasan pemahaman ini, diperlukan upaya yang terarah dan berkelanjutan dalam memberikan pelatihan dan pendampingan kepada guru. Pelatihan yang mendalam tentang konsep, prinsip, dan strategi implementasi Kurikulum Merdeka dapat membantu guru meningkatkan pemahaman mereka dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikannya dengan efektif dalam praktik kelas mereka. Selain itu, pendekatan pembelajaran berbasis kolaborasi antar-guru juga dapat membantu dalam memperkuat pemahaman mereka melalui pertukaran pengalaman dan praktik terbaik. Dengan demikian, diharapkan keterbatasan pemahaman guru dapat teratasi dan penerapan Kurikulum Merdeka dapat berjalan lebih lancar dan efektif dalam konteks pendidikan di Indonesia.

2. Kendala terkait Ketersediaan Sarana dan Prasarana menjadi tantangan dalam penerapan Kurikulum Merdeka di beberapa sekolah. Beberapa sekolah mengalami kesulitan dalam menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis projek. Sarana dan prasarana yang memadai sangatlah penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang interaktif, kreatif, dan relevan dengan kehidupan nyata. Sarana yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis projek antara lain termasuk ruang kelas yang memadai dan fleksibel, peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), perpustakaan dengan koleksi yang relevan, laboratorium untuk praktikum, serta area atau fasilitas outdoor untuk kegiatan lapangan. Prasarana yang memadai meliputi sumber daya manusia yang terampil dan terlatih, seperti tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu mendukung kegiatan pembelajaran berbasis projek.

Keterbatasan sarana dan prasarana dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran berbasis projek secara optimal. Sekolah yang kurang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai mungkin akan kesulitan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang interaktif dan kreatif. Hal ini dapat berdampak pada kualitas pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik serta menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Untuk mengatasi kendala ini, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas sarana dan prasarana pendidikan. Ini dapat dilakukan melalui pengalokasian anggaran yang memadai untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pendidikan, termasuk penyediaan peralatan dan fasilitas yang diperlukan. Selain itu, kerja sama antara pemerintah, sekolah, masyarakat, dan pihak swasta juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis projek dan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan.

3. Terdapat perhatian yang besar terhadap Beban Kerja Guru dalam konteks penerapan Kurikulum Merdeka. Kekhawatiran muncul terkait potensi peningkatan beban kerja guru dalam merancang proyek pembelajaran dan melaksanakan penilaian terhadap peserta didik. Pembelajaran berbasis projek menuntut persiapan yang lebih intensif dan penilaian yang berkelanjutan, sehingga dapat memberikan tekanan tambahan bagi guru yang telah memiliki beban kerja yang padat. Dalam pembelajaran berbasis projek, guru harus meluangkan waktu dan usaha yang lebih besar dalam perencanaan dan persiapan pembelajaran, termasuk merancang proyek-proyek yang relevan, menyiapkan bahan-bahan dan sumber daya yang diperlukan, serta mengorganisir kegiatan pembelajaran. Proses ini membutuhkan waktu dan energi tambahan yang mungkin dapat mengakibatkan peningkatan beban kerja guru.

Selain itu, dalam pembelajaran berbasis projek, guru juga diharapkan untuk melakukan penilaian yang berkelanjutan terhadap kemajuan peserta didik selama proses pembelajaran. Hal ini melibatkan penilaian formatif yang terus-menerus serta penilaian sumatif pada akhir proyek. Penilaian yang berkelanjutan ini memerlukan pengumpulan data, analisis, dan umpan balik yang cermat, yang semuanya membutuhkan waktu dan usaha tambahan dari guru. Untuk mengatasi kekhawatiran akan peningkatan beban kerja guru, perlu dilakukan berbagai upaya, seperti penyediaan pelatihan dan dukungan yang memadai bagi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran berbasis projek, serta pengembangan alat bantu dan sumber daya yang dapat mempermudah proses penilaian. Selain itu, perlu juga dilakukan peninjauan terhadap tugas-tugas tambahan yang diberikan kepada guru untuk memastikan bahwa beban kerja mereka tetap dalam batas yang dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian, diharapkan kekhawatiran akan peningkatan beban kerja guru dapat diatasi sehingga penerapan Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

Kendala-kendala tersebut perlu diatasi melalui berbagai upaya, seperti pelatihan dan pendampingan bagi guru untuk memahami secara mendalam konsep Kurikulum Merdeka, pengalokasian anggaran untuk peningkatan sarana dan prasarana sekolah, serta pengembangan strategi manajemen waktu bagi guru guna mengurangi beban kerja yang berlebihan. Dengan demikian, diharapkan penerapan Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan lebih lancar dan efektif, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dengan optimal.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus melakukan berbagai upaya, di antaranya:

1. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan program pelatihan dan pendampingan bagi guru dengan tujuan utama meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Program pelatihan ini dirancang untuk mencakup beberapa aspek penting yang mencakup pemahaman mendalam tentang konsep Kurikulum Merdeka, penerapan strategi pembelajaran yang sesuai dengan prinsip kurikulum tersebut, dan penguasaan teknik penilaian yang efektif. Dalam pelatihan ini, para guru diberikan pemahaman yang komprehensif tentang filosofi, tujuan, dan prinsip-prinsip yang mendasari Kurikulum Merdeka. Mereka juga diajarkan bagaimana mengadaptasi strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, seperti pembelajaran berbasis proyek, inkuiri, atau kolaboratif. Selain itu, para guru juga dilatih dalam penggunaan teknik penilaian yang efektif untuk mengukur kemajuan peserta didik dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.

Selain program pelatihan, Kemendikbudristek juga menyediakan pendampingan langsung bagi guru dalam konteks praktik kelas. Pendampingan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan yang lebih personal kepada guru dalam menerapkan konsep dan strategi pembelajaran Kurikulum Merdeka dalam situasi nyata. Dengan pendampingan ini, guru dapat mendapatkan umpan balik langsung serta solusi yang dapat diterapkan secara praktis dalam pembelajaran sehari-hari di kelas. Melalui kombinasi pelatihan dan pendampingan yang komprehensif dan terarah ini, diharapkan para guru dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menerapkan Kurikulum Merdeka dengan lebih efektif dan efisien. Hal ini diharapkan akan membawa dampak positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

2. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan upaya penyediaan sumber belajar yang komprehensif untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka. Ini melibatkan pengembangan dan penyediaan berbagai jenis sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan murid dalam proses pembelajaran. Upaya ini mencakup pengembangan modul pembelajaran, buku teks, perangkat lunak pendidikan, serta sumber daya digital lainnya yang sesuai dengan prinsip dan tujuan Kurikulum Merdeka. Modul pembelajaran yang dikembangkan oleh Kemendikbudristek dirancang untuk memberikan panduan yang komprehensif dan terstruktur bagi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Modul ini mencakup materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan peserta didik, serta dilengkapi dengan berbagai aktivitas pembelajaran yang interaktif dan bermakna.

Selain modul, Kemendikbudristek juga menyediakan buku teks yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks ini dirancang dengan memperhatikan prinsip dan standar kurikulum, serta menyajikan materi pembelajaran yang relevan dan menarik bagi peserta didik. Selain itu, Kemendikbudristek juga mengembangkan perangkat lunak pendidikan dan sumber daya digital lainnya yang dapat digunakan oleh guru dan murid dalam proses pembelajaran. Perangkat lunak ini mencakup aplikasi pembelajaran interaktif, simulasi, dan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dirancang untuk mendukung pembelajaran yang interaktif, kreatif, dan berbasis proyek. Semua sumber belajar yang disediakan oleh Kemendikbudristek dirancang untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi peserta didik. Dengan adanya sumber belajar yang berkualitas dan sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka, diharapkan peserta didik dapat lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga mencapai pencapaian yang optimal sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

3. Untuk meringankan beban kerja guru, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan berbagai upaya yang meliputi penyederhanaan proses administrasi dan pemanfaatan teknologi yang tepat. Upaya ini bertujuan untuk memberikan dukungan kepada guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan lebih efisien dan efektif. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menyediakan platform digital dan aplikasi yang dapat membantu guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran, melakukan penilaian terhadap peserta didik, serta berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua. Melalui platform digital ini, guru dapat mengakses berbagai fitur yang memudahkan mereka dalam menyusun rencana pembelajaran, mencatat kehadiran peserta didik, memberikan tugas dan ujian, serta memberikan umpan balik secara langsung kepada peserta didik. Selain itu, platform ini juga memungkinkan guru untuk berkomunikasi dengan orang tua secara langsung melalui fitur yang disediakan.

Selain itu, Kemendikbudristek juga melakukan upaya untuk mengurangi tugas administratif yang tidak langsung terkait dengan kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar guru dapat lebih fokus pada tugas-tugas inti dalam proses mengajar dan mendidik peserta didik. Upaya ini mencakup penyederhanaan proses pengelolaan data, pengurangan jumlah laporan yang harus disusun oleh guru, serta peningkatan efisiensi dalam proses pengelolaan administrasi sekolah. Dengan adanya upaya-upaya ini, diharapkan beban kerja guru dapat dikelola dengan lebih baik sehingga mereka dapat lebih fokus pada proses pembelajaran dan memberikan pengajaran yang berkualitas kepada peserta didik. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif bagi perkembangan peserta didik.

Dengan terus dilakukannya upaya-upaya ini, diharapkan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan Kurikulum Merdeka dapat teratasi secara bertahap, sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai dengan lebih baik.

Siap Menjadi Kurikulum Nasional? 

kotaku.id
kotaku.id

Jika melihat perkembangan dan antusiasme yang ditunjukkan oleh berbagai pihak, tidak dapat disangkal bahwa Kurikulum Merdeka menunjukkan potensi besar untuk menjadi Kurikulum Nasional yang lebih baik. Dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, terlihat bahwa banyak pihak, baik itu guru, kepala sekolah, maupun dinas pendidikan, memberikan respon yang positif dan berpartisipasi aktif dalam mendukungnya. Antusiasme ini tercermin dari jumlah sekolah yang secara sukarela menerapkan Kurikulum Merdeka, yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Jumlah sekolah yang mendaftar untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka juga menunjukkan bahwa banyak pihak telah melihat nilai dan manfaat dari kurikulum ini dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan karakter peserta didik.

Selain itu, respons positif juga terlihat dari berbagai pelatihan dan sosialisasi yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek, di mana banyak guru dan tenaga pendidik menunjukkan minat yang tinggi untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Hal ini menandakan bahwa para pelaku pendidikan memiliki kesadaran akan pentingnya adaptasi terhadap perubahan kurikulum guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, berdasarkan antusiasme dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar untuk menjadi Kurikulum Nasional yang lebih baik di masa depan. Tentu saja, proses ini akan terus memerlukan kerja keras, kolaborasi, dan evaluasi terus-menerus agar dapat tercapai secara optimal dan memberikan dampak yang positif bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Kritik dan Saran 

Freepik.com/nakita.grid.id
Freepik.com/nakita.grid.id

Meskipun demikian, terdapat beberapa aspek yang masih perlu dikaji dan diperbaiki dalam Kurikulum Merdeka, seperti yang tertera berikut:

  • Evaluasi dan Asesmen: Perlu adanya sistem evaluasi dan asesmen yang lebih komprehensif guna mengukur capaian pembelajaran murid secara lebih holistik. Evaluasi yang komprehensif akan memungkinkan pendidik untuk memahami dengan lebih baik kemajuan dan kebutuhan peserta didik, serta memastikan efektivitas dari proses pembelajaran yang dilakukan.
  • Ketersediaan Guru yang Kompeten: Diperlukan upaya yang lebih intensif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka dengan baik dan efektif. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan yang terstruktur dan berkelanjutan, serta penyediaan sumber daya yang memadai bagi pengembangan profesionalisme guru. Guru yang kompeten akan dapat mengimplementasikan kurikulum dengan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik.
  • Kesenjangan Infrastruktur: Perlu adanya upaya untuk mengatasi kesenjangan dalam infrastruktur pendidikan, sehingga semua murid dapat merasakan manfaat dari Kurikulum Merdeka secara merata. Ini termasuk penyediaan akses yang memadai terhadap fasilitas pembelajaran, teknologi informasi, dan sumber daya pendukung lainnya. Dengan pemerataan infrastruktur pendidikan, diharapkan semua peserta didik dapat mengakses pembelajaran yang berkualitas dan relevan sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka.

Dengan penyempurnaan dan sinergi dari semua pihak terkait, Kurikulum Merdeka diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, akan tercipta generasi penerus yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan baik. Diperlukan komitmen dan kerja sama yang kuat dari semua pemangku kepentingan dalam mewujudkan visi ini demi kemajuan pendidikan bangsa.

Kesimpulan

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, dapat disimpulkan bahwa ini adalah sebuah terobosan yang menjanjikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan pendekatan yang memberikan keleluasaan kepada pendidik dan satuan pendidikan, serta menekankan pada pengembangan karakter Pancasila pada peserta didik, Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar untuk menjadi fondasi bagi pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan berkualitas.

Meskipun demikian, perlu diakui bahwa masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti perbaikan dalam evaluasi dan asesmen, peningkatan kompetensi guru, serta pemerataan infrastruktur pendidikan. Dengan adanya upaya penyempurnaan dan sinergi dari semua pihak terkait, Kurikulum Merdeka diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan yang berkualitas sebagai fondasi pembangunan bangsa, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan terkait. Dengan demikian, Indonesia akan dapat melahirkan generasi penerus yang cerdas, berakhlak, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun